img Dalam Tasbih Cintamu  /  Bab 7 Mustafidz | 87.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Mustafidz

Jumlah Kata:1595    |    Dirilis Pada: 14/11/2022

nya kepada orangnya aja, sih!” ge

n meski mereka satu tim dalam ranah ekonomi, lah aku baru kenal sama Sagara udah syok nyampuri urusannya aja,” jawabku malas. Aku

akai acara ngangkatin keranjang sampah lo lagi!” Vika kian g

kan aku juga belum pernah ikut bersih-bersih. Mana puasa lagi

ilang kalau mungkin Sag

sa jadi besar. Dan agar hatiku nggak sakit-sakit amat, aku milih yang

ini emang nggak

a gue nggak mau berh

merebahkan diri di sampingku. Kali ini sepertinya dia akan menginap, mengingat j

ma Mas Mustafidz. Masa

Gue sumpek

di sana. Dan untuk pertama kalinya, aku serasa mau pingsan. Benar-benar panas berada di pantai. Sudah panas, anginnya kencang

ai, dia lagi-lagi salat dahulu. Dia sendiri. Wajar saja. Jarang sekali ada orang yang mau salat dahul

k rasanya lama-lama. Siapa tahu yang lain menunggu kami untuk makan bersama. Tapi Sagara tak kunjung selesai. Setelah berdoa, Sagara bersujud. Ia lama sekali membenamkan dahin

*

sakral. Kukira cukup dua kata itu yang mewakilinya. Tapi jangan sangka ini adalah pondok si dia

penuh sih, tapi aku mengambil minggu pertama. Hari pertama yang libur resmi dari perusahaan dan sisanya aku ambil dari

an santriwati ada yang datang karena kemauan sendiri, ada juga yang diutus oleh pesantren mereka masing-masing. Setelah aku bertanya-t

wih ada empat tingkatan. Masing-masing tingkatan berdurasi satu jam. Jadi bisa dibayangkan kalau tarawih sampai jam sembilan, berarti kegiatan bisa sampai jam satu

ti yang kuat berlama-lama duduk. Aku sampai kesemutan dan hampir jatuh saat berdiri. Untung saja aku duduk di sa

an, minum air putih yang

bukan hanya seorang santriwati biasa, tapi juga ning – anak kiai yang kelak menuruni tahta ayahnya sebagai pengampu pesantren. Horor tidak tuh! Ilmunya

ing kok kesemutan kalau jar

guk lalu men

h bisa

h. Oh ya, habis ini

alah Gus Mustafidz, s

rnah denge

u orang yang sering men

mm

u lagi. Walaupun kitab yang dikaji itu kitab kuning dengan arab gundul, aku teta

membawa satu botol minum agar tidak mengantuk sampai ini usai. Toh, durasinya cuma

ahnya begitu saja. Ruangan ini berbentuk persegi panjang dengan tembok di sisi kanan dan kiri, seh

n kitab Fathul Qorib adalah orang yang sama dengan orang yang sering aku dengarkan dakwahnya. Buru-buru aku menutup wajahku dengan k

nduk. Masih jelas terngiang di otakku tentang pertemuan pertama

u?” Kaluna agaknya memerhatikan ting

unduk, berdoa dengan khusyuk agar Gus

ng datang dari sumbernya, air hujan, dan air embun. Nah ketujuh air itu dapat k

menebar pandangannya ke semua orang. Ia begitu fasih menjelaskan setiap uraian yang ada, pelan serta begitu rinci. Dan

anku bertemu dalam satu garis. Aku pun langsung men

ketika sakit adalah sholat. Ketika sakit bahkan puasa bisa digantikan dengan fidyah, tapi sholat tidak. Orang yang sakit tetap berkewajiban sholat. Jika dia tidak kuat berdiri, maka duduk.

a bersyukur dia tidak mengungkitku di depan umum, walau dengan jel

mengajakku, tapi jujur sampai di pengajian fikih ini saja aku sudah hebat karena menahan kantuk sampai selesai.

au makan lebih biasanya aku buang, kalau di sini, satu nasi bungkus pun yang notabene untuk satu orang, bisa dimakan berlima. Lebih dari itu. Sesuatu yang kita anggap privasi

nnya yang aku temui adalah kesantunan luar biasa yang terjadi. Aku masih ingat dulu pas di sekolah, guru masih di dalam dan belum keluar saja aku

matang. Saat itu aku dengan jelas melihat santri putra tengah bermain sepak bola. Mereka begitu gaduh dan seru bermain di halaman pesantren. Tapi ketika mobil romo kiai lewat, semuanya hening. Permainan otomatis berhenti be

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY