/0/16519/coverbig.jpg?v=b389afd4a0f138fbd8c204a3ba8daafa)
Khusus Dewasa
Khusus Dewasa
"Yeees, enaaak bangeeet maaaaas, uuuh..."
Ranjang berkasur busa itu tampak bergerak-gerak mengeluarkan suara berderit yang seolah membalas bisikan gemerisik daun yang tertiup angin. Kicauan burung yang saling bersahutan ceria mengiringi mentari yang beranjak dari peraduannya. Semesta begitu bersemangat menyambut dan menyemarakan hari ini.
Di bawah ranjang sederhana yang berderit-derit itu teronggok sebuah beha berenda warna hazzel tak jauh dari celana dalam mini thong warna senada. Dua benda yang berserakan itu menemani celana panjang jeans chinos warna biru dongker yang bertumpuk dengan kemeja biru muda. Di sudut berbeda yang tak jauh seperangkat pakaian lelaki berserakan.
"Ummp, Maaas," Lenguhan binal yang tertahan seketika mleuncur dari mulut seorang gadis yang sedang saling berpacu birahi bersama pasangannya.
Gadis bugil bertubuh padat berisi dengan kulit cokelat terang cenderung putih itu terus beraksi meliuk-liuk erotis di atas tubuh seorang lelaki yang telanjang bulat dalam posisi telentang di bawahnya. Keringat kedua insan beda kelamin itu tampak membasahi kedua tubuhnya. Tampaknya olah raga pagi menjelang siang mereka benar-benar berhasil.
"Aaaah teruuus goyang, Sayaaang," Lelaki berwajah tampan yang ditunggangi sang gadis itu melenguh memberi semangat.
"Yeees..." Kedua tangan sang gadis dengan siku menekuk mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gerakan yang sensual sembari terus mengeluarkan desisan dan desahan vulgar nan erotis yang kian menambah gairah pergumulan mereka.
Sesekali gadis itu mendongakkan kepalanya sambil mengibas-gibaskan rambut pirangnya, mengekekspresikan kenikmatan yang sedang mengalir di sekjur tubuhnya. Punggungnya yang mulus pun tampak sudah mengkilat dengan keringatnya. Goyangannya pun kian kian erotis mengimbangi liarnya batang kejantanan sang lelaki yang sedang mengobok-obok lembah kenikmatannya.
"Sstth ooowh aaaaah, Maaaas Dicku ooooh, nikmaaaatnya Maaaas...!" Suara desahan gadis yang sedang memacu birahi itu terus meluncur menggenapi desahan sang jantan. Suara-suara erotis nan mendebarkan yang bersumber dari ritmis pergesekan kemaluan mereka yang berlendir, kian menambah rangsangan dan pekatnya atmosfir mesum di sana.
"Ooooh yeeees oooh sssst... kamu makin binal saja, Sayaaang..., oooh aku sukaaaa ini," lenguh sang jantan, sambil meremas pinggul gadis itu dengan kedua tangannya, sementara sang gadis itu pun kian liar mengulek selangkangannya seperti sedang menghaluskan bumbu yang sedang terperangkap dalam vaginanya yang becek namun panas.
Gerakan pinggul yang awalnya goyangan memutar berubah maju mundur dengan frekwensi yang lebih cepat. Wajah tirus berhias bibir sensual itu pun memerah menahan letupan gairahnya yang terus membara.
"Aaaaah nikmaaat bangeeeet, Sayaaang ahh...," rengek mesum gadis itu terus mendesir seraya memejamkan kedua matanya.
Sepasang payudara ranum berputing cokelat terang tampak mengacung keras, menandakan gairah yang dialami pemiliknya sudah berada di tatanan paling tinggi. Tak berapa lama kemudian puting itu pun sudah terperangkap dalam kuluman mulut liar sang lelaki.
"Maaaas, Ooooh sssst...." Gadis itu kian melenguh sambil melingkarkan kedua tangannya pada leher belakang lelakinya seraya menekan kepala belakang lelakinya itu agar terbenam erat pada payudaranya yang kian kenyal dan licin karena terangsang dan baluran liur juga keringat.
Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi doggy style dengan penuh semangat dan sedikit liar. Tampaknya dua insan itu menyukai gaya anjing kawin dalam memenuh hasratnya. Suara-suara erotis akibat benturan selangkangan dengan pantat saat penis jantan itu merajam celah vagina, terdengar sangat keras dan kian membuat keduanya gelonjotan didera sensasi liar dan kenikmat yang tiada tara.
Lenguhan dan desahan nikmat yang bersahut-sahutan laksanan orkestra yang memandu gerak keduanya untuk semakin liar dan binal tak terkendali. Wajah mereka pun kian memerah, api birahi terus berkobar hingga keduanya merasakan desakan-desakan nikmat dan kedutan-kedutan sensasional yang mendera dan menjalarinya.
"Maaaas, aaaaah I'm cumming uugh yees aaaaah ssst mmph!" Gadis hypersex itu berteriak seraya melepaskan gairah binalnya yang bersemayam.
Tak berapa lama kemudian, sang lelaki pun melenguh seraya menarik batang kejantanannya secara sekaligus. Gadis berwajah tirus itu pun langsung berbalik arah menghadap penis yang siap memuntahkan seluruh laharnya ke wajahnya yang bitchy.
"Oooh aaaah mmph....," lenguh sang lelaki saat sperma dari lobang kejantanannya menyembur hebat menembaki seluruh wajah wanitanya. Setelah semburan berhenti, penis itu pun langsung dihisap sang gadis untuk mengambil sisa-sisa sperma yang masih ada.
"Ooooh sudaaaaah dulu Riiiiin, aduuh ngiluu," ringis sang lelaki sambil bergidik geli dan ngilu karena birahinya sudah padam.
Sejurus kemudian pasangan bukan suami istri itu sama-sama terkulai lemas dan terkapar dengan napas terengah-engah seperti kekurangan oksigen. Keduanya mencoba menikmati sisa-sisa persetubuhan terlarangnya yang sudah lebih dari lima kali mereka lakukan dalam tiga bulan terakhir.
Setelah semuanya kembali normal, mereka pun bangkit dan mengenakan kembali seluruh pakainnya. Mereka harus segera keluar dari penginapan sederhana itu, kembali pada aktivitas rutin hariannya. Sang lelaki kerja di kantornya, sementara sang gadis mengikuti kuliah di kampusnya.
"Mas, gimana dengan permintaanku itu? Mas Dicky mau kan melamarku dalam waktu dekat ini agar setelah selesai wisuda kita bisa langsung nikah," ujar mahasiswi itu setelah benar-benar siap berangkat kembali ke kampusnya.
"Hahaha, gak bisa lah, Rin!" sergah lelaki yang disapa Mas Dicky itu.
"Loh, kok gak bisa? Minggu lalu katanya bisa!"
"Ya, gak bisalah Karin. Pertama, aku sudah berkeluarga, tak ada niat poligami. Kedua, kita melakukannya sebatas bersenang-senang. Kamu melayaniku sesuai permintaan dan aku membayarrmu sesuai tarif yang kamu tawarkan, simple kan?" jawab Dicky sambil merapikan kembali pakaian yang sedang dikenakannya.
"Ya gak bisa gitu juga, dong. Mas Dicky kan orang yang telah merenggut kesucianku, jadi mau tidak mau harus mempertanggung-jawabkannya. Harus segera menemui kedua orang tuaku dan melamarku!" paksa gadis itu.
"Karin, aku merenggut keparawananmu karena memang itu yang pertama kamu jual. Kalau kamu sudah tidak perawan, belum tentu aku juga berani harga segitu. Dan setelah itu aku membayar sesuai tarif setiap memakai tubuhmu."
"Jadi kamu masih tetep menganggap aku sebagai pelacur, mas?"
"Hmmm, dengarin ya. Kamu itu bukan satu-satu gadis yang menjual keperawanannya sama aku. Mereka gak ada yang nuntut tanggung jawab, transaksinya kan sudah jelas jual beli!" tegas Dicky dengan intonasi yang mulai sedikit meninggi.
"Aku gak mau tahu! Kalau dua minggu ini, kamu gak nikahin aku, tunggu aja akibatnya. Aku bakal datangin atasanmu dan istrimu, aku bisa membongkar semua kebusukanmu selama ini!" gertak Karin mengancam.
"Hmm, gertakan lu basi! Lu pikir gua bego apa? Gua gak bakal gentar dengan ancaman pelacur murahan kaya elu, Karin! Gua sih hanya ngebantu keuangan lu aja, kalau udah gak mau gua bantu lagi ya sudah. Cari sana cowok yang bisa muain lu lahir batin, hahaha. Gua gak bakal bisa ketipu, Karin!"
"Pokoknya gue gak mau tahu, lu mesti tanggung jawab atas kehamilan gue, Dicky!" Karin masih tertap menyalak tak mau kalah.
"Heh pelacur, lu pikir gua gak tahu siapa aja yang suka make memek lu? Kenapa lu gak minta tanggung jawab juga sama Pak Ilham, Mas Boni atau Mang Sarja, tukang parkir depan kampus lu itu!" Dicky makin meradang.
"Tapi gue jadi kaya gini gara-gara elu, Dicky! Yang ngerenggut kegadisan gue kan elu, yang ngejadiin gua binal kan elu juga!" Karin kembali menegasakan dan tetap tak mau nyerah.
"Sejak kapan pelacur hamil bisa minta tanggung jawab sama pelanggan? Gua ini cowok baik-baik, gak mungkin juga nikahin pelacur!" bentak Dicky sambil melemparkan sejumlah uang kertas pada dada Karin.
"Ambil tuh jatah lu. Segera pergi dari sini dan jangan pernah ganggu gua lagi!" geram Dicky sambil mendorong tubuh Karin keluar dari kamar penginapan itu. Beruntung suasana pagi menjelang siang di sana masih relatif sepi.
"Tunggu pembalasan dari gue, Dicky! Lu bakal nyesel seumur hidup!" geram Karin tak terima diperlakukan kasar oleh lelaki yang pada awalnya diharapkan bia jadi suaminya.
"Heheheh, sekali lagi gua bilangin. Kalau mau ngejebak gua, gak gini caranya. Gak usah ngancam-ngancam gua juga karena itu sia-sia dan membahayakan nyawa lu sendiri, Karin! Berhati-hatilah kalau bicara kalrena lu belum tahu gua sesungguhnya. Jangan berbuat konyol kalau lu and keluarga lu masih ingin hidup!" Dicky balik mengancam.
Tanpa memperpanjang perdebatan. Karin pun bergegas meninggalakn penginapan sederhana itu. Sebuah motor sport yang dikendarai seorang lelaki muda bertubuh kekar tak lama kemudian menghampirinya dan langsung berlari membawanya pergi.
'Ada-ada aja modus pelacur zaman now!' maki Dicky dalam hati sambil tertawa kecil dan memandangi punggung Karin di atas motor sport yang biasa mengantar dan menjemputnya setiap kali bertemu Dicky.
Tak berselang lama, Dicky lagsung mengambil ponselnya karena ada notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya.
[Dick, nanti sore jadi kan ketemuan sama Nita?]
Sebuah pesan masuk dari nomor kontak yang Dicky kasih nama Tantien.
[Jadi dong, tan. Jam empat kita ketemu di tempat biasa aja, ya. Tapi beneran kan dia masih segel tingting and gak ribet orangnya?]
[Itu bisa tante jamin 100 %, Sayang!]
[Kalau orangnya kaya si Karin, aku males tan! Mendingan kencan sama Tantien yang asik and udah terbukti bisa bikin aku ketagihan, wkwkwkw]
[Duh, kapan sih tante ngecewain kamu, Sayang. Karin kan bukan rekom dari tante. Pokoknya selagi kamu gak ngecewain tante, pasti bakal dibalas yang setimpal, wkwkwk]
[Wow, berarti kemarin malam puas dong sama David?]
[Bangeet. Gak nyangka, David ternyata sensasional juga rangnya! Tapi belum ada yang bisa ngalahain kamu sih Dick. Hmmm jangan kegeeran ya!]
[Good, nanti kapan-kapan aku kasih yang masih fresh. Tante udah tahu belum sama anak kost baru di rumahku?]
[Oh, Nizar bukan? Yang sepupunya David itu ya?]
[Yes]
[Tahu, manis, kurus and lumayan gantengnya juga di atas David. Tapi kayaknya dia masih polos deh, emangnya Nizar udah bisa dipake, Dick?]
[Kalau tante minat kan nanti bisa diatur. Aku juga belum terlalu kenal sih, tapi gampanglah kan ada David. Tapi aku rasa dia gak polos-polos amat kok. Bisa aja kan pura-pura cupu gak tahunya suhu. Malam aku sedikit curiga, jangan-jangan dia lebih liar dan lebih sensasioanl dibanding David, wkwkwkw]
[Gitu ya, terserah kamu aja deh. Dick udah dulu ya. Tante udah nyampe rumah kamu nih. Biasa, mau ghibah tipis-tipis sama istrimu, sekalian cari info Nizar or brondong gedong lainnya, wkwkwkw. Bye!]
[Huh, dasar biong brondong! Bisa aja cari mangsanya, wkwkwk, bye!]
^*^
"Hasrat Ayah Tiri Perkasa" Di balik wajah teduhnya, Om Farhat menyimpan bara hasrat yang tak pernah ia ungkap. Sebagai suami baru ibunya, kehadirannya di rumah seharusnya menjadi pelindung bagi Naya, gadis remaja yang masih mencari jati diri. Namun, batas-batas kesopanan mulai kabur ketika perhatian kecil berubah menjadi tatapan berbeda, sentuhan ringan menjadi godaan terlarang. Naya terjebak dalam pusaran perasaan yang membingungkan-antara benci, penasaran, dan ketertarikan yang tak bisa ia sangkal. Sementara Pak Bram, dengan wibawa dan kekuatan yang dimilikinya, terus bermain di ambang dosa dan kehormatan. Mampukah mereka mengendalikan hasrat yang semakin membara? Ataukah mereka akan terjerumus dalam hubungan yang mengancam kehancuran keluarga?
"Aku kehilangan istri, anak, dan harga diriku. Tapi malam itu... aku menemukan kembali siapa diriku sebenarnya." Ketika sebuah surat menghancurkan hidupnya, Jovan terseret ke dalam pusaran kenangan, dendam, dan nafsu. Dalam pelariannya mencari jawaban, ia justru menemukan kekuatan untuk bangkit-dan jejak bayang istri yang telah menghancurkan segalanya. Pemburu Nafsu – Jejak Bayang Istri yang Kabur Sebuah kisah lelaki yang terjerat masa lalu, dan perjuangannya untuk menemukan kebenaran... walau harus menantang batas dirinya sendiri.
Godaan Liar Sang Ustazah ini memuat unsur kedewasaan yang cukup eksplisit dan ditujukan khusus untuk pembaca berusia 21 tahun ke atas. Bukan untuk mengajak pada dosa, bukan pula untuk menghakimi siapa pun. Cerita ini hadir sebagai bentuk refleksi dan hiburan, menyentuh realita-realita yang mungkin jarang dibicarakan, namun nyata dalam kehidupan. Karena tak semua kisah hidup berjalan lurus dan suci seperti yang kita bayangkan. Di balik senyum, ada luka. Di balik keputusan, ada dilema. Dan di balik romansa, ada rindu yang tak selalu sederhana. Romantika hidup ini terlalu berharga untuk sekadar diabaikan. Kadang, justru dari cerita-cerita yang kita anggap "gelap" itulah, kita bisa menemukan cahaya: tentang siapa kita sebenarnya, dan apa yang sedang kita cari di dunia ini. Selamat membaca. Semoga ada yang bisa dipahami... dan barangkali juga ada banyak manfaatnya dari hanya sekedar hiburan semata. Mohon maaf jika banyak hal yang masih kurang nyaman untuk dibaca. Terima kasih.
“Good, kamu juga bisa mengelaborasi tugas itu, yang penting misi utama tidak terabaikan. Ingat kita hanya waktu maksimal tujuh bulan!” “Siap komandan!” “Kamu mesti tahu bahwa Madam Elva tidak sembarangan ngambil anak buah. Dia bukan germo kelas bawah yang menipu anak gadis di kampung buat dijual di kota. Ya, mungkin dia pernah atau masih juga begitu sih, dengar-dengar jaringannya menyediakan buat semua pangsa pasar.” Nikita masih terdiam menyimak. “Itu nanti kamu cari tahu saja. Yang jelas banyak anak buahnya itu high class, dan punya profesi utama bukan hanya sebagai pelacur: Ada yang masih mahasiswi, wartawan, sekretaris, perawat, atau malah istri orang yang diabaikan suaminya. Kamu bisa paham kan tipe seperti apa orang-orang yang bekerja sama dengan kamu nantinya.” Kompol Rudy menambahkan,
21+ Alena Adriani Quensyah, harus menerima kenyataan pahit, ketika hidupnya hancur dalam semalam. Bayangan akan masa lalunya pun tidak pernah hilang dalam benaknya. Lagi-lagi Alena harus mengetahui kedua orang tua nya yang pergi begitu saja dan menjadikan nya sebagai jaminan pada seorang Mafia, membuat hidup Alena seperti didalam penjara. Akankah Alena bisa bertemu dengan orang tuanya kembali? Dan apa penyebab mereka meninggalkannya?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Kirani dipaksa menikah dengan Devon, seorang preman terkenal. Adik perempuannya mengejeknya, "Kamu hanya anak angkat. Nasibmu benar-benar sial karena menikah dengannya!" Dunia mengantisipasi kesengsaraan Kirani, tetapi kehidupan pernikahannya ternyata disambut dengan ketenangan yang tak terduga. Dia bahkan menyambar rumah mewah dalam undian! Kirani melompat ke pelukan Devon, memujinya sebagai jimat keberuntungannya. "Tidak, Kirani, kamulah yang memberiku semua keberuntungan ini," jawab Devon. Kemudian, suatu hari yang menentukan, teman masa kecil Devon mendatanginya. "Kamu tidak layak untuknya. Ambil seratus miliar ini dan tinggalkan dia!" Kirani akhirnya memahami perawakan sejati Devon, orang terkaya di planet ini. Malam harinya, gemetar karena gentar, dia membicarakan masalah perceraian dengan Devon. Namun, dengan pelukan yang mendominasi, pria itu mengatakan kepadanya, "Aku akan memberikan semua yang kumiliki. Perceraian tidak bisa dilakukan!"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
© 2018-now Bakisah
TOP