Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Rahasia Anak CEO
Rahasia Anak CEO

Rahasia Anak CEO

5.0
156 Bab
50.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Anne memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya dari kekasihnya yang merupakan CEO di perusahaan tempatnya bekerja, saat Hendrik memutuskan untuk menikahi wanita yang merupakan cinta pertamanya. Hendrik sendiri yang memilih untuk kembali dengan masa lalunya dan memutuskan hubungan dengan Anne. Sampai akhirnya, Anne pergi dengan membawa luka di hati dan janin di dalam kandungannya. Sudah lama berlalu, Anne pikir tidak akan lagi bertemu dengan Hendrik, tapi takdir justru kembali mempertemukan mereka, tanpa Hendrik tahu anak yang bersama dengan Anne adalah darah dagingnya sendiri.

Bab 1 Kenyataan pahit

"ini makan siangnya, Sa..." Teriak Anne membuka pintu rumah kekasihnya. Anne sengaja datang untuk membawakan makan siang yang ia buat sendiri khusus untuk Hendrik, kekasihnya.

Namun, bibir Anne terasa kelu, saat melihat pemandangan yang begitu menyakitkan. Hendrik tengah memeluk seorang wanita cantik yang menggunakan dress selutut tepat di ruang tamu.

Niatnya datang kerumah itu untuk memberikan kejutan dengan membawa makan siang, justru Hendrik yang memberikan dirinya kejutan.

Sebuah paper bag berwarna coklat terjatuh dari genggaman tangan Anne, namun dengan cepat ia segera mengambilnya kembali dengan mengubah ekspresi kagetnya menjadi biasa saja dia juga sedikit menunduk untuk memberikan tanda hormat pada Hendrik yang merupakan CEO di kantornya bekerja.

"Dia siapa, Babe?" Tanya wanita itu sambil melemparkan tatapan sinis pada Anne. Dia juga menatap Anne dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seketika keningnya berkerut saat melihat merk pakean yang di gunakan Anne, harganya itu pasti sangat mahal.

"Oh, dia sekretaris ku!" Jawab Hendrik tenang tanpa rasa ragu atau tidak enak.

Hendrik menoleh ke arah wanita itu dan semakin mengeratkan pelukannya, seolah dia sangat menyayangi wanita itu.

"Hah? Dia bilang sekretari?" Batin Anne dalam hati.

Kenyataannya memang, Anne adalah sekretaris Hendrik, tapi dia juga kekasih dari Hendrik. Apalagi saat ini mereka bukan berada di kantor, jadi seharusnya Hendrik memperkenalkan Anne sebagai kekasihnya.

Sudah satu tahun lamanya, Anne memberikan cinta dan kehangatan untuk Hendrik, meskipun hubungan mereka tak pernah terpublish.

Hendrik beralasan dirinya tidak ingin membuat Anne dimusuhi oleh rekan-rekannya di kantor karena rasa iri sama cemburu, selain itu dia juga belum siap jika nanti orang tuanya yang berasal dari keluarga terpandang mengetahui hubungannya dengan Anne yang hanya seorang anak yatim piatu.

Anne percaya begitu saja apa yang di ucapkan oleh Hendrik, bahkan Anne memegang janji Hendrik sewaktu pertama kali mereka melakukan hubungan badan.

Saat itu, Hendrik berjanji untuk mengenalkan Anne secara resmi kepada kedua orangtuanya dan keluarga besarnya saat waktunya tiba. Namun, ini sudah setahun berlalu, tapi janji Hendrik sama sekali belum terealisasikan dan Anne pun tidak punya keberanian untuk menanyakan hal itu.

"Oh, hanya sekretaris. Pantas saja dia kesini membawakan mu makan siang. Ambil makanannya, Babe, kasian sekali dia harus kelelahan dan repot membawakan mu Samapi kerumah, padahal kamu bisa pesan secara online saja" titah wanita itu tersenyum dan berubah menjadi ramah.

Anne masih terdiam, wanita yang satunya berada di dalam pelukan Hendrik bisa dibilang adalah wanita sempurna dari segi manapun, wanita itu tidak hanya cantik tapi juga kelihatan berkelas, semua barang yang dia pakai adalah barang-barang branded dari merk terkenal.

"Simpan saja makannya di atas meja" tunjuk Hendrik dengan dagunya. Matanya menyorot tajam pada Anne yang masih terdiam di sepak pintu.

Mau tidak mau, Anne pun berjalan perlahan masuk ke ruang tamu dan meletakkan papper bag itu di atas meja.

Da** Anne terasa sesak, terlalu menyakitkan saat melihat lelaki yang amat sangat ia cintai malah berpelukan mesra dengan wanita lain tanpa memperdulikan perasaannya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Anne keluar dari rumah Hendrik. Mereka sempat melakukan kontak mata, tapi Anne langsung mengalihkan pandangannya. Setelah menutup pintu rumah Hendrik, Anne segera berlari meninggalkan halaman rumah mewah itu.

Air matanya mulai keluar membasahi kedua pipinya, berbagai pertanyaan mulai muncul di dalam benaknya. Tidak ada firasat apapun tentang kejadian siang ini, padahal semalam Hendrik masih datang menemuinya.

Setelah puas menangis di depan rumah Hendrik,

Anne melihat Hendrik keluar bersama wanita itu, Anne segera bergegas memasuki mobil dan memutuskan untuk kembali ke kantor karena ada beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan.

Setelah tiba di kantor, Anne berusaha menunduk untuk menyembunyikan matanya yang bengkak. Dia lupa menyimpan kacamatanya di laci meja kerja, sehingga Anne terburu-buru agar cepat tiba di mejanya.

"Ini dia" tangan Anne bergetar saat mengambil kacamatanya, dia bergegas menggunakannya agar matanya tidak terlihat bengkak.

"Anne, ini semua laporan yang kamu minta"

Melani meletakkan sebuah map ke atas meja Anne, gadis itu tersenyum sambil mengusap punggung Anne dengan lembut.

"Terima kasih, Mel. Tapi bisakah kamu sendiri yang mengantarkannya ke ruangan Tuan Hendrik?" Pinta Anne dengan suara sedikit serak.

Melani mengerutkan dahinya bingung, biasanya semua hal yang berhubungan dengan Tuan Hendrik akan diserahkan pada Anne.

"Kamu sakit ya, Anne?" Tanya Melani cemas

Anne mengangguk, dia memang sakit tapi hatinya. Dia saat ini tidak tahu harus melakukan apa, rasanya ingin sekali dia menghilang dari dunia ini. Tapi, ada janin di dalam rahimnya yang tidak berdosa.

"Ya sudah, biar aku yang antarkan sekarang"

Melani mengambil map yang tadi di simpannya di atas meja Anne, ia lalu menuju ke ruangan Hendrik dan mengetuk pintunya.

Anne hanya bisa menghela nafasnya berat saat melihat Mesil masuk ke dalam ruangan yang tadinya adalah ruangan favoritnya, tapi sekarang tidak lagi sejak Hendrik bersama wanita itu.

Melani masuk ke dalam ruangan Hendrik, CEO muda itu langsung menoleh ke arah Melani, ia juga sempat memandangi wanita itu sebelum kembali menatap layar laptopnya.

"Pergi kemana, Anne?" Tanyanya heran. Biasanya Anne yang akan mengurus semua berkas perusahaan.

"Maaf Tuan, Anne sedang sakit"

Hendrik mendongakkan kepalanya dan menatap Melani, "Sakit?"

"Iya, Tuan"

Hendrik dengan segera mengambil telfon yang ada di atas mejanya. Di mejanya sendiri, Anne menahan nafasnya saat interkomnya berbunyi, jantungnya berdebar kencang, dia bingung harus melakukan apa sekarang.

Dia takut jika Hendrik akan marah, jadi Anne pun mengangkatnya saja.

"Iya, Tuan?*

"Keruanganku sekarang!"

Sambungan langsung terputus, Anne memegangi jantungnya yang berdenyut begitu kencang, dia takut Hendrik akan murka padanya, tapi bukankah dirinya yang seharusnya marah karena Hendrik telah berselingkuh?

Tapi, status Hendrik yang merupakan CEO di tempatnya bekerja membuay nyali Anne seketika menciut.

Tidak begitu lama, pintu ruangan Hendrik terbuka. Melani keluar dan langsung menghampiri Anne.

"Anne..."

Belum selesai Melani berbicara, Anne berdiri dan menuju ke ruangan Hendrik, sikapnya begitu aneh sampai membuat Melani bingung.

Pintu ruangan diketuk, setelah si empunya ruangan mempersilahkan masuk, Anne langsung mendorong pintunya dan masuk dengan wajah yang dibuat seceria mungkin.

"Apa Tuan mencari saya?" Tanya Anne dengan ramah.

Hendrik berdiri, dan menghampiri Anne. Tanpa berucap Hendrik meletakkan punggung tangannya di kening wanita itu.

"Kalau sakit kamu seharusnya tidak perlu bekerja, Anne" ucapnya datar.

Anne hanya mengangguk dia juga tidak tahu harus merespon apa. "Soal yang tadi, dia adalah Angela, dan aku akan segera melangsungkan pernikahan dengannya"

Mata Anne membelalakn, dia menatap Hendrik dengan tidak percaya. "Me—menikah?" Tanyanya terbata.

Hendrik menelan salivanya kasar, ia menatap manit jernih wanita yang sudah menemani dan memuaskannya setahun belakangan ini.

"Maafkan aku, tapi aku mencintainya"

Anne tertunduk, air matanya kembali menetes namun secepat kilat dia menghapusnya. Anne kembali menatap Hendrik dengan senyuman manis, "saya turut bahagia mendengarnya, semoga Anda bahagia Tuan"

Hendrik merasa tidak nyaman dengan ucapan selamat dari Anne, dia tahu dirinya memang brengsek, tapi Angela adalah Cinta pertamanya, ditambah lagi orang tuanya meminta agar dia segera menikahi Angela setelah wanita itu kembali lagi ke sisinya.

Awalnya Hendrik berniat untuk menikahi Anne, namun baru saja ia menceritakan bahwa dirinya dan Anne memiliki hubungan, Ibu Hendrik langsung menentang keras.

Anne yang hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga biasa dianggap tidak pantas untuk Hendrik yang berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya.

"Anne, Aku akan memberikanmu kompensasi atas waktumu selama ini menemaniku" ucap Hendrik dengan nada serendah mungkin.

Anne langsung menggelengkan kepalanya, dia tidak membutuhkan uang, dia hanya butuh Hendrik, ayah dari anak yang saat ini sedang dia kandung.

"Tidak perlu, Tuan. Saya tidak butuh apapun" tolak Anne masih mencoba untuk tersenyum, tapi Hendrik tahu sekali bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Hendrik mengangkat tangannya, ia hendak mengusap pipi Anne, namun Anne langsung mundur beberapa langkah dan membuat Hendrik menurunkan tangannya kembali.

"Maaf".

Hanya kata itu yang bisa dia ucapkan untuk saat ini, Hendrik sendiri juga tidak tahu Apa keputusannya itu sudah benar.

"Apa masih ada yang Tuan perlukan?" Tanya Anne lagi setelah beberapa saat kesunyian menyerap di antara mereka berdua.

Hendrik tidak menjawab, ia hanya menatap Anne, mencoba untuk memberinya sedikit alasan lagi agar dia tidak dirundung rasa bersalah, namun lidahnya terasa kelu.

"Kalau Tuan sudah tidak butuh apa-apa, saya pamit"

Anne membungkukkan dan mundur perlahan sebelum dia berbalik dan menuju pintu ruang kerja Hendrik.

"Anne tunggu!"

Anne menghentikan langkah kakinya, tangannya memegang handle pintu yang siap ia tarik.

"Anne, kemari dulu sebentar, ada yang ingin aku tanyakan padamu

Anne berbalik, ia mengurungkan untuk keluar dan kembali menutup pintunya.

"Ya, Tuan? Ada apa?"

Hendrik mendekat, dia berhenti tidak jauh dari Anne. "Kamu sedang tidak hamil bukan?"

Hendrik melarangnya menggunakan pil penunda kehamilan, dia pun tak pernah mau menggunakan pelindung saat berhubungan sehingga Hendrik takut Anne mengandung darah dagingnya karena bisa-bisa ia terkena masalah nantinya.

"Bagaimana kalau saya hamil? Apa anda akan membatalkan rencana pernikahan Anda Tuan?" Tanya Anne dengan suara bergetar.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 156 S2~ Resepsi Penuh Kebahagiaan   12-21 10:32
img
1 Bab 1 Kenyataan pahit
02/06/2023
3 Bab 3 Pindah Tempat
03/06/2023
5 Bab 5 Cinta Sejati
03/06/2023
6 Bab 6 Jauhi dia
08/06/2023
7 Bab 7 Sosok berbeda
08/06/2023
8 Bab 8 Makan Siang
09/06/2023
11 Bab 11 Anne Pergi
02/07/2023
12 Bab 12 Rasanya Hampa
03/07/2023
14 Bab 14 Terus Mencari
05/07/2023
16 Bab 16 Pergi
07/07/2023
17 Bab 17 Saya mencintai
09/07/2023
18 Bab 18 Edit
11/07/2023
20 Bab 20 Hendrik X Jonas
03/08/2023
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY