img Geger di Bhumi Manggala  /  Bab 9 Benih-benih Kelicikan | 90.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 9 Benih-benih Kelicikan

Jumlah Kata:2007    |    Dirilis Pada: 09/03/2023

h menyisakan semburat merah ya

ang diri tanpa rasa takut sama sekali, karena kademangan Mandura adalah Kadem

diri di sisi jalan setapak yang akan di laluinya itu. Semakin terus Bondan berjalan, semaki

k juga dari tempatnya. Maka, Bondan

mat s

.” jawab perempuan itu

berkata Bondan di dalam hatinya yang justru ia merasa kegirangan sendiri. “K

akut pulang sendiri. Sedangkan saya, tidak tahu harus minta diantar p

tik yang mau di antar pulang.” kata Bondan lagi di dalam hati

kah saya tidak me

is dari sawah. Dan tadinya mau pulang kerumah. Tapi Ka

ah saya j

i biasa jalan jauh.” sahut Bonda

nama Kakang.

ya yang tidak gatal, “Iy

aru saja saya akan mengatakan kalau nam

rangan di puji seperti itu

hu. Nama saya tidak se

orang-orang, perempuan cantik memang suka jual mahal. Tak apalah,

ita bisa jalan sekarang

an ikuti saya.” jawab perempuan ya

Tunggu.” s

perempuan itu b

arah hutan. Tidak menyus

polos tidak menangkap keanehan itu. “Saya lupa mengatakan k

juga

h saya jauh, kang. Apakah kakang ma

e ujung duniapun a

benar,

” ujar

telah berjalan menyusuri gelapnya Hutan Jati. Matahari di ufuk barat telah

ang tampak berkumpul di halaman rumah Demang Mandura

nya dengan wajah suram dan raut kemarahan hatinya, sedangkan istrinya yang dud

ah anakku Gandini telah di te

Demang mencari anak kita

Gandini tidak juga aku temukan,” jawab Ki Gandara, “tidak masuk akal. Betul-betul tidak masuk akal ini.

laki-laki yang cukup tua tampak ber

Wista?” tanya Ki Ga

Demang. Kami juga belum dapat menemuka

utnya, “tapi ini penghinaan buatku, buat seluruh Mandura. Kademangan yang terkenal aman dan makmur tiba-tiba di coreng nama baiknya k

tapi kami memang belum menemukan

sama kepada pimpinan pengawal itu. Tetapi hasilnya sama, nihil. Pimpin

an kerja orang-orangnya. Terutama para pen

ini itu hilang di culik demit, ditelan setan!” sahut Ki Gandara dengan kemarahan yang menghe

gitupun dengan orang-orang yang berkerumun di halaman rumah Demang Mandura. Bahkan, beberapa sa

Ki Demang pada Ki Yudaya sebelum

a, Nimas Gandini segera

ulai merasa heran. Sudah lama mereka berjalan menyusuri hutan yang gelap, tap

ri sudah mau larut malam, tapi kenap

rempuan itu dengan suara yang pelan, ba

Adik k

perempuan itu jatuh tersungkur ke tanah, terdengar ia meng

a jatuh dan pingsan?” ujar Bonda

uan muda itu, tiba-tiba ia menjadi terkejut. Dengan bantuan sinar rembulan yang menembus kege

kenapa bisa me

nnya. Namun gadis itu tetap tidak bergeming sedikitpun. Se

n Gandini seperti ini. Aku yakin Ki Demang tidak akan mau mendengarkan. Pasti

i meninggalkan Gandini yang ter

juga baru kembali, setelah naik ke pendapa rumahnya, ia tampak masih mondar-m

imas Gandini Ki Demang.” sahut Ki

ng wajahnya semula nampak muram kini menj

utan Jati, Ki Demang. Dia baik-baik saja

pa. Yang penting anakku sel

orang-orang ke

inya yang berada di dalam rumah, mengata

aja hampir putus asa dikarenakan kehilangan an

n, keduanya menunggu orang

diatas tandu dan di gotong oleh empat orang pengaw

mengangkat tubuh anaknya di kedua lengannya dan membawanya

Ki De

Gandini yang telah tersadar dari pingsannya dan keada

k yang akan menyeret orang itu dan menghukumnya dengan hukum gantung kalau per

mpak enggan menjawab apapun secara jelas, “Saya tidak ingat kenapa saya bisa ada di Hutan Ja

nyembunyikan sesuatu dari kami

ak menyembunyika

lah Gandini beristirahat Nyai. Mungkin dia masih lelah. Jangan kau terus memaksa dan

ela napas dalam-dalam, iapun memb

dara lalu meninggalkan ruangan kamar

n di dalam kamar. Dan Gandini langsung tahu angin apakah itu.

dak seperti sebelumnya, ujud perempuan itu kini tampak terasa nyata. Bahkan, Gandin

meminjam tubuhnya, hampir saja ia celaka karenanya. Dan kini ia menjadi ker

encari alasan. Katakan saja ba

aya, Nyai. Sedangkan saya anak ora

a. Kamu bisa menuduh pemuda itu, bahwa dialah yang telah menculikmu. D

emuda it

siapa dia. Yang terpenting,

paklah Nyai Gandara masuk dengan raut wajah penasaran sembari melihat ke seisi ruangan

iapa Gandini? Siapa pemu

ku hanya teringat kalau malam itu entah bagaimana caranya tiba-tiba saja aku berada di dalam H

nya yang tengah duduk diatas pembaringannya itu. “Lalu, ap

andini tidak meneruskan kata-katanya, ia malah terisak hebat. Sehingga isak

s, tentu saja Ki Gandiri segera

a a

yang menimpa dirinya di d

, sehingga tanpa sadar meninggikan nada suaranya. Tetapi, iapun segera m

k saja, kemarahan Ki Gandara seketika memenuhi seisi dadanya. Tanpa menunggu hari esok, ia langsung

angkat untuk mengepung dan menyasar seluruh Hutan Jati untuk men

andini yang wajahnya tampak agak tegang. Bagaimanpun, ia menjadi cemas dan meraba-raba, apakah di dalam Hutan

membenahi selimutnya. Terasa sapuan lembut tangan ibunya itu mengusap-usap kepalanya. Sehingga perlah

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY