/0/10799/coverbig.jpg?v=41ce858ca1c9af593b8bde43a5a64adf)
Tadah Asih menangis suaranya terdengar mendayu-dayu menyayat hati. Dinginnya angin yang menyentuh kulit melebihi dinginnya angin bediding. Sementara candik ala di ujung Kilen, nampak seperti lukisan merah darah yang terpahat di dinding langit. Seorang petapa waskita yang memiliki sidhik paninggal menjadi waspada terhadap mobah mosing ing jagat yang jarang sekali terjadi. Netranya sejenak terpejam rapat. Dalam benaknya terbayang, bahwa Bhumi Manggala akan kembali memasuki masa-masa yang suram. Sedang jauh di ujung Kilen, sebuah kerajaan telah berduka atas pralayanya seorang Trahing Kusuma. Para kawula menjatuhkan diri, menjerit dan pingsan. Beberapa prajurit dengan tekad yang tidak terkekang, memilih untuk lampus diri sebagai bentuk bela pati. Hanya seorang pemuda belasan tahun yang tampak berdiri tegar dengan kedua tangan mengepal erat. Sorot matanya berkilat-kilat, menandakan amarah yang membakar di dalam dada. Kemudian iapun berbalik pergi tanpa ada seorangpun yang memedulikannya.
Lebih dari 200 tahun yang lalu, Bhumi Manggala di kisahkan hanya dikendalikan oleh satu kerajaan agung bernama Amarta Bumi. Pada masa pemerintahan Sri Narpati Balaputradewa, kerajaan ini menjadi begitu berkuasa. Banyak kerajaan kecil yang kemudian tunduk di balik kemegahan sayap-sayapnya. Hampir semua orang kala itu hidup dalam kemakmuran yang sesungguhnya. Rakyat merasa senang, para petinggipun menjadi tenang.
Tetapi, segala sesuatu yang nyaris sempurna, tidak seutuhnya terbebas dari masa yang kelam dan tercela. Karena sepanjang perjalanan sejarah Kerajaan Amarta Bumi. Justru di masa kejayaannya, telah terjadi suatu peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bertepatan pada Wuku Sungsang, Kerajaan Amarta Bumi telah di gegerkan dengan tewasnya seorang Adipati anggota keluarga kerajaan. Lalu tiga hari kemudian, tewas pula Sang Permaisuri.
Banyak yang menduga bahwa peristiwa ini merupakan sebagai bentuk dendam pribadi kepada Sang Prabu Balaputradewa. Tetapi banyak pula yang menduga bahwa peristiwa ini mungkin ada kaitannya dengan ilmu hitam. Karena layon Sang Adipati dan juga layon Sang Permaisuri, di ketemukan dalam keadaan yang membuat hati siapapun menjadi miris.
Sang Adipati yang bergelar Adipati Sukrasana, penguasa Kadipaten Mandura tewas dalam suatu perjalanan bersama para pengawalnya. Adipati Sukrasana merupakan adik ipar Prabu Balaputradewa, suami dari Sekar Kedhaton Amarta Bumi bernama Putri Amba. Layonnya ditemukan dalam keadaan hampir tidak utuh. Leher dan dadanya terkoyak, serta hati dan jantungnya di nyatakan hilang dari tubuhnya. Begitupun Sang Permaisuri yang juga diketemukan tewas dengan keadaan leher terkoyak di dalam kediamannya. Peristiwa yang terjadi dalam rentang masa yang tidak terpaut jauh ini, telah menimbulkan ontran-ontran di kalangan rakyat Amarta Bumi.
Hingga pada suatu malam yang sunyi, setelah satu sasih sejak peristiwa naas itu terjadi. Tepat pada malam purnama bulat sempurna. Hembusan angin yang dinginnya melebihi dinginnya angin bediding bertiup lebih kencang dibandingkan malam-malam biasanya. Kemudian diiringi oleh sergapan kabut tebal kelabu yang terasa merampas pandangan mata.
Di langit yang kelam, suara burung gagak terdengar melengking dan menyayat di angkasa. Betul-betul menimbulkan rasa tidak nyaman di hati siapa pun yang mendengarnya. Bahkan, di kejauhan terdengar beberapa ekor anjing hutan yang menyalak. Bersahutan beradu keras dengan suara burung gagak yang terus saja melengking tiada henti.
Tiba-tiba pintu-pintu gerbang tembok benteng kotaraja telah dihantam oleh kekuatan yang luar biasa. Melemparkan para prajurit yang tengah berjaga.
"Groaarrhh ...!!"
Belum sempat para prajurit yang bertugas nganglang malam itu mencerna dengan apa yang terjadi. Maka segerombolan sosok seperti manusia tetapi berkepala ajag, telah merangsek masuk ke dalam kotaraja dan kemudian melibas siapapun yang ada di hadapan mereka.
*Ajag = Anjing Hutan
"Cepat pukul kentongan!!" Seru seorang Bekel Prajurit kepada anak buahnya yang nampak berdiri dengan kedua lutut hampir bergetar, sedangkan tangannya menjadi lemas seketika.
Melihat anak buahnya yang nampak tidak berdaya, Bekel Prajurit itu akhirnya memukul sendiri kentongan sekeras-kerasnya. Mengejutkan seisi kotaraja yang baru saja terlelap ke alam swapna.
Di sebuah rumah, seorang laki-laki tua yang tengah terlelap di atas pembaringan, seketika terperanjat dan kemudian membangunkan istrinya.
"Ada apa, Kang?"
"Kamu tidak dengar, Nyi. Suara kentongan yang dipukul dalam irama nada titir? Pasti telah terjadi rajapati."
"Tapi kenapa yang terdengar bukan saja suara kentongan yang di pukul keras-keras. Aku juga mendengar suara burung gagak dan anjing hutan yang saling bersahutan."
Wajah laki-laki tua itu nampak tegang, rautnya menjadi nyanyang. "Duh, Gusti Hyang Widhi, semoga ini bukan pertanda buruk bagi masa depan negeri ini." ucapnya perlahan. Iapun melihat keluar dari sela-sela lubang kecil di balik dinding rumahnya. Nampak diluar sana kabut begitu tebal yang terasa menghalangi pandangan mata. Dan samar-samar terlihat pergerakan beberapa sosok tubuh yang terlihat menuju kearah Keraton Amarta Bumi. Tetapi, ada juga yang menerobos masuk ke rumah warga, dan terdengar dari dalam teriakan-teriakan yang sangat memilukan.
Terhenyak!
Laki-laki itupun bergegas mendekati salah satu sudut ruangan di dalam rumahnya, dan membuka sebuah pintu jalan menuju ruang bawah tanah. Sebagai seorang bekas prajurit, ia telah mempersiapkan tempat perlindungan dikala terjadi serangan ke dalam kotaraja.
Malam itu, malam yang bagaikan disengat petir di siang buta. Kecemasan segera menyeruak ke seluruh kotaraja Amarta Bumi. Para penduduk yang merasa nyawanya terancam, segera berlari salang tunjang ke berbagai arah untuk menyelematkan diri.
Sementara itu, para prajurit kerajaan mencoba menahan laju Manusia Ajag yang bergerak dampyak-dampyak dan bagai borok terus menyebar ke seluruh kotaraja. Meskipun telah diranjab hujan watang, tetapi para Manusia Ajag itu seperti kebal jenis senjata apapun. Bukannya tumbang, sebaliknya mereka malah bergerak semakin kencang.
"Aaakkhhh ....!!" terdengar jeritan memilukan dari salah seorang prajurit ketika salah satu dari Manusia Ajag itu menerkam dan dengan giginya yang tajam mengoyak lehernya hingga nyaris terputus. Membuat kawan-kawanya yang melihat hal itu bergidik ngeri. Apalagi para Manusia Ajag itu seakan terus berlipat-lipat jumlahnya. Dan mulai mengepung mereka dari berbagai arah.
Di langit kotaraja yang kelam, sosok perempuan buruk rupa berdiri di atas angin nampak tersenyum menyeringai. Di sekelilingnya beterbangan burung-burung gagak yang seolah memberinya kekuatan untuk melayang-layang di angkasa. Sedangkan sorot matanya menatap tajam sosok laki-laki paruh baya yang berdiri di atas Purawacitra (nama pintu gerbang utama Keraton Amarta Bumi).
"Balaputradewa. Aku datang untuk memberikan salam juga untuk menjemput ajalmu." sahut perempuan berwajah mengerikan itu.
Laki-laki paruh baya, Sang Narpati Amarta Bumi jujuluk Prabu Balaputradewa, tampak menghela napas pelan, lalu kemudian berkata dengan tenangnya.
"Apakah kamu yang mengirim makhluk-makhluk menjijikkan ini?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Tentu saja untuk menghancurkan Kerajaan Amarta Bumi juga dirimu, termasuk seluruh keturunanmu."
Prabu Balaputradewa mengerutkan keningnya. Perempuan berwajah mengerikan yang berdiri melayang di angkasa itu adalah Dyah Kekayi, dan merupakan permaisuri pertama Keraton Amarta Bumi. Tetapi tingkah lakunya yang nganeh-nganehi telah membuatnya terusir dari lingkungan keraton.
Menggoda calon ipar raja, disaat Prabu Balaputradewa tengah sibuk memadamkan kraman di salah satu wilayah yang mbalela. Karena yang hendak melakukan kraman merupakan seorang raja bawahan, maka memang harus Sang Prabu sendiri yang turun tangan untuk mengatasinya. Tetapi sekembalinya ke keraton, Sang Prabu mendapati permaisurinya tengah bermain serong. Bahkan seperti seorang planyahan, justru permaisurinya sendiri yang memikat laki-laki itu dengan menggunakan ilmu sihir.
Mengingat peristiwa yang mencoreng harga dirinya sebagai seorang suami dan juga seorang raja. Prabu Balaputradewa hanya kembali menghela nafas pelan. Bukannya mengaku salah dan memperbaiki diri. Dyah Kekayi malah semakin menjadi-jadi. Bahkan, demi untuk memenuhi hawa nafsunya yang mengakar hingga ke ulu hati, Dyah Kekayi telah menganut ilmu hitam yang membuatnya menjadi setengah siluman dan menjadi satru bekas suaminya sendiri. Paras cantiknya telah berganti rupa menjadi paras mengerikan. Munurut dari beberapa keterangan, ilmu hitam yang dipelajari Dyah Kekayi memang meminta tumbal kecantikkannya sendiri.
Pertarungan terakhir diantara keduanya beberapa tahun yang lalu berakhir imbang. Kemudian Dyah Kekayi menghilang tanpa ada beritanya. Dan beberapa tahun kemudian seringkali Keraton Amarta Bumi menerima laporan beberapa penduduk yang tewas pada malam purnama. Gambaran keadaan layon penduduk yang tewas itu persis seperti layon Adipati Sukrasana dan Permaisuri.
Prabu Balaputradewa tahu pasti bahwa dirinyalah yang menjadi incaran utama. Karena itu, Sang Prabu yang sudah sepuh itu memilih untuk diam di dalam keraton dan menunggu musuh datang kepadanya. Sementara para putra dan adiknya, terlebih dahulu telah ia ungsikan ketempat yang tidak di ketahui oleh keberadaannya.
Seorang laki-laki yang berpakaian serba putih berdiri agak di belakang Prabu Balaputradewa. Ia menyampaikan bahwa kotaraja seluruhnya telah di kuasai para Manusia Ajag dan sulit untuk di bunuh. Banyak rakyat yang tewas dan yang masih hidup menyelamatkan diri entah kemana. Sedangkan yang masih bertahan, hanyalah para prajurit yang jumlahnya semakin menyusut.
"Aku akan mengulur waktu. Kalian semua harus menyelamatkan diri."
"Tapi, Gusti."
"Ki Taraksaka. Ini perintah terakhirku. Kosongkan seluruh kotaraja. Jangan ada yang tertinggal seorangpun."
Laki-laki berpakaian serba putih itu dengan terpaksa menggangguk. Iapun kembali melompat kebawah, sekejap tampak wujudnya berubah menjadi harimau belang, tetapi sekejap kemudian iapun telah menghilang dari pandangan mata.
Sementara Prabu Balaputradewa, tubuhnya telah melayang ke angkasa, menuju Dyah Kekayi yang juga bersiap menyambut kedatangannya.
Blarr!!
Satu benturan ilmu yang menggetarkan langit mengguncang bumi, menjadi awal dari pertempuran yang nggerisi. Tetapi juga menjadi akhir dari sebuah kerajaan yang telah berdiri lama dan menguasai hampir seluruh Bhumi Manggala.
Prabu Balaputradewa yang mencoba menghentikkan kejahatan bekas istrinya, hanya mampu membuatnya tertidur panjang selama 200 ratus tahun. Karena ilmu hitam yang dipelajari oleh Dyah Kekayi ternyata telah mendekati kesempurnaan. Betapapun tingginya ilmu Sang Prabu, ia tetap memiliki batasan sebagai manusia biasa.
"Gusti Sang Hyang Widhi. Melalui perantara kuasamu, 200 tahun yang akan datang, datangkanlah seorang keturunanku yang akan mampu mengakhiri kejahatan Dyah Kekayi."
Sebelum tubuhnya lebur menjadi abu yang kemudian tersebar ke segala arah. Dengan kesaktian serta waktunya yang tersisa, Sang Prabu sengaja menutup kotaraja Amarta Bumi dari pandangan mata setiap makhluk yang hidup di muka bumi. Hanya keturunannya yang paling layaklah, yang kelak mampu mengembalikan kotaraja ini dan kemudian menghidupkannya kembali.
200 tahun kemudian, Bhumi Manggala pecah menjadi empat wilayah yang hampir sama rata. Wilayah Kilen di kuasai oleh Medang Jati dan sekutunya, wilayah Daksina dikuasai oleh Bojanegara dan sekutunya, wilayah Lor di kuasai oleh Kartanegara dan sekutunya, lalu wilayah Wetan yang sebagian besar masih berupa hutan belantara dikuasai sebuah perguruan besar bernama Padepokan Tirta Kencana. Keempat wilayah ini di batasi oleh sebuah hutan bernama Alas Manggala dan di sebut pula sebagai daratan tidak bertuan, karena tidak ada sebuah pemerintahan yang berkuasa. Bahkan ada yang mengatakan kalau wilayah ini merupakan tempat bersemayamnya kaum bunian, bangsa dhemit, bangsa siluman dan bangsa makhluk halus lainnya.
Sedangkan keberadaan kotaraja Amarta Bumi, tetap menjadi rahasia yang belum tersingkap. Bahkan, ada yang menganggapnya sebuah negeri dongeng seperti di dalam Carita Ramayana ataupun Carita Mahabharata.
•••••
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?