Seorang wanita menahan tubuh Elgar yang beranjak dari tempatnya agar tetap berada disampingnya.
Elgar kembali menatap wanita yang hampir tidak terlihat karena sudah memasuki area VIP.
"Sebentar saja. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
Elgar meninggalkan teman-temanya dan mengikuti wanita yang tadi dirinya lihat. Namun, kemana perginya wanita itu?
Elgar ingin tidak peduli, tapi kakinya enggan untuk melangkah pergi. Elgar mencoba membuka salah satu pintu yang ada di area VIP, namun terkunci. Elgar kembali mencoba membuka pintu yang lain, namun sama saja, terkunci. Hingga ahirnya, Elgar berhasil masuk ke salah satu ruangan yang tidak terkunci.
"Siapa kamu? Jangan mencoba untuk mengganggu kesenangan kami," ujar lelaki yang paling tua diantara yang lainya.
Elgar tidak menganggapi ucapan lelaki tersebut, dirinya hanya fokus pada wanita yang saat ini duduk di sofa, tengah dipaksa minum oleh lelaki lainnya.
Wanita itu menyadari kedatangan Elgar, dari gerakan mulutnya, elgar dapat memahami jika wanita tersebut mengatakan. "Tolong," meski tanpa suara.
"Apakah kalian terlalu menikmati, sampai lupa mengunci pintunya?"
Elgar mendekat, masuk ke dalam ruangan setelah menutup pintu. Tatapan matanya tidak beralih kemanapun selain menatap wanita yang berada di sofa, ditemani lelaki yang berada di sebelah kanan dan kirinya.
"Sudah aku peringatkan untuk jangan mengganggu kesenangan kami. Jadi silahkan pergi sebelum kami menghajarmu."
Salah satu dari segerombolan laki-laki itu menghadang Elgar yang melangkah maju. Tidak ingin membuang waktu, Elgar menghajar satu persatu para lelaki yang ada di ruangan tersebut. Elgar kemudian membawa wanita itu setelah berhasil melumpuhkan keempat lelaki yang ada di sana. Elgar mencium aroma alkohol dari tubuh wanita yang saat ini bersamanya, sehingga membuat wanita itu tidak berdaya.
Apakah aku selamat? Apakah dia menolongku?
Tidak ada lagi yang wanita itu dengar, matanya terasa berat, penglihanya semakin lama semakin buram. Hingga ahirnya, matanya terpejam.
Elgar membawa wanita itu ke mobilnya, membawanya pergi dari area klub setelah memberitahu temannya jika dirinya pulang lebih dulu.
---------
"Dimana aku?"
Wanita itu ahirnya bangun setelah dua jam tertidur. Matanya sibuk menelusuri tempat dirinya berada saat ini hingga melihat sosok lelaki yang duduk di sofa, tepat di sebelah ranjang yang dia tiduri.
"Ahirnya bangun juga. "
Elgar beranjak dari tempatnya, menghampiri wanita yang saat ini terlihat kebingungan.
Anggun mengambil posisi duduk ketika lelaki tersebut mendekatinya. Raut wajahnya terlihat ketakutan sehingga membuat tubuhnya gemetar.
"Bagaimana, apakah sudah merasa lebih baik?" ucal Elgar yang berdiri di samping ranjang.
Wanita itu termenung untuk sejenak, mengingat apa yang terjadi padanya sebelum dirinya berada di sebuah kamar bersama lelaki asing ini.
"Kamu ... pasti orang yang tadi menolongku." ujar Anggun setelah mengingat kejadian yang menimpanya hari ini.
"Namaku Elgar. Siapa namamu?"
"Anggun."
"Nama yang cantik." Elgar menyematkan senyum tipis di ujung bibirnya ketika menggoda Anggun. "Istirahatlah disini, aku pastikan kamu aman. Waktu sudah terlalu malam, aku harus segera pulang."
Pulang! Jadi ini bukan rumahnya? Lalu rumah siapa?
Anggun semakin kebingungan, dirinya ingin menanyakannya, tapi, ada yang ingin Anggun katakan, lebih penting dari apa yang akan dia tanyakan.
"Terimakasih sudah menolongku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, akan melakukan apapun untukmu karena sudah menyelamatkan hidupku. Jika tidak, aku tidak tau akan menjalani hidup seperti apa."
Elgar tersenyum, namun senyumannya seolah menyimpan maksut tertentu. "Kamu yakin dengan ucapanmu?"
Anggun mengangguk, dia sangat yakin.
"Bagaimana kalo aku meminta tubuhmu sebagai imbalannya?"