Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Jangan Tinggalkan Aku
Jangan Tinggalkan Aku

Jangan Tinggalkan Aku

5.0

Awalnya Alvira, yang akrab dipanggil Avi, hanya ingin memastikan kesembuhan sang kakak terjamin setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis. Namun biaya untuk menopang hidup sang kakak tidaklah sedikit, apalagi harta benda keluarga yang tiba-tiba diambil alih tanpa pemberitahuan. Tabungannya habis untuk membayar biaya pemakaman dan perawatan saat sang kakak terbaring koma. Hingga akhirnya, ia tidak punya pilihan lain dan nekat bekerja di sebuah tempat yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya. Ya, ia memutuskan menggunakan tubuhnya demi menghasilkan uang dengan cepat. Namun, ia tak menyangka bahwa keputusan itu menjadi awal pertemuannya dengan Damian Verrell, seorang Presiden Direktur tampan dan dingin, yang berani membayarnya mahal-bahkan lebih parah lagi, menawarkan kontrak kepadanya sebagai simpanan. Avi tak punya pilihan lain. Demi kesembuhan sang kakak, ia rela mengorbankan segalanya. Semuanya bermula dari sebuah klub malam mewah, tempat di mana Damian Verrell, pria dengan wajah menawan dan otak cemerlang, berkuasa. Sosok yang dicita-citakan banyak wanita, namun hatinya tetap tertutup rapat, seakan hanya menyisakan ruang untuk kepentingannya sendiri.

Konten

Bab 1 kehilangan orang tua mereka dalam kecelakaan

Alvira menatap langit senja dari jendela apartemen kecil yang kini menjadi satu-satunya tempat ia dan kakaknya tinggal. Suasana sunyi menyelimuti ruang sempit itu, hanya terdengar suara monitor detak jantung sang kakak yang terus berdengung. Matanya sembab, menahan tangis yang sudah lama dipendam.

"Kak... kakak harus kuat, ya..." bisiknya pelan, suaranya serak. Tangan kecilnya menggenggam tangan kakaknya yang terbaring koma. Setiap detik terasa seperti ujian, setiap napas kakaknya adalah tanggung jawab yang kini ada di pundaknya seorang diri.

Sejak kehilangan orang tua mereka dalam kecelakaan tragis enam bulan lalu, hidup Avi berubah total. Semua harta benda keluarga lenyap, diambil alih oleh kerabat jauh yang tak pernah mereka kenal. Tabungan yang tersisa nyaris habis untuk membiayai perawatan intensif sang kakak, dan ia tahu, waktu tidak berpihak padanya.

Pikiran Avi terus berkecamuk. Ia sudah mencoba segala cara: meminjam uang, mencari pekerjaan tambahan, bahkan menjual perhiasan warisan orang tuanya. Namun semua itu hanya menunda kenyataan pahit: biaya rumah sakit dan pengobatan kakaknya sangat mahal.

Ia berdiri dari kursi, menarik napas panjang, lalu menatap cermin kecil di kamar. Bayangan gadis muda dengan mata lelah dan wajah pucat menatap balik padanya.

"Tidak ada jalan lain... aku harus melakukannya," gumamnya, suara hampir tak terdengar.

Keputusannya itu membawa Avi ke sebuah klub malam mewah, tempat yang selama ini hanya ia lihat di layar televisi atau cerita teman-temannya. Lampu-lampu kristal memantulkan cahaya keemasan, dan musik menghentak di setiap sudut ruangan. Aroma parfum mahal bercampur dengan semerbak rokok dan alkohol, menciptakan suasana dunia yang begitu asing bagi Avi.

Ia duduk di kursi bar, mencoba menenangkan diri sambil menunggu seseorang. Sesuatu dalam hatinya bergejolak, rasa takut bercampur rasa bersalah, tapi ia tahu satu hal: ia tidak punya pilihan lain.

Tiba-tiba, seorang pria masuk ke ruangan dengan langkah tegas, memancarkan aura yang membuat semua mata tertuju padanya. Rambutnya hitam, tertata rapi, jas mahal membalut tubuh tegapnya. Wajah tampannya seperti patung, dingin, dan memikat sekaligus menakutkan.

Avi menelan ludah. Ia belum pernah melihat pria seperti itu.

"Damian Verrell," seorang bartender berbisik pelan kepada rekannya, menatap pria itu dengan rasa kagum.

Pria itu berjalan mendekat ke kursi Avi. Tatapannya menusuk, dingin, namun ada sesuatu yang membuat jantung Avi berdetak lebih cepat.

"Anak muda, kau sendirian?" tanyanya, suaranya dalam dan tenang.

Avi mengangguk, menahan rasa gugup yang membuncah. "Ya... saya... saya cuma... menunggu teman."

Damian tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak sampai ke matanya. "Temanmu tidak datang?"

Avi menggigit bibirnya, mencoba menjawab, tapi kata-kata macet di tenggorokannya. Ada ketegangan yang tak bisa ia jelaskan, dan sekaligus, ada rasa penasaran yang aneh.

"Kalau begitu," Damian melanjutkan, duduk di kursi di depannya, "mungkin aku bisa menolongmu."

Avi menatapnya, tidak mengerti maksud pria itu. "Menolong... bagaimana maksudnya?"

Damian mengeluarkan kartu bisnis dari saku jasnya dan meletakkannya di meja. "Aku mencari seseorang... seseorang yang... mau bekerja dengan cara yang sangat spesial. Dan aku bersedia membayar mahal. Sangat mahal."

Hati Avi berdebar kencang. Ia tahu, dari nada suaranya, tawaran itu tidak main-main. Ia menelan ludah, dan bayangan kakaknya muncul di pikirannya. Biaya perawatan yang terus bertambah, tabungan yang sudah habis... semuanya memaksanya mengambil keputusan.

"Apa... maksud Anda?" suara Avi gemetar.

Damian mencondongkan tubuh, tatapannya menembus pandangan Avi. "Aku mencari seorang wanita... yang bersedia menjadi... simpanan. Dengan kontrak jelas, semua kebutuhanmu dan keluargamu-atau siapa pun yang kau sayangi-akan aku tanggung. Selama beberapa bulan, atau beberapa tahun, terserah kebutuhanmu."

Avi terkejut. Hatinya berdegup kencang, ada rasa jijik bercampur takut, tapi di bawah semua itu, ada rasa putus asa yang menyesakkan. Demi kakaknya... ia mungkin harus rela.

"Kamu... serius?" tanyanya pelan, hampir berbisik.

Damian mengangguk. "Sangat serius. Aku tidak main-main. Dan aku hanya mau satu: kepatuhan penuh."

Avi menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia tahu, jika ia menolak, kakaknya mungkin tidak akan bertahan lama. Jika ia menerima... hidupnya akan berubah selamanya.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, ia mengangkat kepala, menatap Damian dengan mata yang tegas meski masih dipenuhi rasa takut. "Baik... saya... saya setuju."

Damian tersenyum tipis. "Bagus. Kita akan menandatangani kontrak segera. Dan jangan khawatir... semua yang kau butuhkan, akan aku sediakan. Tetapi ingat... ini bukan main-main. Setelah kau menandatangani, tidak ada jalan mundur."

Avi menelan ludah. Ia tahu, ia telah membuat keputusan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Tapi di hatinya, ada satu hal yang tetap jelas: demi kakaknya, ia akan melakukan apa saja.

Malam itu, setelah Damian meninggalkannya dengan janji kontrak, Avi duduk sendiri di sudut klub. Ia menatap minuman di depannya, tapi tak mampu meneguknya. Pikiran tentang kakaknya terus menghantui, tentang keluarga yang hilang, tentang hidup yang tidak pernah ia bayangkan akan berubah drastis.

Di luar klub, lampu kota berkelap-kelip, dan suara kendaraan terdengar samar. Dunia terasa jauh dari kenyataan yang sedang ia hadapi. Avi tahu, jalan yang ia pilih berisiko tinggi. Tapi ia juga tahu, tidak ada jalan lain yang bisa menyelamatkan kakaknya.

Keesokan harinya, Avi mulai menyesuaikan diri dengan kehidupannya yang baru. Damian menempatkannya di apartemen mewah, memberikan uang untuk semua kebutuhan kakaknya, dan mengawasi setiap langkahnya dengan teliti.

Di awalnya, Avi merasa terperangkap. Dunia yang dulunya sederhana kini penuh dengan aturan, batasan, dan ketegangan yang membuatnya lelah. Tapi setiap kali ia melihat foto kakaknya atau menerima kabar bahwa kondisinya membaik, rasa bersalah dan putus asa itu sedikit mereda.

Damian, di sisi lain, tetap menjadi teka-teki baginya. Pria itu tampan, dingin, dan selalu tampak tenang. Namun ada kalanya ia memperlihatkan sisi lembut yang tak terduga-memberi Avi saran, menanyakan kabar kakaknya, atau bahkan hanya menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Avi berdegup lebih cepat.

Hari demi hari, Avi mulai menyadari sesuatu: hubungan mereka lebih kompleks daripada sekadar kontrak. Ada ketegangan, ada rasa penasaran, dan-meskipun ia tidak mau mengakuinya-ada ketertarikan yang sulit dihindari.

Tapi Avi menepisnya. Ia tidak boleh lupa tujuan utamanya: kesembuhan kakaknya. Segala perasaan lain hanyalah gangguan, kemewahan yang tidak bisa ia izinkan.

Namun, dunia Damian Verrell penuh dengan kejutan. Dan satu kesalahan kecil, satu momen ketidakpatuhan, bisa mengubah segalanya.

Avi tahu, ia telah memasuki dunia yang tidak pernah ia bayangkan. Dunia di mana kekuasaan, uang, dan keinginan saling bertabrakan. Dan di dunia itu, ia hanya punya satu senjata: tekad untuk menyelamatkan kakaknya, apapun yang harus ia korbankan.

Malam demi malam, Avi belajar menahan rasa takut, mengendalikan rasa bersalah, dan menghadapi Damian yang menakutkan sekaligus memikat. Dunia lamanya telah hilang, digantikan oleh kehidupan yang penuh risiko. Tapi di balik semua itu, ada satu cahaya yang membuatnya terus bertahan: senyum kecil kakaknya yang mungkin, suatu hari nanti, akan kembali terbuka.

Dan begitu babak baru dalam hidupnya dimulai, Avi tahu satu hal: ia tidak akan mundur, tidak peduli betapa sulit atau gelapnya jalan yang menanti. Karena demi kakaknya, ia siap melakukan apa saja.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY