Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Suamiku Karakter Game

Tentang

Konten

Arabella, gadis 20 tahun yang belum pernah pacaran, mengisi hari-harinya dengan bermain game cinta. Hidupnya datar, sampai suatu hari karakter favoritnya muncul di dunia nyata-dengan tubuh sempurna dan tatapan memabukkan. "Apa kau baik-baik saja... Istriku?" Ara hanya bisa menatapnya syok. Apa ini kenyataan, atau dia sudah terlalu kesepian sampai berhalusinasi? Jika ini mimpi, dia tak ingin bangun. Jika ini nyata, semoga pria itu tidak pernah meninggalkannya.

Bab 1 Kan bagus kalau dunia ini diserang virus Zombie

Di sebuah jalanan yang penuh sesak dengan makhluk hijau pucat, tubuh mereka berlumuran darah segar yang mengering di setiap inci kulitnya. Para Zombie menggeram ganas, memadati jalanan seperti gelombang maut yang tak terelakkan.

Di tengah kekacauan itu, berdiri sepasang manusia-pria tampan, gagah dengan rambut pendek berwarna silver berponi yang tertiup angin, dan seorang wanita cantik, imut, nan anggun dengan rambut panjang tergerai bak sutra, melawan badai kehancuran.

Mereka saling membelakangi, punggung mereka bersatu menjadi perisai dalam pertempuran hidup dan mati. Tangan mereka mantap, penuh fokus, membidik para Zombie yang semakin mendekat.

Dor! Dor! Dor!

Dentuman tembakan membelah udara, bergema di tengah hiruk-pikuk jeritan dan geraman. Satu per satu Zombie tumbang dengan akurasi yang mengerikan, namun kekacauan ini belum berakhir.

Hingga...

"Aaaahhh!"

Jeritan melengking itu memecah konsentrasi. Wanita itu tersentak, menggigit bibir menahan rasa sakit yang luar biasa. Tangan kirinya berlumuran darah segar, jejak gigitan tajam Zombie terlihat jelas di kulitnya.

"Sayang!" seru pria gagah itu, suaranya penuh kepanikan bercampur amarah. Ia berbalik seketika, senjatanya terus menyalak membantai Zombie yang mendekat. Namun kini fokusnya satu: melindungi wanita yang dicintainya.

Dengan tangan yang gemetar namun penuh keteguhan, ia menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Satu tangan memeluk erat, melindungi tubuh rapuh wanita itu, sementara tangan lainnya terus memuntahkan peluru ke arah para Zombie.

Wanita itu terisak dalam pelukannya, air mata bercampur darah membasahi wajahnya. Dengan suara yang bergetar penuh penyesalan, ia berbisik, "Hiks... Maafkan aku... Aku terlalu ceroboh... Aku membuat semuanya-"

"Itu tidak penting!" potong pria itu tegas, meski suaranya terdengar serak, hampir pecah oleh emosi. "Aku akan tetap bersamamu... bahkan jika kau menjadi Zombie sekalipun!"

Mata mereka bertemu. Dalam tatapan pria itu, ada ketakutan, kepedihan, dan cinta yang tak tergoyahkan. Ia mengangkat tubuh wanita itu, darah mengalir deras dari luka di tangannya. Namun ia tak peduli.

Dengan nafas terengah, ia berseru, "Kita pergi dari sini!"

Langkahnya mantap, meski bahaya mengepung dari segala arah. Wanita itu, meski terluka, tak mampu menahan air matanya. Di dalam pelukan pria itu, ia menemukan perlindungan, cinta, dan keberanian yang tak tergoyahkan.

Mereka berlari menerobos kawanan Zombie, suara tembakan dan jeritan terus mengiringi langkah mereka. Namun satu hal jelas di tengah kegelapan ini: pria itu takkan menyerah, bahkan di hadapan maut sekalipun.

"Ayo cepat!" seru seorang gadis yang tengah berbaring santai di atas ranjang, jari-jarinya lincah menyentuh layar ponsel. Mata gadis itu berbinar penuh antusias, terpaku pada adegan dalam game yang sedang ia mainkan. Dunia di sekitarnya seolah memudar, digantikan oleh dunia virtual yang penuh aksi dan emosi.

"Kakak Ara! Tolong belikan beras!"

Teriakan nyaring itu datang dari arah dapur, suara seorang wanita paruh baya yang memekik begitu keras hingga bisa jadi satu RW mendengarnya. Teriakan itu menghancurkan gelembung indah yang melingkupi gadis di atas ranjang. Dunia fantasi yang begitu nyata di layar ponselnya pun seketika runtuh.

"Tidaaaakkk!" Gadis itu, Arabella-yang akrab disapa Ara-melengking penuh kekecewaan. Ia memelototi layar ponselnya dengan tatapan pilu, seakan memohon agar game itu tidak meninggalkannya. Namun, ia tahu dunia game favoritnya harus ditinggalkan. Untuk sementara.

Dengan gerakan malas, Ara berguling dari ranjangnya. Matanya memutar, ekspresi wajahnya menggambarkan seseorang yang baru saja kehilangan harta paling berharganya. Sambil bergumam, ia berkata lirih, "Merepotkan..."

Ya, itu tadi hanyalah sebuah game. Sebuah dunia maya yang dikuasai oleh aksi dan romansa bernama Love and Zombie atau sering disebut L.Z.. Game ini adalah genre otome action, sebuah inovasi langka dari developer Another World Universe (A.W.U.), yang biasanya hanya memproduksi game untuk pasar pria. Namun kali ini, mereka menciptakan sesuatu yang berbeda: sebuah permainan yang memadukan romansa dan aksi melawan Zombie, khusus untuk para gadis.

Ara, gadis 20 tahun yang menjadikan game ini dunianya, berdiri malas. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju pintu kamarnya. Saat pintu terbuka, ia disambut oleh dua anak kecil-kedua adik kandungnya, usianya mungkin lima dan sepuluh tahun. Wajah mereka penuh harap, mata mereka berbinar seperti telah menemukan harta karun.

"Pinjam HP, Kak!" seru mereka serempak, tanpa basa-basi.

Ara menatap mereka dengan tatapan datar, campuran lelah dan pasrah. Tanpa berkata apa-apa, ia menyerahkan ponselnya, mengorbankan aksesnya ke dunia L.Z. untuk dua anak kecil itu. Gerakannya begitu lamban, seolah ponsel itu adalah sesuatu yang sangat berharga yang harus ia relakan dengan terpaksa.

Di dalam kepalanya, ia hanya bisa menggerutu, "Kenapa hidupku penuh gangguan..."

"Huft... Benar-benar menyebalkan! Padahal aku sedang seru-serunya bermain game," gumam Ara dengan nada kesal. Langkahnya malas menyusuri jalanan kecil, sendirian, hanya ditemani desiran angin yang menerpa wajahnya. Ia menendang-nendang batu kecil di dekat kakinya, seolah batu itu adalah pelampiasan rasa frustrasinya.

Sambil terus berjalan, Ara menengadah, menatap langit biru yang cerah. "Kan bagus kalau dunia ini diserang virus Zombie," katanya pelan, senyumnya kecil tapi penuh imajinasi. "Aku bisa hidup damai berdua bersama pria tampan... seperti di game."

Ia berhenti sejenak, membiarkan angannya melayang ke dunia idealnya, sebelum menggeleng kecil dan bergumam, "Tentu saja itu tidak mungkin."

Namun, momen damai itu tak bertahan lama.

"Rrrawwr!"

Sebuah suara aneh memecah kesunyian di belakangnya. Suara yang berat, serak, dan tidak seperti manusia. Seketika tubuh Ara menegang, rasa ngeri menjalar ke seluruh tubuhnya. Perlahan, ia menoleh ke belakang, rasa penasaran bercampur ketakutan menahan napasnya.

Dan di sanalah ia melihatnya.

Sosok manusia yang tak lagi bisa disebut manusia. Kulitnya hijau keabu-abuan, berlumuran darah kering dan segar, dengan mata kosong yang menatap tajam seperti binatang buas. Geramannya membuat bulu kuduk Ara berdiri.

"Zombie!"

Jeritan Ara menggema di udara, penuh ketakutan. Jantungnya berdetak kencang, seolah ingin melompat keluar dari dadanya. Tubuhnya gemetar, tapi naluri bertahan hidup memaksanya untuk segera mengambil langkah pertama: melarikan diri.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY