/0/13596/coverbig.jpg?v=eb573f1dfe5b0c143e1b043bce57d77e)
Tak pernah terduga jika dia sebenarnya sang mafia itu. Suangguh pandai wanita itu menyembunyikan dirinya dalam cahaya terang yang senantiasa menyoroti setiap langkahnya. Namun sepnadai-pandainya tupai meloncat, suatu saat dia akan terjatuh juga. Salah sasaran akhirnya mengubah segalanya.
Khusus pembaca yang pernah mengalami gejolak hasrat cinta dan birahi masa remajanya, tentu kisahku ini akan sedikit memberikan kesan dan nostalgia terindah masa-masa remajanya.
Sengaja kusajikan utuh memotret masa beberapa tahun yang lalu, agar siapapun yang pernah merasakan bangku SMA dan dunia perkuliahan, bisa lebih menghayatinya. Namun demikian pada beberpa bab kisah ini hanya cocok buat dewasa karena mengandung adegan dewasa, mohon bijak dalam memilih bab-bab tertentu.
Biar Cinta Bicara.
Aku mengenalnya dalam sebuah insiden kesalah-pahaman yang sangat memalukan. Kami sekolah di SMA yang sama, namun jurusan dan kelas berbeda. Dia kelas Sosial sedangkan aku IPA. Jadi wajar jika sebelumnya kami tidak saling kenal karena letak kelas yang berjauhan.
Secara fisik, dia termasuk kriteria primadona sekolah. Selain cantik dan memiliki postur tubuh yang seksi nan proposional, dia juga sangat easy going dan supel dalam bergaul. Namun sayangnya terlalu banyak gosip buruk yang beredar tentang dirinya.
Dia memiliki predikat anak broken home, ratu toge, boomsex dan punya label cewek nakal lainnya, bahkan banyak juga yang mengatakan dia seorang cewek bispak. Deretan predikat buruk itulah yang membawaku terpaksa harus mengenal dan akhirnya sangat dekat dengannya.
Ketika itu, tak lama setelah bel jam istirahat berbunyi, aku, Aldy, dan Farel, seperti biasa bergegas hendak menuju kantin. Namun tiba-tiba kelas dihebohkan dengan kedatangan seorang siswi yang marah-marah sambil mencari-cari seseorang yang bernama Egar, ya itu namanku.
Setelah bertanya pada salah seorang teman sekelasku, siswi yang sepertinya sedang dilanda amarah tingkat dewa itu langsung menatapku dengan sorot mata yang menghujam serta raut wajah yang sangat tidak bersahabat diliputi angkara murka.
"Heh, Egar! Lu cowok macam apa sih? Jadi cowok mulutnya kok lemes amat! Mulai sekarang mendingan lu pake rok aja jangan celana panjang!" Tiba-tiba siswi itu menghardikku dengan sangat arogan, tanpa tedeng aling-aling.
Aku yang merasa tidak punya salah padanya, hanya sekilas menatapnya lalu pergi berlalu tanpa menghiraukannya. Diperlakukan demikian, rupanya cewek arogan itu semakin emosi.
Dia menarik sebelah tanganku dengan sangat kasar hingga tubuhku berbalik menghadapnya, "Jawab lu, bangsat!" bentak cewek sinting itu.
Tampaknya dia meminta jawaban atas hardikannya. "Eh, lu kenal gua gak?" tanyaku dengan nada yang tetap tenang. Lebih tepatnya ditenang-tenangkan.
"Nama lu Egar kan? Lu ngebacot jelek-jelekin gua di depan anak-anak kelas tiga IPS kan? Pake bilang gua cewek bispak segala, maksud lu apa?" Siswi yang sepertinya sedang mabok ikan asin itu semakin nyolot.
"Heh, lu tahu nama panjang gua, gak?" jawabku dengan pertanyaan. Dan aku tetap berusaha tetap tenang, tidak terpancing emosi agar suasana tidak semakin memanas. Menurut mama, menghadapi wanita yang sedang murka, tidak boleh sembarangan.
"Hah, apa pentingnya gua mesti tahu kepanjangan nama lu segala, Cot!" Dia menjawab masih dengan nada tinggi dan emosional.
"Mbak yang cantik, denger ya. Situ gak kenal gua, begitupun sebaliknya. Gua bahkan gak tahu siapa nama lu. Gimana mungkin gua bisa jelek-jelekin elu?" jawabku dengan suara yang masih tetap tenang dan datar.
Aku yakin, ucapanku cukup bisa menyentak kesadarannya, hal tersebut bisa kulihat dari beberapa saat lamanya dia diam tertegun menatapku tanpa bicara. Tampaknya mulai faham dan sadar dengan kesalahannya.
Tak berapa lama kemudian muncul seorang siswi lainnya yang juga tidak kukenal. Dia menarik tangan Regina dan membisikan sesuatu padanya. Lalu tanpa bicara apapun, mereka pun keluar kelasku. Sekilas aku masih bisa melihat tatapan liar dan benci dari cewek sinting yang sepertinya masih menyimpan amarah dan dendam padaku.
"Bro, kalau habis make cewek bispak, bayar dong. Lu malu-maluin kita aja!" bisik Aldy tendensius.
"Kampret, lu!" bentakku tanpa melihat ekspresi Aldy yang pastinya cengengesan, senang mendapati aku terkena damprat orang tak dikenal.
"Sungguh terlaluh, Bang Rhomah! Berapa sih harganya cewek itu? Kenapa lu sampai ngutang gitu, Bangt? Rusak deh reputasi Trio Cogan Masya Allah di sekolah ini!" timpal Farel tak kalah kampretnya.
"Kuampret lu pada!" Aku hanya bisa membentak kesal.
Sungguh biadab sekali dua sahabatku ini. Ketika aku dicecar oleh siswi sinting itu, mereka hanya diam membisu dengan sama sekali tidak melakukan upaya pembelaan dalam bentuk apapun. Namun setelah semua berakhir, mereka malah berkomentar julid layaknya para netizen zaman now.
"Maaf sodara-sodara, untuk saat ini, adegannya cukup sampai di sini dulu, kita lanjut bab selanjutanya besok, oke?" Farel tiba-tiba berbicara di hadapan semua orang yang sejak tadi melongo dan menonton pertengkaran singkat antara aku dengan siswi aneh itu.
"Huuuuuuuh!" Nada kecewa menggema di seantero kelasku. Lalu semua tertawa-tawa sambil berebut keluar kelas hendak ke kantin.
Setelah itu semua berjalan normal, namun beberapa teman lainnya masih memandangku dengan tatapan penuh curiga. Mereka pasti bertanya-tanya, ada apa antara aku dengan siswi sinting itu. Ya, jangankan mereka, aku sendiri tidak tahu dan tidak mengerti mengapa semuanya harus terjadi.
'Mimpi apa aku tadi malam? Dosa apakah yang kuperbuat pada Mama, sampai-sampai harus dipermalukan seperti ini oleh seseorang yang sama sekali belum kukenal?' Hanya itu pertanyaan yang masih tersisa dalam dadaku.
Ketika jam pelajaran sudah berakhir dan kami pun berhamburan keluar kelas hendak pulang. Tiba-tiba seorang cewek yang tadi mengajak siswi itu keluar dan pergi dari kelas, datang kembali menemuiku.
"Gar, kenalin gua Jeslyn, anak kelas tiga Sos," sapa cewek yang cantiknya sebelas dua belas dengan temannya, cewek sangar itu. Dia mengulurkan tangan mengajakku bersalaman. Aku segera menyambutnya tanpa menyebutkan nama karena yakin dia sudah kenal namaku.
"Ada apa lagi, Jes?" tanyaku datar dan sedikit ketus. Saat melihat wajah Jeslyn, aku langsung kembali teringat pada wajah cewek sinting itu yang membuat onar tak karu-karuan bikin kesal dan jengah.
"Gar, bisa ikut gue gak sebentar? Ada yang mau diomongan sama lu, penting banget!" Jeslyn bicara dengan mimik yang serius.
Aku mengangguk meng-iya-kan, karena yakin ini ada kaitannya dengan insiden yang terjadi antara aku dengan cewek sinting itu.
Benar saja dugaanku. Jeslyn membawaku ke belakang kelas Sosial, dan di sana sudah ada siswi sinting yang tadi saat marah-marah dengan tidak ada hujan dan tidak ada angin, memintaku untuk memakai rok jangan celana panjang.
"Egar, kenalin gua Regina. Maafin semua kesalah-pahaman tadi, ya!" ucap cewek sinting bernama Regina itu sesaat setelah aku berdiri kaku berhadap-hadapan dengannya.
"Oh, setelah lu teriak-teriak di depan semua orang?" jawabku sinis, bermaksud meminta dia menjelaskan tindakannya tadi yang sangat aneh dan super konyol itu.
"Sorry, Regina salah orang, Gar. Yang dia cari harusnya si Egar kelas tiga Sos, teman sekelas gue." Jeslyn ikut mengklarifikasi dengan wajah yang sangat memelas. Entah ada hubungan apa antara Regina dengan Jeslyn, mungkin mereka sepupuan, sama-sama cantik, beda kelas tapi sangat akrab saling bela.
"Oke Gar, gue tahu gue salah. Terus gue harus ngapain biar lu bisa maafin gue?" tanya Regina dengan raut wajah yang sangat mengiba, namun kini justru kecantikannya terpancar dengan jelas. Jauh bereda dengan saat dia marah-marah tadi.
"Ya klarifikasi dong sama semua orang. Biar mereka tahu kalau kejadian tadi itu salah elu, bukan salah gua." Aku menjawab dengan nada yang sedikit ketus, karena masih ada sisa-sisa kesal dalam hatiku.
"Oke, gue bakal minta maaf lewat radio sekolah, apa itu cukup?" tanya Regina masih dengan mimik yang sangat serius dan menghiba.
"Terserah," jawabku singkat.
"Ada lagi selain itu, Gar?" Jelsyn ikut bertanya.
"Cukup," jawabku sambil mengulurkan tangan mengajak Regina dan Jeslyn bersalaman sebagai tanda perdamaian dan saling memaafkan.
Tanpa banyak bicara atau ngobrol basa-basi lainnya, kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku sudah sangat puas dengan penjelasan dan permintaan maaf dari Regina.
Keesokan harinya saat jam istirahat pertama, radio sekolah yang selalu on-air pada jam istirahat mulai mengudara. Benar saja, suara pertama yang terdengar adalah klarifikasi dan permintaan maaf dari Regina untukku. Cukup singkat, padat dan jelas, namun semua orang sudah mengetahui jika insiden kemarin itu benar-benar hanya salah paham.
"Lu pake pelet apaan, Nyet?" tanya Aldy heran.
"Kampret!" jawabku menanggapinya tak acuh.
"Kalau gua jadi si Regina, ogah minta maaf sama kampret macam dia!" timpal Farel sambil menunjukku, "nanti kegegeran. Kalau udah geer idungnya yang gede makin gede megap-megap kaya mau sakartul maut," lanjutnya kian memperkuat ledekan Aldy.
"Lu kenal sama Regina gak?" tanyaku merubah arah pembicaraan.
"Cowok mesum macam si Farel, gak mungkin lah kalau gak bisa nangkep sinyal togenya si Regina, Gar!" sahut Aldy.
"Lu kenal Regina juga, Dy?" tanyaku heran. Merasa hanya diriku yang tidak mengenal Regina sebelumnya.
"Kenal dari gosip anak-anak aja, Gar," jawab Aldy kalem.
"Maksudnya?" Aku mengejar kejelasan ucapan Aldy.
"Gara-gara kejadian kemarin itu, ketika lu dipanggil sama Jeslyn sepulang sekolah itu, gua sama Aldy saat di parkiran nanya-nanya sama yang lain soal cewek itu. Dapatlah info dan gosip-gosip hot tentang dia, hehehe," ujar Farel disertai senyum mesumnya.
"Hmmm, harusnya gua seneng sih, lu berdua ternyata peduli sama gua. Tapi kuampretnya kalian ujung-ujungnya malah asik nyari info gosip keburukan Regina doang," balasku dengan hati yang sedikit mangkel.
"Hahaha you know us so well, Gar!" ujar Aldy seraya bangkit dari duduknya dan mengajak kami ke kantin.
Namun tak lama sebelum kami keluar dari pintu kelas, Jeslyn kembali muncul mencariku.
"Gar, bisa ngomong bentar?" tanya Jeslyn saat sudah berdiri tepat di depanku yang kujawab dengan anggukan kepala.
Jeslyn diminta Regina untuk memanggilku. Aku pun meninggalkan Aldy dan Farel, lalu mendatangi Regina yang sedang duduk di kursi panjang depan kelasnya.
"Gue ke kelas dulu ya," ucap Jeslyn sambil berlalu melangkah.
"Eh kok gitu sih, Jes. Temenilah, biar gak jadi fitnah!" cegahku pura-pura serius.
"Kagak mau, kalau cowok dan cewek berduaan, yang ketiga itu setan. Lu pikir gue mau jadi setan apa?" jawab Jeslyn sambil terus melangkah tanpa menoleh lagi. Sementara aku dan Regina hanya tersenyum simpul menimpali ucapannya.
^*^
KHUSUS DEWASA (21+) "Hasrat Liar Istri Salihah" Ketika kesetiaan diuji bukan oleh godaan dari luar, melainkan dari dalam hati sendiri... Nadia dikenal sebagai istri salihah-lembut, sabar, dan selalu menempatkan keluarga di atas segalanya. Tapi saat Danar, suaminya, pergi ke luar kota untuk proyek besar dan meninggalkannya bersama anak mereka, perlahan ada ruang kosong yang tak bisa diisi oleh doa dan kesabaran semata. Apalagi ketika sosok lama dari masa lalu kembali hadir... dengan tatapan yang dulu sempat membuat jantungnya bergetar. Di antara status sebagai seorang istri yang patuh dan seorang perempuan dengan hasrat yang terpendam, Nadia harus memilih. Apakah ia tetap menjadi simbol kesetiaan, atau justru menemukan dirinya dalam pelukan dosa yang selama ini ia kutuk dalam diam? Sebuah kisah tentang gejolak batin, pengkhianatan hati, dan rahasia yang mengubah arti kata "salihah".
Misteri Birahi Kampung Cilendir adalah sebuah kisah yang menggali sisi gelap sebuah kampung yang tampak damai dan sejahtera di permukaan, namun menyimpan rahasia kelam di balik kehidupan sehari-hari warganya. Di balik senyum ramah penduduknya, tersembunyi konflik batin yang mengguncang jiwa, ketamakan, dan nafsu yang tanpa kendali. Cerita ini membawa pembaca ke dalam kehidupan para tokoh yang terjebak dalam dilema moral, di mana keinginan yang tak terungkap beradu dengan norma dan harapan yang dibebankan masyarakat. Ketegangan antara pengendalian diri dan dorongan syahwat yang tak terkontrol membentuk alur yang penuh gejolak, meruntuhkan segala harapan akan kehidupan yang sederhana dan tenang. Satu per satu rahasia kampung ini terungkap, membuka gambaran bahwa kadang, kehidupan yang tampak sempurna justru menyembunyikan kelicikan yang membahayakan
Kebutuhan biologis adalah manusiawi. Tak perduli dia berprofesi apa dalam dunianya, namun nagkah batin jelas tak mengenal tahta, kasta maupun harta.
Usia terkadang tidak menjadi patokan buat seseorang bisa berbuat lebih dewasa. Banyak faktor yang memperngaruhinya, termasuk salah pergaulan. Khusus pembaca yang pernah mengalami gejolak hasrat cinta dan birahi masa remajanya, tentu kisahku ini akan sedikit memberikan kesan dan nostalgia terindah masa-masa remajanya. Sengaja disajikan utuh memotret masa beberapa tahun yang lalu, agar siapapun yang pernah merasakan bangku SMA dan dunia perkuliahan, bisa lebih menghayatinya. Namun demikian pada beberpa bab kisah ini hanya cocok buat dewasa karena mengandung adegan dewasa, mohon bijak dalam memilih bab-bab tertentu
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?