i pikirannya sama sekali tidak fokus pada pekerjaan. Teleponnya berdering sebenta
rdengar lebih teg
t, bukan dingin seperti dulu. Ada nada ri
erlalu.
ensi startup besok. Aku rasa kita per
ta "bersama" membuat hatinya bergetar. "Baiklah... aku ikut. Tapi jangan
engar hangat dan tulus. "A
tu dipenuhi orang-orang berbaju formal dan teknologi mutakhir. Elara me
s. "Aku suka caramu mengamati semua ini. Kamu s
mu juga selalu memperhatikan hal-hal yang ak
a yang dalam, lalu tersenyu
an memasuki aula konferensi, seorang pria muda menabrak Elar
aja," kata pria itu, t
lum ia bisa marah, Kiano menatap pria itu den
noleh ke Kiano, merasa campuran emosi-sebagian lega, se
i menyangkutmu, aku tidak akan memb
idak mengakuinya. Lima tahun kebencian membuatnya selalu wasp
mereka untuk klien potensial. Namun, jadwal berubah secara tiba-tiba
ni bukan bagian dari rencana kita. A
asa. "Kamu cukup fokus pada inti i
ua orang tertuju pada mereka. Elara merasakan tekanan, tapi ada kepercayaan
lu menatap Kiano. Satu kedipan mata darinya, dan Elara menemukan kata-kata yang tepat.
ngkapi Elara. Kerja sama mereka di panggung terasa natural, bukan lagi dipaksakan. Beberapa pe
koridor luar gedung, menatap kota
Elara, nada suaranya ringan, hampir bercanda.
edikit. "Aku tahu. Tapi aku rasa kita b
kata itu sederhana, tapi terasa berat dan tulus. Ia mena
man," gumamnya, lebih untuk diri
enatapnya penuh
men yang jarang terjadi: sunyi, tenang,
alah lebih kompleks: seorang klien menuntut laporan lengkap yang harus disera
menyelesaikannya tepat waktu kalau data ini tida
a harus menyusun ulang strategi. Fokus pada yang bisa ki
kelemahan, saling memotivasi. Momen-momen itu berbeda dari lima tahun lalu. Tidak ada sindiran pedas, tidak
listrik mati secara tiba-tiba di kantor. Kegelapan m
anik. "Apa yang harus
Tenang. Kita bisa pakai cahaya dari
n itu, Elara menyadari sesuatu: Kiano bukan lagi pria yang dingin dan menakutkan.
or ringan dan penuh tawa. Elara dan Kiano duduk di luar gedun
iano. "Lima tahun lalu, kita tidak bi
. Kita belajar dari masa lalu. Aku tida
ampuran lega dan gugup. "Ak
ta hadapi bersama. Tanpa drama, tanpa topeng. Aku ingin
menggenggamnya erat. Dan untuk pertama kalinya, mereka berdua
i lantai ruang tamu. Ia duduk dengan secangkir teh hangat di tangannya, tetapi pikirannya berkecamuk. Lima tahun lalu, ia dan Kiano hanyal
g dari luar: keluarga Elara yang tak sepenuhnya menerima perubahan h
menerima telep
ngan Kiano. Apa maksudnya ini?" suara ibu
ewasa. Aku bisa bekerja profesional. I
," sahut ibu. Nada suaranya jelas menunjukkan kekhawatiran. "Lima tah
h, kesal, tapi juga sedikit lega karena ibunya peduli. Ia menatap teh di tangannya, lalu be
ra saat ia masuk ke ruang meeting. Ada kilatan
baik-baik saj
erusaha tersenyum. "Ya, aku baik.
mar di matanya, meskipun Elara berusaha menutupinya. "Kalau
adanya. Ia tersenyum tipis. "Terima kasih, Kiano
untuk calon klien yang ingin mengubah strategi digital mereka. W
semua anggota tim. "Kita harus membuat strategi yan
Aku akan bantu kamu. Kita bisa bagi tugas. Kamu fo
i presentasi. Meskipun suasana tegang, ada kehangatan samar d
sesekali menegur dengan nada lembut. Tidak ada kata-kata tajam, tidak ada pe
urun deras, dan jalanan macet parah. Saat ia hampir putus a
anya singkat. "A
tetapi kemudian naik ke mobil. Dalam perjalanan, keduany
gan. "Aku tahu ini tidak mudah
menerima perubahan. Aku takut mereka tid
ta akan hadapi ini bersama. A
Ia mulai menyadari bahwa Kiano bukan hanya rekan kerja-ia bisa menja
egi mereka dan meminta pertemuan mendadak di luar kota. Elara dan Kiano harus me
Mereka duduk berdampingan, menatap laptop dan tablet merek
g salah?" tanya
, terkejut. "
tahu kamu menyembunyikannya,
ku hanya lelah. Ini perjalanan
nyum tipis. "Kalau begitu, kita hadapi
yang dalam. Ia mulai menyadari: Kiano bukan lagi pria dingin dan menakut
sempurna, data harus jelas, strategi harus inovatif. Suas
ling menutupi kelemahan masing-masing. Tidak ada lagi kata-kata menyakitkan, tidak a
an menyusuri tepi sungai yang tenang. Lampu jalan
tidak pernah menyangka kita bisa sampai pada titik ini.
p. "Aku juga. Tapi... aku takut. Takut kalau ini
egitu, kita hadapi bersama. Tanpa topeng, tanp
menggenggamnya erat. Dan untuk pertama kalinya, mereka berdua
, dan tim merasa lebih solid. Namun, tantangan baru muncul: rumor tentang kedekatan mereka mula
alan ke lift. "Rumor... aku tidak in
ta tetap profesional, tapi kita tidak bisa menyembunyikan d
eruntuhan masa lalu kini semakin nyata. Ia menatap Kiano, tersenyum tipis, dan merasaka

GOOGLE PLAY