/0/24428/coverbig.jpg?v=5f6e1d685350604500bfafe293aa1acb)
Hidup Rania sudah sangat menyedihkan. Di masa belia ia gagal nikah karena calon suaminya meninggal saat sedang merantau demi membiayai pernikahan mereka. Sepuluh tahun kemudian, Rania diceraikan suaminya karena tidak bisa memberikan anak laki-lakia. Kini, Rania diperas oleh Radin, seorang CEO perusahaan nasional merangkap mafia. Penyebabnya, Rania mau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai asisten pribadi Radin. Anehnya, meski mengancam Rania, Radin bersikap baik pada Rania dan putrinya, Rona. Bahkan, Radin juga melindungi Rania dari gangguan mantan suami Rania yang ingin merebut Rona. Akibatnya, Rania dibuat bingung oleh sikap sang mafia yang bertolak belakang. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh sang mafia dari Rania?
Rania ternganga, namun dengan cepat menguasai dirinya. Ia mengatupkan bibir, lalu tersenyum canggung untuk menutupi rasa terkejutnya.
"Sa-saya hanya tamatan SMA, Pak. Saya tidak memiliki pengalaman kerja sebagai sekretaris," ujar Rania terbata-bata.Ia tidak bisa memercayai hal ini. Melamar kerja sebagai office girl, tapi malah ditawari menjadi sekretaris.
"Bukan sekretaris. Jadi asisten pribadi," ralat pria yang mewawancarainya, Reza.
Rania tidak menyembunyikan kebingungannya. Ia tidak bisa membedakan antara sekretaris dengan asisten pribadi. Bahkan, baru kali ini ia mendengar mengenai jabatan asisten pribadi.
"Tugas Bu Rania adalah mendampingi Pak Radin, calon atasan Ibu, untuk bekerja. Intinya, Bu Rania akan fokus membantu Pak Radin melakukan pekerjaannya dari pagi hingga selesai. Bu Rania antara lain bertugas mengatur jadwal kerja, menerima telepon atau email untuk Pak Radin, menyediakan dan menyimpan dokumen yang diperlukan oleh Pak Radin, menyiapkan rapat termasuk mengundang pihak-pihak yang dikehendaki oleh Pak Radin dan melaporkan hasil rapat," jelas Reza, merangkum secara runut apa saja tugas Rania jika ia menerima tawaran tersebut.
"Maaf, Pak. Saya tidak punya pengalaman mengerjakan tugas-tugas itu."
Reza tersenyum lalu menunjukkan curriculum vitae yang dikirimkan oleh Rania sebelumnya.
"Bu Rania terlalu merendah. Sebelumnya, Ibu bekerja di perkebunan karet, peternakan sapi dan usaha pertanian lainnya, bukan? Beruntung Ibu mengirimkan CV dan bukan hanya resume, sehingga kami dapat mengetahui kualifikasi Ibu yang sebenarnya. Dengan pengalaman seperti ini, Bu Rania akan menjadi andalan Pak Radin dalam bekerja."
Rania merasa tidak nyaman dan membalas, "saya hanya membantu usaha keluarga mantan suami saya, Pak."
"Saya sudah menghubungi tempat kerja Bu Rania yang lama dan berbicara dengan Pak Rustam. Beliau membenarkan apa yang tertulis dalam CV milik Ibu ini. Jadi, kami yakin bahwa Ibu adalah orang yang tepat untuk menjadi asisten pribadi Pak Radin. Jika Bu Rania menerima tawaran kami, maka dalam bekerja, Bu Rania akan banyak berkoordinasi dengan saya selaku sekretaris Pak Radin. Jangan khawatir, saya akan membantu dan membimbing Bu Rania dalam melaksanakan tugas," lanjut Reza, tidak menyerah.
Rania tertegun. Sejenak ia merasa aneh dengan tawaran yang terdengar memaksa tersebut. Namun wajah anaknya terbayang di benaknya. Apa pun akan ia lakukan demi anaknya.
"Baiklah, Pak. Saya menerimanya. Saya mohon bimbingan dari Bapak agar saya dapat bekerja dengan baik," kata Rania pada akhirnya.
Reza tersenyum puas. Ia menyalami Rania.
"Selamat bergabung dengan kami, Bu. Sekarang, mari saya antar ke kediaman Pak Radin. Dalam perjalanan, saya akan menjelaskan tugas-tugas Bu Rania. Ibu akan bertugas mulai besok pagi."
Rania tersentak. Bukan karena masa kerjanya dimulai secepat itu, melainkan karena ia harus menemui atasannya di rumahnya.
"Maaf, Pak. Apakah perlu bagi saya untuk mengunjungi kediaman Pak Radin?"
"Tentu saja. Ibu bertugas menyiapkan segala keperluan Pak Radin, dimulai dengan memilihkan pakaian yang akan Pak Radin kenakan pada hari kerja, setiap hari. Tujuannya agar Pak Radin tidak perlu menggunakan waktu dan pikiran untuk mengambil keputusan 'remeh' seperti memilih pakaian dan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Sehingga, Pak Radin dapat fokus dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi perusahaan."
Rania terhenyak. Dia belum pernah bertemu dengan Radin, namun harus mengerjakan hal yang biasanya dikerjakan oleh seorang istri? Astaga, apakah Radin ini tidak memiliki istri atau memang dirinya terlalu manja untuk mengerjakan hal sepele seperti memilih kaus kaki?
"Maaf, Pak Reza. Apakah tidak apa-apa bagi saya untuk melakukan pekerjaan bersifat pribadi seperti itu? Saya rasa, istri Pak Radin tidak akan menyukainya."
Reza tertawa pelan dan menjawab, "Pak Radin masih membujang, Bu. Jadi Bu Rania tidak perlu khawatir."
Rania tercengang. Kehilangan alasan untuk menolak.
***
Reza dan Rania tiba di parkiran apartemen Radin sore itu juga. Rania tercengang saat mengetahui bahwa apartemen Radin tergolong sederhana untuk kelas seorang CEO perusahaan ritel nasional. Rinto, mantan suaminya, memiliki apartemen yang lebih mewah dan mahal daripada apartemen yang ditempati oleh Radin.
"Pak Radin tinggal sendirian di sini. Para pekerja rumah tangganya hanya bekerja dari pagi hingga malam hari dan tidak menginap di sini," jelas Reza.
Reza dan Rania kemudian turun dari mobil Reza. Sesaat setelah mereka menutup pintu mobil, seruan seorang pria membuat mereka menoleh.
"Rez! Ada apa main ke sini?!"
Seorang pria tersenyum dan menghampiri Reza dan Rania. Penampilannya urakan, seperti orang mabuk. Tiga kancing teratas kemejanya terbuka dan dasinya tergantung sangat longgar. Rambutnya awut-awutan dan wajahnya sedikit kusut. Dia seperti baru saja keluar dari dapur usai memasak dan mencuci piring dengan pakaian formal.
"Itu Pak Radin," jelas Reza pada Rania, sambil menghampiri pria tersebut.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Reza mengenai Radin, Rania tidak terkejut lagi saat ia bertemu dengan pria itu. Kesan pertamanya adalah pria itu berjiwa bebas dan hidupnya tidak teratur. Jika sudah teratur, dia tentunya tidak memerlukan asisten pribadi untuk memilihkan pakaiannya, bukan?
Radin ternyata masih muda, mungkin hanya lebih tua satu atau dua tahun daripada Rania yang berusia tiga puluh satu tahun. Kulitnya eksotik, berwarna kecokelatan. Bentuk tubuhnya bagus dan cukup kekar, menandakan dia cukup berolahraga. Wajahnya... entahlah. Rania tidak bisa mengatakan ia tampan. Namun, tanpa melihat status sosialnya, Rania menganggapnya berpenampilan menarik dengan senyuman yang simpatik.
Akan tetapi, sebelum ketiga orang itu saling berhadapan, mereka dikejutkan oleh deru sebuah mobil yang melaju kencang ke arah Radin.
Decit ban terdengar saat mobil direm persis di belakang Radin. Dua orang pria dengan wajah disamarkan, turun dari mobil. Dengan sangat cepat, mereka memasukkan kepala dan tubuh bagian atas Radin ke dalam sebuah kantung hitam, lalu menyeretnya masuk ke dalam mobil. Mobil kemudian melaju lagi meninggalkan lokasi, membawa pergi Radin bersamanya.
Kejadian itu begitu cepat hingga membuat Rania hanya dapat membeku beberapa saat. Saat Reza berteriak dan mencoba mengejar mobil para penculik, barulah Rania sadar dari rasa terkejutnya. Saat ia mengarahkan pandangan lagi ke mobil yang membawa kabur Radin, ia hanya melihat bagian belakang mobil berwarna putih tersebut.
Reza sendiri lalu melakukan tindakan paling logis yang dapat ia lakukan: menelepon untuk meminta bantuan. Rania tidak tahu, dengan siapa Reza berbicara, namun tampaknya bukanlah pihak keamanan atau aparat kepolisian. Reza menyebut istilah-istilah yang asing baginya, sama asingnya dengan nama posisi asisten pribadi yang baru Rania jabat.
"Maaf, Bu Rania. Saya terpaksa meninggalkan Ibu di sini karena saya harus menangani insiden ini. Akan ada yang menjemput dan mengantar Ibu balik ke kantor. Besok pagi, saya pastikan Ibu sudah dapat bekerja sesuai kesepakatan," ujar Reza usai menelepon. Tanpa menunggu jawaban Rania, Reza membawa mobilnya pergi menuju arah yang sama dengan arah perginya mobil penculik.
Rania tercengang. Kebingungan ditinggal sendirian tanpa penjelasan. Apa yang telah terjadi sebenarnya?
Semakin aku menjauh, dia malah semakin mendekat. Padahal aku sudah menolaknya mentah-mentah, tapi berbagai peristiwa justru membuat aku semakin sering bertemu dengannya. Kenzo yang bergaya hidup bebas, tidak sudi dijodohkan dengan Husna, gadis berhijab yang ia ragukan kemampuannya dalam menjadi pendamping hidupnya. Sebab, perbedaan di antara mereka berdua, sangat jauh. Husna yang berasal dari keluarga sederhana dan yatim piatu, tampaknya tidak akan bisa mengimbangi Kenzo yang merupakan anak tunggal pasutri pengendali kerajaan bisnis dan juga adalah seorang pengusaha muda. Kenzo dan orang tuanya lalu membuat kesepakatan. Jika dalam sebulan Kenzo tidak mendapatkan wanita lain sebagai calon istrinya, maka dia harus menikahi Husna. Jika setelah kegagalan itu, dia masih menolak Husna, maka Kenzo akan kehilangan haknya untuk mewarisi kekayaan orang tuanya yang bernilai trilyunan. Maka, Kenzo memutuskan untuk 'menebar jala' demi mencari gadis pilihannya sendiri. Ia menyasar Vita, Hima dan Putri demi mendapatkan cinta salah seorang dari mereka. Anehnya, semakin ia mengejar cinta tiga orang gadis tersebut, Kenzo justru semakin sering berinteraksi dengan Husna dan menjadi semakin dekat dengannya. Jadi, apakah Kenzo harus menerima Husna? Atau, justru Husna yang menolak Kenzo karena bisa jadi membawa pengaruh buruk bagi hidupnya?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.