Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Sorry For Something
Sorry For Something

Sorry For Something

4.4
24 Bab
273 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Mahika Bayuni Kaniha (26) harus merelakan masa mudanya hancur saat ia dinyatakan hamil tiga bulan. Ia yang pada saat itu akan mengikuti tes di sebuah perusahaan besar sebagai Digital Marketing harus mengubur mimpinya dalam-dalam. Mahika yang tidak ingin dicap sebagai gadis nakal, meminta agar mereka menikah. Namun, sebuah penolakan dari sang kekasih membuat ia sedih. Dari semua hal yang paling menyakitkan adalah saat ia diminta menggugurkan kandungannya karena sang kekasih yang lebih memilih mengejar mimpinya menjadi seorang artis. “Kau tenang saja, aku tidak akan pernah lagi memintamu bertanggung jawab, aku juga tidak akan membeberkannya pada media. Cukup aku saja yang kau hancurkan, aku tidak akan pernah meniru sifatmu, jaga karirmu, aku akan membesarkannya dengan baik sehingga tidak akan ada secuil pun sifatmu akan diwarisi olehnya.” Gentala Anggasta Gumilar (33) seorang artis papan atas yang sedang bersinar. Ia banyak memerankan drama bergengsi yang membantu melejitkan namanya. Semua berjalan dengan sangat baik. Hingga sebuah pertemuan tak terduga dengan wanita di masa lalunya membuat Gentala gundah. Senyum terakhir yang begitu terluka saat ia memilih pergi terus terngiang di ingatannya. Belum lagi wajah yang begitu mirip menggandeng tangan gadis yang dulu pernah ia lukai. Hatinya menjadi kosong dan menjadi tidak tenang.

Bab 1 Prolog

Kedua mata mereka saling bertemu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama mereka tidak berpapasan. Jantung Mahika berdegup kencang, bukan karena ia sedang jatuh cinta melainkan sebuah amarah membungkus erat dalam hatinya. Ia mengalihkan pandangan saat melihat Gentala menatap perut buncitnya dengan tatapan tidak menentu. Mahika menguatkan langkah kaki dan pergi dari sana. Dari jarak yang tidak begitu jauh, Gentala memandangi kepergian Mahika dengan jantung berdegup menggila seolah akan meledak.

“Mahika,” ucapnya pelan setelah hampir beberapa bulan tidak pernah lagi mengucapkan nama yang dulu selalu membuatnya bahagia. Wanita yang ia tinggalkan hanya untuk mengejar karirnya, kini sedang hamil besar. Tatapan yang dulu begitu mencintainya berubah menjadi sebuah kebencian yang tidak pernah terbendung.

Gentala memakai topi serta maskernya dan berharap tidak ada yang bisa mengenalinya. Ia kemudian mengejar langkah Mahika yang belum begitu jauh darinya. Ada hal yang sangat ingin ia ucapkan atas kesalahannya di masa lalu. Sesuatu yang selalu membuatnya tidak bisa hidup dengan tenang.

“Mahika, tunggu!” teriaknya.

Mahika menghela napas karena jalannya yang begitu lambat. Ia tidak ingin bertemu dengan seseorang yang sudah menghancurkan hidupnya. Ia belum siap memaki di depan bayinya, memikirkannya saja sudah membuatnya merinding. Ia hanya ingin bayinya mendengar kata-kata yang baik. Tapi masalahnya ia tidak bisa menjamin kata yang ia keluarkan jika bertemu dengannya.

“Kenapa juga tadi aku lewat jalan itu, menyebalkan.” Dengkusnya, masih terus melanjutkan jalannya tanpa menghiraukan teriakan Gentala.

“Mahika, aku mohon berhentilah sejenak.” Pintanya dengan lemah. Kakinya perlahan berhenti dan tidak mau repot-repot memutar badannya.

“Jangan mengatakan apa pun, aku tidak mengizinkan suaramu terdengar di sekelilingku.”

“Kenapa?” Tanya Gentala tidak habis pikir dengan apa yang baru saja diucapkan oleh mantan kekasihnya.

“Tidak perlu bertanya, aku tidak mau mendengar suaramu! Kalau ada yang mau kamu sampaikan, kirimkan melalui pos!”

“Mahika aku tidak ada waktu untuk melakukannya.” Desahnya.

“Aku juga tidak punya waktu mendengarkan suara makhluk bertanduk sepertimu. jangan sakit hati, aku tidak menyuruhmu mendengar ucapanku. Sekali lagi, tolong jangan pernah lewat di jalan yang sedang kulewati.”

“Baiklah, aku akan mengirim melalui pos, berikan alamatmu.”

“Aku masih belum pindah ke Mars!”

Mata Gentala beralih ke arah perut Mahika yang terlihat besar. Perasaan aneh menyusup ke dalam hatinya dan Mahika menyadari hal tersebut. Sampai mati pun tidak akan pernah ia biarkan Gentala menyentuh bayi yang tidak pernah ia inginkan sejak dulu. Lagi pula Mahika sangat percaya diri kalau pria itu tidak akan pernah tertarik dengannya. Baginya karir lebih penting dari apa pun. Mahika melihat taksi online pesanannya dan pergi dari sana. Ia bersorak senang karena tidak memaki. Bayinya selamat dari kata-kata yang tidak pantas. Tapi kesenangannya tidak bertahan lama karena taksi yang ia tumpangi diberhentikan oleh seseorang.

Gentala turun dari mobil yang ia kendarai. Ia mengetuk kaca mobil sopir dan meminta maaf karena istrinya sedang merajuk. Sopir tersebut paham dan segera membuka pintu. Mahika keluar dari sana dengan perasaan dongkol luar biasa.

“Apalagi sih?” dengkusnya. “Kamu nggak takut kena skandal kalau ketahuan sedang menganggu seorang wanita? Kasian loh kalau karir yang kamu bangun dengan mengorbankan perasaan orang lain hancur gitu aja.

Gentala tidak menjawab sindirian tersebut, ia hanya diam dan memperhatikan Mahika dengan lekat. “Apa kamu sedang hamil?”

Mahika memutar mata kesal karena mendengar pertanyaan aneh dari pria yang kini sedang menatap seolah akan menenggelamkannya hidup-hidup. Memangnya siapa dia sampai berhak menanyakan mengenai kehamilannya.

“Mahika, jawab pertanyaanku.”

“Ini, “ tunjuknya pada perut, “Karena busung lapar, PUAS!”

“Mahika!”

“Aku seharusnya makan enak, tapi karena selalu makan hati makanya jadi busung lapar begini,” jawabnya asal dan semakin membuat Gentala pusing menghadapi sikap Mahika. Ia tahu, sejak dulu Mahika akan membuatnya stres setengah mati saat membuatnya marah.

“Mahika jawab dengan serius, kali ini,”

“Lihat, itu fansmu!” tunjuknya ke arah gedung kosong. Gentala mengikuti arah tunjuknya dan menghela napas saat melihat Mahika mencoba melarikan diri dari sana.

Ia menarik tangan Mahika untuk masuk ke mobilnya. Tapi Mahika berontak, alhasil ia menggendongnya dan membawa Mahika pergi dari sana.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY