/0/21234/coverbig.jpg?v=8855bb5adffba23593cd01ae9b89cf72)
Darren tahu, istrinya yang muda, Sienna, adalah seorang wanita yang sangat tertarik dengan uang. Bukan hanya itu, Sienna juga gemar menggoda pria-pria tampan dan wanita-wanita cantik, hal ini membuat Darren merasa cemburu setengah mati. Namun, Darren tidak tahu bahwa Sienna juga memiliki satu kesenangan lain yang lebih mencengangkan, yaitu sering merujuk kapan Darren akan menceraikannya! Sementara itu, Sienna benar-benar tidak menyangka. Saat ia merasa tubuhnya akan hancur karena kelaparan dan kemiskinan, ia tiba-tiba terbangun di dunia lain, dengan tubuh yang sama seperti tokoh antagonis dalam cerita yang ia baca, seorang wanita bernama Sienna. Alih-alih mengikuti alur cerita dan menurut takdir, ia malah memutar balik keadaan. Sienna yang seharusnya mati, memilih untuk menikah dengan Darren dan menikmati hidup sebagai istri yang kaya raya. Sienna tahu bahwa pernikahan mereka hanya terjadi karena kehamilannya dan Darren pasti akan menceraikannya begitu sang pahlawan wanita kembali. Namun, yang tidak ia sangka adalah Darren tidak pernah mengungkit masalah perceraian, malah ia menjadi sangat marah jika Sienna berbicara tentang perceraian.
Darren melangkah ke ruang tamu yang sepi, perasaan tak menentu semakin meresap ke dalam dirinya. Ia sudah beberapa kali mencoba mengabaikan sikap Sienna yang terus-menerus menggoda pria tampan di acara-acara sosial, atau berbicara manis dengan wanita cantik di sekitar mereka, namun rasanya, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang tidak bisa lagi ia biarkan berlalu begitu saja.
Sienna, dengan segala pesona dan kecantikannya, memang tak bisa lepas dari perhatian orang lain. Tak jarang Darren merasa risih dan cemas ketika istrinya itu lebih banyak tersenyum pada orang lain ketimbang padanya. Ada rasa cemburu yang semakin membara di dalam dirinya, perasaan yang tidak bisa ia tutupi lagi.
"Kenapa harus seperti ini, Sienna?" gumam Darren pada dirinya sendiri, sambil menatap meja makan yang sudah terhidang dengan makanan yang tak tersentuh. Seperti biasa, Sienna hanya akan makan jika ada acara besar, atau jika perasaan malasnya tidak datang. Tapi malam ini berbeda. Ia tidak hanya merasa cemburu terhadap perhatian Sienna, tetapi juga terhadap ketidakpastian yang semakin jelas. Mungkin, ini semua adalah ujung dari hubungan mereka. Ia sendiri tidak tahu lagi.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Sienna muncul dengan gaun tidur satin yang tipis, yang menambah kilau kecantikannya. Ia melangkah masuk dengan langkah anggun, seperti selalu, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya-sebuah senyuman yang tipis, seperti tahu ada yang sedang dipikirkan oleh Darren.
Darren mengangkat wajahnya dan menatap istrinya yang semakin mendekat. Ada kecanggungan yang terasa antara mereka. Sienna berhenti beberapa langkah di depannya, menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Darren?" tanyanya, suaranya terdengar lembut, namun Darren bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata itu.
Darren tidak langsung menjawab. Ia justru berdiri dan berjalan menuju jendela, menatap keluar seolah mencoba mencari jawaban dalam kegelapan malam. "Aku tidak tahu, Sienna," jawabnya pelan. "Aku hanya merasa... aku mulai muak dengan semua ini."
Sienna mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu maksud?" Ia mencoba mendekat, namun Darren menggelengkan kepala, menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya diucapkan.
"Aku muak dengan sikapmu yang selalu menggoda orang lain, entah itu pria atau wanita," kata Darren, suaranya tegang, namun tidak bisa ia sembunyikan lagi. "Aku sudah mencoba untuk bersabar, tapi rasanya semakin berat. Apakah kamu tidak melihat bagaimana perasaanku?"
Sienna terdiam, matanya terbuka lebar, namun ia segera menyembunyikan kebingungannya di balik senyuman yang dibuat-buat. "Darren, kamu terlalu cemas. Bukankah itu hanya bagian dari kehidupan sosial? Aku hanya... berinteraksi, tidak lebih. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?"
Darren mendekat dan berhenti tepat di depan Sienna. Ia menatap wajah cantik istrinya, yang tampaknya begitu tenang, namun Darren bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam dari hanya sekadar senyuman manis itu. "Tapi kamu tahu, Sienna. Kamu tahu bagaimana perasaanku setiap kali kamu tersenyum manis pada pria lain, atau berbicara dengan wanita-wanita itu seperti kamu tidak punya suami."
Sienna menghela napas, merasa sedikit jengkel dengan tuduhan yang menurutnya tidak adil. "Darren, aku hanya... aku hanya ingin hidup seperti orang lain. Aku tahu, aku punya kamu, tapi itu tidak berarti aku harus membatasi diriku. Kamu bisa mengontrol hidup kita, tapi tidak hidupku, kan?"
Darren merasa ada sesuatu yang membakar di dadanya. Ia menahan amarahnya yang mulai muncul. "Aku tidak mengontrol hidupmu, Sienna. Tapi aku tidak akan diam saja jika kamu terus bersikap seperti ini."
Sienna tersenyum tipis, lalu melangkah mundur, seolah memberi ruang bagi Darren untuk menenangkan dirinya. Namun di dalam hatinya, ia merasa bingung. Apakah selama ini ia salah dalam berpikir tentang pernikahan mereka? Apakah Darren tidak pernah mengerti bahwa hidup mereka bukan hanya tentang anak yang sedang dikandungnya, tetapi juga tentang rasa bebas yang ia cari?
"Darren, aku tahu kamu cemas. Tapi percayalah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," jawab Sienna, suara lembut namun ada sedikit nada yang penuh teka-teki. "Aku hanya ingin menikmati hidup, seperti orang lainnya. Mungkin kamu bisa lebih santai sedikit."
Tapi Darren tidak merasa santai. Ia merasa ketegangan ini semakin memuncak, dan kini, ia harus berbicara lebih terbuka. "Kenapa kamu tidak pernah berbicara tentang perceraian? Aku tahu kita hanya menikah karena anak kita, dan aku tahu kamu berpikir aku akan menceraikanmu begitu saja setelah ini berakhir, kan?"
Sienna terdiam, terkejut dengan pengakuan Darren yang begitu langsung. Ia tidak pernah membayangkan Darren akan mengatakan hal itu, meskipun ia tahu dalam hati bahwa pernikahan mereka memang tidak sepenuhnya dilandasi oleh cinta. Namun, ada rasa yang lebih mendalam di antara mereka, meskipun Sienna belum bisa sepenuhnya memahaminya.
Darren mendekat lagi, kali ini lebih dekat daripada sebelumnya. "Tapi kamu salah, Sienna," katanya, suaranya lebih serius. "Aku tidak akan menceraikanmu, bukan karena kamu hamil, tetapi karena aku sudah memilih untuk tetap bersamamu. Meskipun kamu merasa terjebak dalam pernikahan ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Sienna terdiam, merasa bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Ia melihat dalam mata Darren, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya-ada keteguhan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tahu, bahwa untuk pertama kalinya, suaminya itu benar-benar serius.
"Jadi," Sienna akhirnya berbisik pelan, "Apa yang akan terjadi dengan kita?"
Darren menarik napas panjang, lalu menatap Sienna dengan tatapan yang penuh arti. "Apa yang akan terjadi, kita yang tentukan. Tapi malam ini, untuk pertama kalinya, kita tidur bersama tanpa bicara tentang perceraian. Kita mulai dengan itu."
Sienna merasa ada semacam ketegangan yang berubah menjadi kehangatan di antara mereka. Perlahan, ia merasa seolah segala hal yang pernah ia ragukan, mulai bergeser. Mungkin, hanya mungkin, hidup ini memang memiliki jalan yang lebih baik daripada yang ia bayangkan.
Malam itu, keduanya tidur dalam keheningan, terikat oleh takdir yang masih belum mereka pahami sepenuhnya. Dan entah mengapa, Sienna merasa sedikit lega. Mungkin ini adalah awal dari perjalanan baru, yang akan membawa mereka ke arah yang tak terduga.
Akhir Bab 1
Bab ini menekankan ketegangan antara dua karakter utama, Darren dan Sienna, serta memperkenalkan konflik internal yang mereka rasakan, meskipun ada ketidakpastian dalam hubungan mereka. Semoga ini membantu dalam mengembangkan cerita lebih lanjut!Tentu! Berikut adalah **Bab 1** yang lebih panjang, dengan pengembangan cerita dan dialog yang lebih mendalam sesuai dengan sinopsis dan alur yang telah diubah:
---
**Bab 1: Cemburu yang Membara**
Darren melangkah ke ruang tamu yang sepi, perasaan tak menentu semakin meresap ke dalam dirinya. Ia sudah beberapa kali mencoba mengabaikan sikap Sienna yang terus-menerus menggoda pria tampan di acara-acara sosial, atau berbicara manis dengan wanita cantik di sekitar mereka, namun rasanya, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang tidak bisa lagi ia biarkan berlalu begitu saja.
Sienna, dengan segala pesona dan kecantikannya, memang tak bisa lepas dari perhatian orang lain. Tak jarang Darren merasa risih dan cemas ketika istrinya itu lebih banyak tersenyum pada orang lain ketimbang padanya. Ada rasa cemburu yang semakin membara di dalam dirinya, perasaan yang tidak bisa ia tutupi lagi.
"Kenapa harus seperti ini, Sienna?" gumam Darren pada dirinya sendiri, sambil menatap meja makan yang sudah terhidang dengan makanan yang tak tersentuh. Seperti biasa, Sienna hanya akan makan jika ada acara besar, atau jika perasaan malasnya tidak datang. Tapi malam ini berbeda. Ia tidak hanya merasa cemburu terhadap perhatian Sienna, tetapi juga terhadap ketidakpastian yang semakin jelas. Mungkin, ini semua adalah ujung dari hubungan mereka. Ia sendiri tidak tahu lagi.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Sienna muncul dengan gaun tidur satin yang tipis, yang menambah kilau kecantikannya. Ia melangkah masuk dengan langkah anggun, seperti selalu, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya-sebuah senyuman yang tipis, seperti tahu ada yang sedang dipikirkan oleh Darren.
Darren mengangkat wajahnya dan menatap istrinya yang semakin mendekat. Ada kecanggungan yang terasa antara mereka. Sienna berhenti beberapa langkah di depannya, menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Darren?" tanyanya, suaranya terdengar lembut, namun Darren bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata itu.
Darren tidak langsung menjawab. Ia justru berdiri dan berjalan menuju jendela, menatap keluar seolah mencoba mencari jawaban dalam kegelapan malam. "Aku tidak tahu, Sienna," jawabnya pelan. "Aku hanya merasa... aku mulai muak dengan semua ini."
Sienna mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu maksud?" Ia mencoba mendekat, namun Darren menggelengkan kepala, menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya diucapkan.
"Aku muak dengan sikapmu yang selalu menggoda orang lain, entah itu pria atau wanita," kata Darren, suaranya tegang, namun tidak bisa ia sembunyikan lagi. "Aku sudah mencoba untuk bersabar, tapi rasanya semakin berat. Apakah kamu tidak melihat bagaimana perasaanku?"
Sienna terdiam, matanya terbuka lebar, namun ia segera menyembunyikan kebingungannya di balik senyuman yang dibuat-buat. "Darren, kamu terlalu cemas. Bukankah itu hanya bagian dari kehidupan sosial? Aku hanya... berinteraksi, tidak lebih. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?"
Darren mendekat dan berhenti tepat di depan Sienna. Ia menatap wajah cantik istrinya, yang tampaknya begitu tenang, namun Darren bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam dari hanya sekadar senyuman manis itu. "Tapi kamu tahu, Sienna. Kamu tahu bagaimana perasaanku setiap kali kamu tersenyum manis pada pria lain, atau berbicara dengan wanita-wanita itu seperti kamu tidak punya suami."
Sienna menghela napas, merasa sedikit jengkel dengan tuduhan yang menurutnya tidak adil. "Darren, aku hanya... aku hanya ingin hidup seperti orang lain. Aku tahu, aku punya kamu, tapi itu tidak berarti aku harus membatasi diriku. Kamu bisa mengontrol hidup kita, tapi tidak hidupku, kan?"
Darren merasa ada sesuatu yang membakar di dadanya. Ia menahan amarahnya yang mulai muncul. "Aku tidak mengontrol hidupmu, Sienna. Tapi aku tidak akan diam saja jika kamu terus bersikap seperti ini."
Sienna tersenyum tipis, lalu melangkah mundur, seolah memberi ruang bagi Darren untuk menenangkan dirinya. Namun di dalam hatinya, ia merasa bingung. Apakah selama ini ia salah dalam berpikir tentang pernikahan mereka? Apakah Darren tidak pernah mengerti bahwa hidup mereka bukan hanya tentang anak yang sedang dikandungnya, tetapi juga tentang rasa bebas yang ia cari?
"Darren, aku tahu kamu cemas. Tapi percayalah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," jawab Sienna, suara lembut namun ada sedikit nada yang penuh teka-teki. "Aku hanya ingin menikmati hidup, seperti orang lainnya. Mungkin kamu bisa lebih santai sedikit."
Tapi Darren tidak merasa santai. Ia merasa ketegangan ini semakin memuncak, dan kini, ia harus berbicara lebih terbuka. "Kenapa kamu tidak pernah berbicara tentang perceraian? Aku tahu kita hanya menikah karena anak kita, dan aku tahu kamu berpikir aku akan menceraikanmu begitu saja setelah ini berakhir, kan?"
Sienna terdiam, terkejut dengan pengakuan Darren yang begitu langsung. Ia tidak pernah membayangkan Darren akan mengatakan hal itu, meskipun ia tahu dalam hati bahwa pernikahan mereka memang tidak sepenuhnya dilandasi oleh cinta. Namun, ada rasa yang lebih mendalam di antara mereka, meskipun Sienna belum bisa sepenuhnya memahaminya.
Darren mendekat lagi, kali ini lebih dekat daripada sebelumnya. "Tapi kamu salah, Sienna," katanya, suaranya lebih serius. "Aku tidak akan menceraikanmu, bukan karena kamu hamil, tetapi karena aku sudah memilih untuk tetap bersamamu. Meskipun kamu merasa terjebak dalam pernikahan ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Sienna terdiam, merasa bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Ia melihat dalam mata Darren, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya-ada keteguhan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tahu, bahwa untuk pertama kalinya, suaminya itu benar-benar serius.
"Jadi," Sienna akhirnya berbisik pelan, "Apa yang akan terjadi dengan kita?"
Darren menarik napas panjang, lalu menatap Sienna dengan tatapan yang penuh arti. "Apa yang akan terjadi, kita yang tentukan. Tapi malam ini, untuk pertama kalinya, kita tidur bersama tanpa bicara tentang perceraian. Kita mulai dengan itu."
Sienna merasa ada semacam ketegangan yang berubah menjadi kehangatan di antara mereka. Perlahan, ia merasa seolah segala hal yang pernah ia ragukan, mulai bergeser. Mungkin, hanya mungkin, hidup ini memang memiliki jalan yang lebih baik daripada yang ia bayangkan.
Malam itu, keduanya tidur dalam keheningan, terikat oleh takdir yang masih belum mereka pahami sepenuhnya. Dan entah mengapa, Sienna merasa sedikit lega. Mungkin ini adalah awal dari perjalanan baru, yang akan membawa mereka ke arah yang tak terduga.
Demi membalas dendam keluarganya, Gabriel Alaric memaksa Aveline Harper untuk menikah dengannya. Aveline, seorang gadis polos berusia 21 tahun, terjebak dalam permainan Gabriel yang penuh kebencian. Gabriel tidak pernah menganggap Aveline sebagai seorang istri, melainkan sebagai alat untuk menghancurkan ayahnya, Leonard Harper, seorang pria yang telah menghancurkan hidup Gabriel bertahun-tahun yang lalu. Namun, di balik kemarahan dan kebencian Gabriel, ada rahasia kelam yang terus menghantuinya. Sementara itu, Aveline yang awalnya hanya ingin bertahan, mulai mencari cara untuk memahami luka di balik kekejaman suaminya. Akankah Gabriel mampu melepaskan balas dendamnya? Atau justru perasaan cinta yang tak terduga akan menyatukan mereka?
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Rachel dulu berpikir bahwa kesetiaannya akan membuat Brian jatuh hati suatu hari nanti, tetapi ternyata dia salah ketika cinta sejati pria itu kembali. Rachel telah menanggung semuanya-mulai dari berdiri sendirian di altar pernikahan hingga menyeret dirinya sendiri ke rumah sakit untuk perawatan darurat. Semua orang mengira dia gila karena menyerahkan begitu banyak dirinya untuk seseorang yang tidak membalas perasaannya. Namun ketika Brian menerima berita tentang penyakit terminal Rachel dan menyadari bahwa wanita itu tidak akan hidup lama lagi, dia benar-benar hancur. "Aku melarangmu mati!" Rachel hanya tersenyum. Dia tidak lagi membutuhkannya. "Aku akhirnya akan bebas."
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?