/0/21957/coverbig.jpg?v=3e56ea6f879112f4c5d47416cdcddd68)
Wulan Sariningtyas disia-siakan Berti Sonika, ibu mertua, karena dianggap tidak pantas menjadi anak menantu. Selain itu, selama lima tahu berumah tangga dengan Haris Nandito, suaminya, Wulan belum memiliki anak. Wulan tahu diri. Dirinya berasal dari keluarga biasa, secara strata ekonomi jauh di bawah keluarga besar Berti Sonika – Wistara Janaloka. Walau berat hati, Wulan meninggalkan rumah megah sang mertua. Ketika hidup mandiri, Wulan menghadapi berbagai deraan lain yang tidak ringan. Kehadiran Jefri Sahima dalam kehidupan Wulan membuatnya semakin terbebani. Bukan hanya beban batin, tapi juga beban lain yang tak mudah dhindari. Tenyata Jefri anggota sebuah jaringan mafia yang selama ini ingin menghancurkan Perusahaan WIPA. Apalagi setelah Wulan tahu bahwa dirinya pewaris PT WIPA, makin berat masalah yang disangganya. Kehadiran Haris dan Berti yang memohon ampun atas kesalahan mereka di masa lalu, juga membuat pendirian Wulan goyah. Wulan ternyata belum bisa menghilangkan rasa cinta kepada Haris. Pada sisi lain, Wulan mulai jatuh hati kepada Jefri! Apa pun yang akan terjadi nantinya, Wulan mesti mengambil sebuah keputusan untuk kebahagiaan hidupnya kelak. Sebuah keputusan yang berat yang mesti diambil. Entah keputusan apa yang akan diambil Wulan, sama-sama ada risikonya.
Wulan Sariningtyas telah hilang kesabarannya. Makin didiamkan, makin menyakitkan kata-kata yang meluncur dari lisan Berti Sonika. Ibu mertua Wulan itu makin hari makin keterlaluan sikap dan perilakunya. Bukan hanya kata-kata pedas yang memedihkan hati, tapi sikapnya makin membuat Wulan menderita batin.
Kini saatnya Wulan mengambil sikap, melakukan tindakan. Tindakan nyata. Kalau hanya sikap, tidak dihiraukan. Kalau tindakan, pasti membuat orang-orang yang sengaja menyakiti perasaan Wulan, akan mendapatkan dampaknya. Entah dampak menyenangkan atau sebaliknya, Wulan tidak peduli.
"Bu, tolong tidak mengulang-ulang sindiran yang menyiratkan saya mandul," kata Wulan tenang, tegas, dengan suara bergetar. "Di depan keluarga besar Berti Sonika – Wistara Janaloka ini saya sampaikan sebuah fakta. Secara medis, sesuai surat keterangan dokter spesialis kandungan, saya perempuan subur. Bukan perempuan mandul."
Berti, Haris Nandito, Gendra Raymon, Yaneta Asami, Rian Aston, dan Davia Cahyaningrum tersentak mendengar perkataan Wulan. Perkataan di luar dugaan. Pernyataan di luar perkiraan. Tak ada satu pun keluarga besar Berti – Wistara mengira Wulan seberani itu terhadap ibu mertua. Apalagi saat ini Wulan dan Haris --sang suami-- tinggal serumah dengan Berti.
"Apa Wulan salah minum obat ya?" bisik Yaneta kepada suaminya, Gendra. "Kok berani-beraninya ngomong seperti itu."
Gendra tidak menanggapi hasutan istri. Sekilas dia lirik wajah cantik Wulan. Tersirat rasa iba..., dan suka. Siapa yang tidak suka memandangi wajah cantik seorang wanita? Sejak pertama bersua, Gendra suka pada adik iparnya! Kakak sulung dari Haris dan Rian itu tidak mampu membendung rasa terpikat pada kecantikan Wulan.
Davia, istri Rian, duduk di sebelah kiri Yaneta. Dia menanggapi ucapan Yaneta, "Dasarnya memang tidak tahu diri, Mbak. Jadi wajar saja kalau berani ngomong seperti itu. Ucapan itu tidak pantas diucapkan kepada ibu mertua. Apalagi sekarang kita sedang merayakan keberhasilan Haris. Mestinya Wulan jaga mulutnya. Ucapan itu bukan hanya menyinggung Ibu, tapi juga Haris. Kalau Haris nantinya menceraikan Wulan, itu tindakan yang tepat. Sudah mandul, bertingkah pula!"
Rian menghela napas. Dia tidak suka mendengar perempuan bergosip. Sejak awal dirinya sudah tahu kalau Davia dan Yaneta tidak suka pada Wulan. Entah apa sebabnya, Rian tidak tahu. Di mata Rian, Wulan selama ini selalu bersikap baik terhadap siapa pun. Termasuk kepada ibu mertua, kakak ipar, dan adik iparnya.
"Dalam suasana seperti ini, sebaiknya kita diam," nasihat Rian pada Davia, lirih. "Kalau bicara seperlunya. Kalau tidak perlu, tidak penting, tidak usah bicara. Kalau bisa, suasana yang nantinya bisa memanas, kita redam. Kita redakan."
"Diam bagaimana, Mas?" tentang Davia. "Dia telah berani pada Ibu, ibu kandungmu. Mengapa kamu diam, tidak bereaksi apa-apa? Tidak membela ibumu yang direndahkan oleh anak menantunya yang sok cantik. Merasa paling cantik dibandingkan menantu-menantu lainnya."
Ucapan Davia dibuat sepelan mungkin. Tapi sebagian orang yang duduk di meja makan besar keluarga itu bisa mendengarnya dengan jelas. Apalagi wajah Davia terlihat garang. Ekspresi marah karena tersinggung oleh perkataan suaminya. Mimik murka karena melihat pembangkangan Wulan terhadap Berti terpampang di depan mata.
"Ssst..., jangan keras-keras, Via," bisik Yaneta yang kursinya di sebelah kanan Davia. "Kalau menuruti kata hati, aku juga mangkel sama Mas Gendra. Dia juga nampak santai saja ketika ibunya direndahkan martabatnya oleh Wulan. Sebagai anak tertua, mestinya dia yang tampil paling depan untuk membela ibu kandungnya. Aku yang anak mantu saja merasa gemas sama Wulan. Kalau saja aku yang ditentang seperti itu, heh..., pasti sudah kudamprat si mulut lancang itu."
"Benar," tanggapan Davia. "Aku mungkin akan bertindak lebih jauh lagi. Kutampar mulutnya yang asal mangap. Memangnya apa salah Ibu? Ibu cuma membicarakan tentang cucu-cucunya. Dia hanya mengatakan ingin punya cucu dari ketiga anaknya. Masa begitu saja membuat Wulan tersinggung. Ibu wajar kan kalau ingin punya cucu dari Mas Gendra, Mas Haris, dan Mas Rian. Kalau nantinya Wulan tidak bisa hamil, maka Mas Haris bisa mencari istri lain yang bisa ngasih keturunan!"
Yaneta melirik ke arah suaminya. Wajah Gendra terlihat muram. Pengusaha rongsokan yang punya puluhan armada truk besar itu terlihat bingung dm bersikap. Wiraswastawan sukses dalam bidang barang bekas itu merasa sulit untuk bersikap. Satu ibu kandung yang melahirkan, yang lain adik ipar yang punya sejuta pesona nan menawan.
Ruang tengah yang luas, dipenuhi perabotan kelas atas, senyap. Hanya bisik-bisik dan kata-kata lirih yang keluar dari lisan Yaneta dan Davia terdengar asyik. Asyik bagi dua perempuan yang sedang membicarakan keburukan orang lain. Orang lain yang sebenarnya ada hubungan kekerabatan, sebagai saudara ipar.
"Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang, Mbak?" Davia minta pertimbangan Yaneta. "Apa aku perlu ngomong untuk memperingatkan Wulan supaya kelak tidak mengulangi perbuatan bodoh ini?"
"Jangan," cegah Yaneta, "itu tidak sopan. Kamu sebagai saudara muda, tidak etis menegur Wulan."
"Kalau begitu, Mbak Yaneta yang menegurnya."
"Tidak."
"Hadeeeh..., bagaimana ini, Mbak? Kalau dibiarkan, bisa makin ngelunjak dia. Kapada Ibu saja berani, apalagi pada kita? Lama-lama, kepala kita dijadikan alas kaki!"
Yaneta terdiam, tidak menanggapi perkataan pedas Davia. Dia lirik Davia dan Rian sekilas. Dua orang yang sama-sama artis sinetron itu sering diisukan kurang harmonis dalam berumah tangga. Entah benar atau tidak, Yaneta tidak peduli. Kenyataan yang dia lihat sehari-hari, hubungan mereka baik-baik saja.
"Yang paling berhak dan punya kewajiban menegur, Mas Gendra," lirih suara Yaneta dekat telinga kanan Davia. "Tapi entah mengapa, suamiku itu sepertinya tidak sampai hati menegurnya. Mungkin merasa tidak enak hati."
"Menurutku, yang paling berhak dan berkewajiban menegur Wulan itu, Mas Haris," Davia menanggapi. "Mas Gendra, memang anak Bu Berti yang paling tua. Tapi kalau kaitannya dengan etika, yang menasihati keluarga terdekat Wulan, yaitu suaminya. Mas Haris. Bukan yang lain. Kalau Mas Gendra yang menasihati Wulan atas kelakuannya yang melanggar norma susila, bisa menynggung perasaan Mas Haris. Itu juga bisa dikatakan mencampuri urusan rumah tangga orang lain."
Wulan lamat-lamat mendengar perbincangan Yaneta dan Davia. Diam-diam dia melirik tajam ke arah mereka. Yang satu kakak ipar, yang lain adik ipar. Keduanya membuat hati Wulan gusar. Dalam keseharian, mereka sering bersikap dan berkata kurang enak didengar telinga. Kali ini, masih saja mereka menggunjing. Bukan hanya tidak enak didengar telinga, tapi perkataan mereka membuat hati Wulan membara.
"Apa hebatnya mereka kok suka merendahkan saya?" Wulan bertanya-tanya dalam hati. "Memangnya mereka lebih hebat dibanding saya? Memangnya Yaneta yang hanya ibu rumah tangga, tidak bekerja itu bisa mandiri tanpa topangan ekonomi suami? Memangnya Davia punya penghasilan setinggi yang diperkirakan orang? Diam-diam saya tahu tentang kabar miring seputar Davia dengan orang-orang yang kerja di dunia perfilman."
Haris menoleh ke samping kiri sambil berkata lirih, "Tahan diri, jaga emosi! Jangan sampai membuat suasana makin runyam!"
"Tidak!" sanggah Wulan. "Saya tidak bisa menahan diri lagi! Saya tidak mau sakit hati sendirian!"
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Haris sambil melihat wajah Wulan yang memerah padam.
Kecemasan terbayang di wajah Haris.
***
Setelah bertemu kedua orang tuanya, Permana Brata memusatkan perhatiannya untuk penyembuhan Ki Sasmaya. Pendekar yang memiliki Pedang Kebenaran Sejati itu ingin berbakti kepada sang guru dengan cara mengupayakan kesembuhannya. Namun aral selalu saja ada tanpa terduga. Ada segerombolan perampok, penculik, sekaligus pemberontak ingin mengacau. Dunia persilatan akan dibuat carut malut oleh gerombolan Musto Ireng. Permana bertindak cepat untuk menyelamatkan dunia persilatan dari tangan-tangan kotor yang mencengkeram secara kejam.
Permana Brata yang lahir dari hubungan gelap antara Prabasari dengan Baron Smith, melanjutkan petualangannya. Setelah bertemu ibunda, kini ingin melacak keberadaan ayahanda. Berbekal berbagai ilmu dari Ki Sasmaya, jurus yang dikembangkan dari Sepuluh Syair Bumi Pertiwi, dan Pedang Kebenaran Sejati, Permana Brata menyingkirkan berbagai aral yang menghadang. Pahit getir di dunia persilatan, dijalani dengan tegar. Demi menemukan ayahanda, apa saja yang menjadi penghalang, diterjang dengan seluruh kemampuannya.
Suro Joyo melanjutkan pengembaraannya. Setelah berhasil menundukkan Putri Siluman Alas Waru, terjebak arus konflik di Kerajaan Karangtirta. Ada pemberontakan di kerajaan tersebut yang mesti diselesaikan. Suro Joyo juga mesti menghadapi bajak laut Selat Utara yang mengacaukan para pelintas di lautan luas. Ada lagi persoalan yang tidak bisa dihindari sang Pendekar Kembara Semesta, yakni permasalahan yang dihadapi Ayumanis di Penginapan Melati Jingga. Menyusul, ada tantangan dari Sanggariwut, pendekar hebat yang punya jurus andalan Jurus Ular Api Neraka.
Suro Joyo menolak keinginan ayahandanya untuk mewarisi tahta Kerajaan Krendobumi. Pendekar Rajah Cakra Geni itu lebih mementingkan siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Dia mengembara ke segala penjuru jagat raya, sehingga mendapat julukan Pendekar Kembara Semesta. Dalam pengembaraannya, Suro terlibat perebutan Bunga Puspajingga, menghindari jerat Dewi Pemikat dan kesaktian Tombak Siung Sardula. Selain itu, Suro terseret kemelut para pendekar yang menginginkan harta karun Goa Barong. Demi menegakkan kebenaran dan keadilan di alam semesta, Suro harus berhadapan dengan Putri Siluman Alas Waru.
Sehebat apa pun Permana Brata, dia manusia. Manusia yang punya masa lalu gelap, kelam, dan kusam. Asal-usul Pendekar Budiman itu diwarnai noda hitam. Untuk mengubur dosa-dosa yang pernah dilakukan, Permana melakukan kebaikan terhadap siapa pun dalam pengembaraannya. Dengan bekal berbagai ilmu dan jurus Sepuluh Syair Bumi Pertiwi, serta Pedang Kebenaran Sejati, Permana melacak keberadaan kedua orang tuanya. Berbagai aral menghadang, dia terjang. Berbagai rintangan, dia hancurkan. Hanya satu prinsip Permana, basmi segala bentuk angkara murka di muka bumi. Musnahkan segala bentuk kejahatan demi tercipta kedamaian di jagat raya.
Basudo anak orang tak mampu. Masa kecilnya didera kemiskinan. Masa kecil dipenuhi rasa dendam pada orang-orang yang ada hubungan dekat dengannya. Rasa dendam ini terus ada dan sulit dipadamkan. Rasa dendam itu sebisa mungkin dia lampiaskan. Pelampiasan dendam dilakukan sejak masih remaja sampai dewasa. Untuk melampiaskan dendam kesumat yang membaja di hati, Basudo meniti jalan berliku dan penuh resiko. Namun resiko apa pun dia hadapi. Resiko sebesar apa pun, dia tempuh demi tercapai keinginannya. Keinginan untuk menghabisi orang-orang yang pernah menyengsarakan hidupnya. Demi memenuhi ambisi ekonomi dan kekuasaan dalam upaya balas dendamnya, Basudo melakukan apa saja. Tidak peduli yang dia lakukan membuat orang lain menderita. Basudo melakukan berbagai tindakan yang membuat orang lain binasa. Bukan hanya satu orang yang telah dibinasakan Basudo, tetapi lebih banyak lagi yang tak terhitung jumlahnya. Tindakan Basudo yang di luar batas mendapat tentangan dari banyak orang. Di antara yang menentang, ada yang berani menghadapi sang raja mafia dengan resiko kehilangan nyawa. Defian dan Telma yang berani menempuh jalan kematian demi memusnahkan Basudo dan gerombolannya!
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."