Ya, sejak dipercaya untuk mengelola bisnis papanya, Biru memang memilih untuk tinggal terpisah dengan keluarganya. Alasannya karena dia workaholic, pulang kerja sesuka hatinya. Jadi dia merasa lebih bebas jika tinggal sendiri.
Usai makan malam, Pak Hartono mengumpulkan seluruh keluarganya di ruang keluarga. Jika melihat situasinya sepertinya memang ada hal penting yang akan dibicarakan.
"Hmm, sudah kuduga kalau Biru sampai dipanggil, pasti ada apa-apa," ucap Fira setelah semuanya berkumpul.
"Ya iyalah," jawab Pak Hartono santai.
"Bi, apa kamu punya pacar?" tanya Pak Hartono lembut pada anak lelaki satu-satunya itu.
"Memang kenapa, Pah?"
"Kemarin Papa bertemu Om Sutanto Bahagia, dan kami sepakat untuk menjodohkan kamu dengan putrinya. Ya, Papa nggak maksa sih, pengennya kamu kenalan dulu. Kalau cocok ya lanjut, kalau enggak ya sudah."
"Anaknya yang mana sih, Pah?" Fira yang bertanya, dia penasaran kok bisa Papanya tiba-tiba punya pikiran untuk menjodohkan Biru.
"Namanya Pricillia Bahagia, dia salah satu founder dari PT. Media Dewa Amerta."
"Ohh, kirain kerja di PT. Sutanto Bersaudara juga?"
Biru tak bergeming atas pernyataan papanya. Dia memang masih sendiri. Sejak dia ditinggal menikah oleh Miranda setahun yang lalu, dia rasanya masih enggan membuka hatinya untuk wanita lain. Entahlah, sejauh ini yang dia cintai masih bisnis yang diwariskan papanya.
Dan yang dia tahu saat ini, dia hanya mencintai 2 wanita sebagai orang special di hatinya. Yang pertama adalah malaikat penolongnya ketika dia berada di panti asuhan belasan tahun yang lalu. Dan yang kedua adalah El Stefany Miranda, perempuan yang dia pacari 8 tahun lamanya namun kini telah berstatus istri Edo Radhea, sahabat baiknya. Saat itu hatinya hancur, tapi melihat Miranda lebih bahagia bersama Edo, dia tak mampu berbuat apa-apa.
"Bi, nggak papa?" Bu Roslina menepuk bahu putranya setelah lama putranya hanya terdiam mendengar pernyataan suaminya.
"Nggak papa kok, Mah. Ya kalau menurut Papa dia baik, nggak ada salahnya dicoba untuk berkenalan sama anaknya Om Tanto."
"Baik kalau gitu Biru, nanti Papa aturkan untuk bertemu keluarga mereka ya. Sekarang kita istirahat saja. Kamu nginep sini ya malam ini, Bi."
"Iya, Pah."
***
Pagi ini Cilla tiba di kantor dengan muka kusut. Dia hanya tersenyum sekenanya saat disapa satpam dan beberapa karyawan kantornya. Cilla membuka pintu ruangannya dengan kasar dan segera melempar tas hermesnya di atas meja kerjanya.
Moodnya benar-benar buruk pagi ini. Selang beberapa menit datanglah Dewa, rekan bisnis sekaligus sahabat yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Dewa dan Cilla bersahabat sejak mereka sekolah SMA, berlanjut kuliah, hingga kini mereka mendirikan perusaan bersama yang mereka beri nama PT. Media Dewa Amerta. Meskipun papanya memiliki perusahaan raksasa tapi Pricillia Amerta Bahagia memilih untuk merintis bisnisnya sendiri bersama Dewa, sahabatnya itu.
"Elah, pagi-pagi udah nggak enak aja tu muka." Jika sedang tidak didepan client atau karyawannya, Dewa dan Cilla memang lebih suka mengobrol dengan bahasa santai.
"Diem deh lo, kalo nggak punya solusi nggak usah komentar. Makin sebel gue."
"Dijodohin kan nggak ada salahnya, Cil. Lagian gue yakin 100% kalo Om Tanto cari laki buat lo itu nggak kaleng-kaleng."
"Enak aja, emang gue nggak bisa gitu nyari laki impian gue sendiri?"
"Ya lo nyari laki dalem mimpi. Lagian mana buktinya? Sejauh ini laki yang deket ama elo itu cuma gue. Atau jangan – jangan lo suka lagi sama gue?" tanya Dewa yang semakin tidak masuk akal.
"Gini ya, sebelum makin jauh gue tegasin sama lo, gue itu naksirnya sama Lulu. Luna Amerta Bahagia, adik lo yang manisnya melebihi gula itu."
Cilla hanya mendengus sebal mendengar ocehan sahabatnya itu tanpa memberi komentar apapun. Dewa hanya cengar-cengir melihat ekspresi Cilla. Lucu sekali memang melihat kondisi Cilla saat ini dan Dewa suka mengejek Cilla.
Setelah briefing pagi selesai, Dewa dan Cilla meninggalkan kantor untuk bertemu dengan client mereka.
"Selamat pagi, dengan Pak Adrian," sapa Dewa pada client yang ternyata sudah lebih dahulu hadir di tempat meeting.
"Selamat pagi, iya saya Adrian. Kalian telat 5 menit ya dari janji temu kita," jawab sang client setelah melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
"Buset deh ini orang yak, 5 menit doang mukanya udah kayak gitu. Hmm, namaste. Tenang Cilla, tenang," batin Cilla.
"Maaf Pak Adrian, tadi kami ada sedikit masalah di kantor," jawab Dewa dengan tenang.
"5 menit itu bisa ngasilin uang buat saya!"
"Iya, mohon maaf sekali lagi ya, Pak Adrian. Bisa kita mulai meetingnya sekarang?"
Belum sempat meeting itu dimulai, tiba-tiba ponsel Pak Adrian berdering.
"Sebentar saya terima telpon dulu," ucap Pak Adrian sambil berlalu meninggalkan Dewa dan Cilla.
"Eh sumpah ya, Wa. Demi apapun gue males urusan sama orang model begini. Duh amit-amit, Ya Tuhan," bisik Cilla pada Dewa.
"Hus! Jangan ngomong gitu lo. Kita butuh banget ini kerjasama sama perusahaan segede gaban punya doi."
"Ya Allah, semoga aku diberi kesabaran seluas lautan buat ngadepin manusia itu."
"Ya Allah, semoga Cilla ntar jodohnya kayak Adrian gitu."
"Sumpah lo resek, Wa. Amit-amit 7 turunan." Cilla beberapa kali mengetuk meja dan menjitak kepalanya sendiri.
Rupanya benar berita yang muncul diluar sana mengenai Adrian. CEO dari PT. Mega Media Mandala itu memang sangat perfeksionis dalam menjalankan bisnisnya. Dewa dan Cilla sempat terkejut dengan banyaknya permintaan yang Adrian ajukan demi bisa menerima tawaran yang Dewa dan Cilla berikan.
Meski di awali dengan ketidaknyamanan akhirnya meeting itu selesai dengan kesepakatan kerjasama antara PT. Media Dewa Amerta dengan PT. Mega Media Mandala.
"Ide lo agak buruk, Wa." Saat ini Dewa dan Cilla sedang dalam perjalanan menuju kantor.
"Udahlah. Kita butuh, Cuy."
"Ini baru awal. Gue nggak tahu bisa bertahan sampai akhir atau enggak ini."
"Bisa yok bisa. Pasti bisalah, Cil." Cilla hanya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian membuka kembali dan menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengurangi beban pikirannya.
"Eh, Adrian itu manusia. Bisalah diajak ngomong."
"Ya udah lo aja yang ngomong ama dia terus ya. Gue bagian acc aja, nego elo."
"Siap, Ibu Pricillia Amerta Bahagia yang terhormat."