Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pacar Bayaran
Pacar Bayaran

Pacar Bayaran

5.0

Hubungan Isack dengan Chana yang tak mendapat restu dari orang tua membuat dirinya frustasi. Bertahun-tahun memilih sendiri tanpa menjalin hubungan dengan perempuan lain. Namun malam itu, ayahnya menuntut Isack untuk membawa calon pengantinnya ke sebuah pesta resmi yang diadakan oleh perusahaan. Beruntung Isack bertemu dengan Eve. Isack secara terang-terangan meminta Eve menjadi kekasih palsunya. Namun akankah Eve mau membantu Isack dalam rencana tersebut? Apa yang terjadi jika salah satu dari mereka jatuh cinta dan menyatakan perasaannya?

Konten

Bab 1 Ancaman

Suasana Diskotik justru semakin ramai saat menjelang malam. Di salah satu ruangan VIP, terlihat beberapa orang lelaki dan perempuan duduk berdampingan menikmati waktu malam.

Pemandangan yang berbeda tampak di tengah sofa. Isack duduk di sana ditemani dua sahabatnya.

"Kau sudah mendengar kabar tentang Chana?" ucap Kean.

"Entah, dia bahkan tidak memberiku kabar satu bulan ini." Isack menyandarkan kepala di sofa. Setiap kali membicarakan Chana, dia selalu murung.

"Hei, aku ikut sedih melihatmu seperti ini. Kau sangat tampan, kaya, rumah ... mobil kau memiliki semuanya. Kau bisa dengan mudah mendapatkan perempuan lain. Aku kalau berada di posisimu pasti sudah memanfaatkan ketampanan dan kekayaanmu dengan mengencani banyak wanita.

Kepalanya terangkat, Isack tersenyum tipis. "Tapi sayangnya aku bukan dirimu."

"Sial!"

Isack menghembuskan nafas bersamaan dengan itu kepulan asap rokok keluar dari mulut serta hidungnya.

"Isack, kau tidak turun ke bawah?" Seorang teman lagi menawarinya turun ke lantai dasar menikmati alunan musik Dj di sana. Dia adalah Tyson.

Lelaki bermata tajam dengan bulu mata yang sangat lentik itu hanya menggelengkan kepala. "Hmm, hei ... sejak kapan aku memberimu izin memanggilku hanya dengan nama kecilku?" ucapan Isack lebih seperti sebuah peringatan. Bahwa dia tak suka ada yang memanggil nama kecilnya kecuali orang-orang terpilih.

"Sory. Aku kelepasan. Mendengar hanya Chana yang memanggilmu dengan sebutan Isack, aku jadi iri. Benarkan, kean? Seingatku sejak di bangku sekolah hanya Chany yang boleh memanggilnya dengan nama kecil."

"Hal seperti itu kenapa kau pertanyakan? Bodoh!" sahut Kean.

Isack menggerakkan punggungnya maju meletakkan sisa rokok ke asbak. "Lalu, kau ingin jadi selirku?" Salah satu alisnya terangkat. "Setelah Chana, kau bisa memanggil nama kecilku setelah menjadi selir."

"Brengsek, haha ... kau pikir aku jeruk makan jeruk?"

Hahaha .... Jung Liam tertawa senang. "Aku tidak bisa lama-lama menemani kalian malam ini!"

"Kenapa, ayolah ... kita sudah lama tidak bertemu."

Ekspresi wajahnya sama sekali tak berubah baik senang maupun sedih bahkan bahagia, sepertinya Isack hanya memiliki satu topeng di wajahnya. Datar dan tak bisa bereaksi sesuai perasaannya. "Aku masih banyak pekerjaan."

Dreeet dreet!

"Kalian lihat, kelinci kecil ini sudah menghubungiku." Isack menatap layar ponselnya yang berada di atas meja kemudian mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

Sesaat terdiam, menatap nama adik perempuannya terpampang di layar. "Hmm?" gumam Isack menyahut panggilan.

"Kak! Kau sudah gila, apa. Hah! Ayah dari tadi mencarimu. Dia sudah bilang agar kau tidak pergi ke mana-mana sampai ayah kembali ke rumah. Dasar! Kau akan tahu akibatnya kalau ayah sampai di rumah dan tidak menemukanmu di sini!"

Dengan santai dan ekspresi wajah datar, Isack menjawab tanpa beban. "Oh, sepertinya aku lupa."

"Bro, aku tinggal ke lantai dansa. Kalau kau mau kau bisa menyusul!" Kean melangkah pergi.

"Astagaa! Kau berada di club. Kalau sampai ayah tahu anak lelaki kesayangannya mengunjungi club malam ... habis sudah kau malam ini di tangannya."

"Sayang, anak bukan anak kecil lagi."

"Tapi kau keturunan keluarga Prishon! Apa kata orang jika sampai mereka melihatmu berada di club malam?"

"Hah, benar-benar ck! Baiklah Tuan Putri. Aku akan segera kembali ke rumah. Kau senang sekarang?" Isack kemudian menutup panggilan, melempar ponsel ke atas meja sembarangan.

Klatak!

"Aku harus pergi sekarang."

"Kenapa?"

"Kau tidak dengar apa yang dikatakan adikku tadi? Aku tidak ada waktu akhir-akhir ini, gadisku terus menggangguku dari tadi!" Isack merapikan jas yang berantakan, kemudian mengambil ponsel dari atas meja. Setelahnya melangkah menuju pintu.

"Aku jadi penasaran seperti apa rupanya, bisa sampai membuat Isack tunduk hanya dengan satu perintah," gumam Kean merujuk pada adik perempuannya Isack

~♤~

"Kak, kau sudah sampai mana?" Suara Sofia terdengar melengking dari ujung ponsel. "Pesawat ayah sudah mendarat dan dia dalam perjalanan menuju ke rumah, cepatlah kembali." Bella tak bisa tenang sebelum kakaknya sampai di rumah.

"Aku sedang di jalan, seharusnya pertemuan ini tidak terlalu penting ... kalian membuang waktuku saja!" ucap Isack, tengah sibuk menyetir mobil dalam perjalanan pulang ke rumah setelah mendapat panggilan dari adiknya.

"Please, jangan buat ayah marah lagi kali ini, Kak ... aku tak bisa melihat ayah terus-terusan memukulmu. Jangan buat kesalahan lagi aku mohon!"

Isack menghela nafas panjang, dadanya dibuat menghangat dengan kekhawatiran Sofia. "Aku mengerti, Sayang. Aku akan segera sampai, oke. Aku tutup teleponnya."

~♤~

Setelah memarkirkan mobilnya, Isack masuk melewati pintu belakang, di sana dia langsung disambut oleh Sofia yang sudah siap dengan kemeja dan jasnya yang bersih di tangan.

"Cepat ganti pakaianmu, Kak. Ayah sudah berada di ruang keluarga. Dia baru saja tiba dan aku bilang padanya kalau kau sedang bersiap-siap." Jas dan kemeja yang masih bersih bertengger di lengannya sementara Isack sedang sibuk melepas kemeja lalu memberikannya kepada Sofia kemudian menggantinya dengan yang baru.

"Haruskah aku memberimu hadiah kali ini?" Isack merasa terbantu karena memiliki adik perempuan yang sangat peduli dan perhatian padanya.

"Yupzz, harus ... dan sepertinya makan malam tak akan cukup untuk membayarku," sahut Isack.

Isack telah berganti kemeja dan kini sedang memakai jasnya. "Lalu?" Matanya menatap Sofia menunggu permintaan yang akan keluar dari mulutnya.

"Terimalah tawaranku untuk berkencan dengan seseorang!" Sofia berucap sembari membantu Isack membenarkan kerah jasnya.

Sesaat terpaku, Isack terdiam sejenak setelah itu berucap dengan mata tajam namun bibir tersenyum sinis. "Kau bahkan sudah tahu apa jawabanku, tapi kau masih bersikeras untuk memaksa Kakakmu ini?"

Tangan Sofia mencengkeram kerah kemeja Isack dan terpaku di sana sesaat, kedua matanya langsung memerah. "Kau tahu hidupku tidak lama lagi ... aku tak menginginkan apa pun selain melihatmu menjalani hidup dengan benar, Kak! Sekali ini saja turuti kemauanku." Air mata itu jatuh menetes membasahi pipi Bella yang tertunduk. "Mungkin kau sanggup menunggu perempuan itu, tapi aku tidak sanggup melihatmu selalu dalam kesendirian. Jika memang dia mencintaimu, Chany pasti akan lebih memilih dirimu ketimbang pekerjaannya.

Betapa Sofia sangat ingin sekali melihat Isack bersanding dengan seorang wanita.

Huuft! Isack menghela nafas panjang, menggerakkan tangan mengusap pipinya yang basah, dia tahu penyakit yang diderita oleh adiknya setiap hari semakin parah. Isack menggertakkan giginya kuat menahan perasaan sedih namun dipaksa tetap tersenyum di depan Sofia. Damn!

Tak ada salahnya bagi Isack mengikuti keinginan adiknya kali ini setelah berkali kali dia menolak. Isack menghela nafas lagi dan menghembuskannya perlahan. "Tetapkan hari dan jamnya, kirim lokasi ke ponselku aku akan menuruti keinginanmu."

"Benarkah?" Sofia langsung mengangkat wajahnya dan membulatkan mata, ekspresinya berubah seketika. Dia sangat bahagia mendengar Isack menerima permintaannya.

"Hanya kali ini. Dan janji, kau tidak boleh menangis!"

"Mm!!" Sofia mengangguk cepat mengiyakan permintaan Isack.

Lelaki itu meraih tangan Sofia dan melingkarkannya di lengan setelahnya mereka beriringan melangkah menuju ke ruang keluarga menemui ayahnya dan beberapa kerabat kerja yang sudah berada di sana.

~♤~

Pertemuan antara beberapa keluarga bangsawan.

Isack dan Sofia baru saja masuk ke ruang keluarga, mereka langsung di sambut pelayan rumah dengan menyiapkan hidangan untuk mereka berdua.

Diego, salah satu orang kepercayaan Tuan Prhison, membantu Sofia menarik kursi dan mempersilakan perempuan itu duduk di sana.

"Terima kasih," ucap Sofia kepada Drego.

"Sama-sama Nona." Diego tersenyum tipis setelahnya kembali berdiri ke tempat semula.

Di ujung meja, ayah mereka sudah duduk dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. Meja bundar itu di kelilingi oleh beberapa anggota penting keluarga bangsawan dan sebagian lainnya adalah rekan kerja.

Tuan Prhison menganggukkan kepala seperti memberi perintah kepada pelayan untuk mulai menghidangkan makanan utama.

Sofia merasa suasana di meja makan itu sangat berbeda ketimbang ketika mereka sedang makan bertiga, malam itu aura ayahnya terlihat lebih tenang tak seperti biasa yang selalu marah-marah dan menghardik Kakaknya. Ataukah itu karena ada rekan kerjanya dan juga keluarga mereka atau karena hal lain? Sofia sendiri tak tahu.

Setelah acara makan malam selesai mereka berbincang lama sambil menikmati Wine yang sengaja di persiapkan oleh Tuan Prhison.

Tak lama kemudian setelah semua tamu meninggalkan rumah, Taun Prhison akhirnya mengajak Isack dan Sofia untuk berbincang bertiga di ruangan lain.

Ruangan itu adalah ruang kerja milik Prhison, tak semua orang bisa masuk ke dalam sana termasuk kedua anaknya tersebut.

Itu menjadi suatu kebanggaan bagi mereka berdua bisa masuk ke dalam ruang kerja ayahnya.

"Bagaimana kabar Putriku?" ucapnya dengan nada berat di selingi senyuman tipis.

"Mm, baik Ayah ... Ayah tinggal lama 'kan di rumah?" Pertanyaan yang selalu Sofia lontarkan kepada sang ayah ketika berada di rumah karena pasalnya Tuan Prhison selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga ketika dia berada di rumah, itu adalah suatu hal yang sangat jarang dan membahagiakan untuk Sofia.

"Ayah hanya mampir sebentar Nak, sebelum fajar Ayah sudah harus kembali ke pesawat," jelas Tuan Prhison sembari mengusap rambut putrinya lembut.

Sofia seketika terlihat murung dan Tuan Prhison berusaha untuk menggoda. Lelaki paruh baya itu selalu memperlakukan Putrinya dengan sangat manis namun berbeda dengan Jung Liam yang selalu membangkang.

Isack duduk di ujung sofa, tersenyum ketika melihat Sofia tertawa riang karena lelucon ayahnya.

Seketika suasana menjadi hening saat Tuan Prishon meminta Sofia kembali ke kamarnya, itu menandakan kalau ada hal penting yang akan dia bicarakan dengan Isack.

"Sayang, bisakah kau masuk ke dalam kamarmu? Ayah ingin bicara empat mata dengan Kakakmu."

"Bolehkah aku di sini menemani Kakak?" Sofia berusaha untuk tetap berada di ruangan itu, sengaja untuk menahan ayahnya agar tak berbuat kasar kepada Isack.

"Sofia!!" Tuan Prhison berucap penuh dengan penekanan, seperti memberi perintah agar putrinya itu tak membangkang.

"Baiklah, Sofia kembali ke kamar." Murung. Setelah Sofia menutup pintu, pandangan Tuan Prhison berubah mengerikan saat menatap putra kesayangannya.

"Bagaimana kabarmu?" Nada bicaranya berbeda dengan ketika Tuan Prhison bertanya kepada Sofia.

"Seperti yang Ayah lihat," jawabnya santai.

Tuan Prhison mengetahui hubungan putranya dengan seorang artis bernama Chany Low.

Hal itulah yang membuat Tuan Prhison selalu bersikap kasar dan arogan kepada Isack sejak dulu, mengingat bahwa Isack selalu setia menunggu meski tak ada kepastian dari Chany, membuat Tuan Prhison murka. Terlebih lagi, dalam keluarga Prhison, untuk generasi penerus harus menikah dan memiliki keturunan. Namun pilihan Isack untuk tidak menikah dan memilih menunggu Chany membuat Tuan Prhison geram.

Berkali kali Taun Prhison memperlakukannya dengan buruk namun Isack tetap saja bersikeras tak mau melepaskan Chany Low.

"Ayah sedang tidak mood untuk bertengkar denganmu!! Jadi, Ayah hanya akan mengatakan ini sekali." Setelah menarik napas panjang, Tuan Prhison melanjutkan ucapannya. "Setelah Ayah kembali dari New York besok lusa, perusahaan akan mengadakan pesta yang akan dihadiri tamu dari luar negeri dan rekan bangsawan dari luar kota. Pesta ini untuk keberhasilan kerja sama dengan berbagai perusahaan lain." Sejenak Tuan Prhison berhenti berucap menatap Isack lebih dalam. "Ayah ingin, kau membawa seorang wanita untuk menjadi pasanganmu di pesta itu!"

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 9 Kesalahan   Kemarin lusa21:00
img
1 Bab 1 Ancaman
26/06/2025
2 Bab 2 Rencana
26/06/2025
3 Bab 3 Insiden
26/06/2025
4 Bab 4 Tawaran
26/06/2025
5 Bab 5 Tawaran
26/06/2025
6 Bab 6 Aku Mohon
26/06/2025
8 Bab 8 Pelatih Dansa
26/06/2025
9 Bab 9 Kesalahan
26/06/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY