/0/3028/coverbig.jpg?v=6ea82d28f89b2f6d2bb2201174c47dea)
Besok atau nanti, bahkan jika itu suatu saat nanti. Andai ketika itu kita di pertemukan kembali. Maka tolong lupakanlah wajah ini, wajah yang pernah kau lirik, kau kagumi. Lupakanlah diri ini yang dulu pernah kau kenali. Lupakanlah nama ini yang dulu pernah kau sebut. Lupakanlah kesederhanaan itu dulu, yang pernah ada diantara kita. Jangan pandang jati diri ini seakan dia itu hal yang harus di hempas pergi. Tetapi, buanglah ingatan itu secara perlahan, supaya tersisa di lubuk hati terdalam mu itu, sedikit tentangku. Sedikit celah untukku. Namun, jangan hadirkan kebencian dan jangan biarkan hal hina itu yang menjadi sebab perpisahan itu. Tetapi jadikanlah perpisahan itu sebagai pelajaran dari yang di atas. Bahwa, jati diri wanita ini tidak sempurna dan tidak baik untuk teman hati mu. Sekali lagi, sisakan sedikit ruang untukku. Ruang gelap tak bercelah pun tak apa, asalkan di ruang itu aku mampu mengarungi malam yang sunyi itu sendirian dan menyimpan rindu untuk mu. Bila-bila aku sudah gak sanggup, maka akan kulepaskan nanti, nanti ketika kulepaskan pula nafas penghabisan ku. Seraya mengenang perpisahan kita...
sinar matahari secara perlahan menembus tebalnya tirai. Sinarnya yang terang benderang dan terasa hangat membuat wajah mulus nan elok seorang gadis terasa bagai di sengat. mengacuhkan kehadiran sang surya, sang gadis kembali menarik selimut menutupi wajahnya dan kembali tertidur.
tapi sadarkah gadis itu? jarum jam terus berputar tanpa menunggu dirinya. dari detik ke detik. menit ke menit. jam ke-jam. hingga tiba-tiba, jam kecil yang berada di atas meja nakasnya bernyanyi membuat seluruh ruangan kamar itu jenuh mendengar nyanyian tuan jam setiap pagi.
mengacuhkan? kali ini tidak, mendengar nyanyian tuan jam saja dia sudah terkejut, apalagi dengan yang satu ini? mana mungkin dia tidak akan terbangun.
PRING!!
entahlah.
mungkin sesuatu yang jatuh dan pecah? tapi rasanya itu adalah satu hal yang secara sengaja di pecahkan, mungkin.
"aahhkk!" Teriaknya. Siapa lagi jika bukan gadis yang mengacuhkan tuan matahari tadi? mungkin ini hukuman untuknya.
"anak-anak! dengarkan ibu!"
"sona! kemarilah, sarapan sudah siap"
"Ibu! lihat dia! dia mengabil sarapanku, bu!"
"jangan terlalu keras! kalian bisa membuat kakak dikamar atas terbangun!"
itu adalah contoh keributan yang setiap paginya menjadi alarm gadis tersebut, meskipun agak mengganggu tapi itu sangat berguna baginya. Berkat mereka, dia bisa bangun tepat waktu dan masuk kerja tepat waktu.
setelah membereskan kamarnya, ia lanjut ke kamar mandi dan bersiap-siap masuk kerja. Ya, gadis itu bekeja di salah satu restoran kecil di kota seoul.
Beberapa menit setelah siap-siap, ia mulai menuruni satu persatu anak tangga. Dengan gontai dan lesu gadis itu berjalan menuruni tangga. Entah kenapa tak ada ciri-ciri semangat yang tergambar diwajahnya.
"Youra? Selamat pagi, nak." Sapa wanita itu dan menarik sebuah bangku di meja yang berbentuk bundar dan dikelilingi delapan bangku.
"Pagi, bi...." Balasnya dengan lesu.
"Sarapan dulu, nak. Bibi sudah siapkan roti dan susu ini untukmu." Wanita yang disebutnya dengan "Bibi" itu, ia menaruh segelas susu dan sebuah roti yang sudah diberi sebuah telur setengah matang diatasnya.
"Terima kasih, bi Jung. Tapi, sepertinya aku akan berangkat saja."
"Apa? mana bisa begitu. Kau harus sarapan dulu, baru berangkat kerja. Lagi pula, belum juga jam 7 pagi. Restoran baru buka, kan?" Wanita itu benar-benar ingin dia sarapan.
"Ayo, Youra. Sarapan bersama kami." Beberapa orang wanita turun dari kamar mereka dan menghampiri Youra yang sedang memakai sepatunya, bersiap untuk bekerja.
"Tidak, terima kasih." Jawab gadis yang bernama Youra itu. Suaranya hampir tak terdengar.
"Ada yang salah dengan dirimu hari ini, apa ada masalah Youra?" Tanya seorang perempuan yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Youra.
"Terima kasih, sudah peduli. Tapi, aku baik-baik saja. Aku pamit." Gadis itu langsung pergi tanpa mencicipi sarapannya sedikit pun.
"Tidak biasanya dia bersikap begitu padaku...." Gumam wanita yang di sapa Youra dengan "Bibi Jung."
Ngomong-ngomong, bibi Jung itu pemilik Hasukjib¹ yang sekarang disewa Youra. Alasan dia begitu menyayangi Youra, karena Youra adalah orang pertama yang mau menyewa hasukjib¹ yang disediakan bibi Jung. Karena tempatnya terkesan sempit, jadi banyak yang menolaknya. Ditambah saat itu bibi Jung harus menghidupi tiga anaknya yang masih anak-anak dan membutuhkan banyak biaya untuk merawat mereka.
Itulah mengapa baginya, Youra adalah penyelamat keluarganya saat itu. Dia begitu mencintai si gadis Youra itu.
~oOo~
"Selamat pagi."
"Oeh? Youra, selamat pagi." Seorang gadis yang tengah membersihkan meja-meja bundar di bagian depan restoran, ia berbalik dan membalas sapaan Youra.
Mengingat belum ada persiapan makanan apapun untuk nanti, Youra memutuskan untuk segera ke
dapur.
"Selamat pagi, han."
"Pagi, Youra."
"Tunggu. Apa kau baik-baik saja? Youra." Tanya pemuda itu ketika berpas-pasan dengan Youra yang masuk ke area dapur.
"Hm...." Youra masuk kedapur dan mulai menyiapkan beberapa makanan untuk nanti.
"Very weird. What happened to this beauty?" gumam pemuda itu dan melanjutkan pekerjaannya.
Beberapa saat kemudian, sudah ada beberapa cheff yang berdatangan dan mulai mempersiapkan sajian khusus. Para pelanggan 'pun sudah memenuhi area depan restoran.
Mereka semua terlihat sibuk dengan tugas masing-masing. Namun, Youra. Ia hari ini bagaikan bukan dia. Matanya menatap lurus kedepan, namun dengan tatapan kosong, tangannya terus bekerja memotong beberapa buah-buahan.
"Youra? What happend?" Tanya seorang laki-laki bertubuh pendek dan agak berisi. Kebetulan pria itu berasal dari Inggris, dan sedang menitih karier di Korea. Karena itulah dia berbahasa inggris. Mungkin dia merasa aneh dengan sikap Youra yang terkadang melamun dan begitu lesu ketika melakukan pekerjaannya.
"Oh, no. I'm fine, cheff." Tuturnya dan segera memotong beberapa bahan yang akan dimasaknya nanti.
"Ok. Don't imagine your nature in here, dear. Haha." Youra hanya terkekeh kecil mendengar penuturan dari seniornya itu.
.
.
"Haah...." Youra menghela napas beratnya, begitu terlihat dari raut wajahnya kalau dia sangat kelelahan.
Gadis itu melepas celemek yang mengikat di pinggang dan lehernya. Karena sudah waktunya istirahat, Youra mengambil ranselnya dan berjalan keluar restoran.
"Youra!"
Youra menoleh dan mendapati Aera--temannya-- berlari menghampirinya.
"Kenapa?" Tanya Youra tersenyum kecil melihat sahabatnya yang sudah terengah-engah.
"Boleh aku makan siang bersamamu?" Tanya gadis itu, Aera.
"Um... maaf. Hari ini, aku ingin sendiri." Jawab Youra menolak permintaan temannya.
"Ooh, baiklah. Aku mengerti...."
Youra tak tahu apakah perkataannya itu akan menyakiti temannya atau tidak. Tapi, dia ingin menenangkan dirinya sejenak tanpa ada yang menganggu. Termasuk Aera temannya.
Saat akan beranjak dari sana, Youra tersentak. Ia terkejut dengan cengkraman yang begitu kuat mengikat pergelangan tangannya dan menghambat pembuluh darahnya. Sehingga telapak tangannya menjadi dingin dan memucat.
"A--ada apa?" Tanya Youra terkejut dengan ekspresi wajah yang dipelihatkan Aera.
"Kenapa kau tak ingin menceritakannya padaku? Aku tau kau sedang dalam masalah sekarang." Tutur Aera.
Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Youra tersenyum kecil. "Apa kau t*li?" Tanya Youra dengan lembutnya.
"Maksudmu?"
"Berapa kali harus kukatakan? Aku tidak sedang dalam masalah!" Pekik Youra dan menarik tangannya dari cengkraman gadis itu.
Entah kenapa dengannya hari ini. Padahal dia sedang tidak dalam masalah apapun. Tapi, entah kenapa ia merasa kalau dirinya sebentar lagi akan memikul sebuah tanggung jawab yang besar.
Youra menghilang diperbelokan jalan. Mungkin Aera yang kena semprot temannya itu langsung kembali ke restoran.
"Apa aku terlihat sangat terbebani?" Gumamnya terlihat berpikir.
"Ahk! pasti mereka tidak war*s!"
Begitu sampai di taman kota, gadis itu langsung membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang.
Perutnya yang sejak tadi sudah minta diberikan jatah, membuatnya merasa sangat kelaparan. Ditambah dengan beberapa orang yang menyebalkan yang menanyakan pertanyaan yang sama padanya sejak pagi tadi.
________________________________________________
¹(bahasa korea) Hampir mirip dengan kost-an yang biasa ada di Indonesia. Hanya saja, hasukjib¹ menyediakan segala perlengkapan kamar yang kita butuhkan. Bedanya lagi, hasukjib¹memiliki ruangan yang tidak terlalu luas dan biayanya akan semakim mahal jika fasilitas yang disediakan sudah ada di dalam kamar penyewa. Misalnya, kamar mandi.
𝐴𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑎 "𝑃𝑟𝑖𝑛𝑐𝑒𝑠𝑠"? 𝑃𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑘 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛, 𝑚𝑎𝑟𝑡𝑎𝑏𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖, 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑚𝑝𝑢𝑟𝑛𝑎𝑎𝑛, 𝑔𝑜𝑤𝑛 𝑚𝑒𝑤𝑎ℎ, 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠𝑎𝑛. 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛? 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔. 𝑃𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑘𝑖𝑘𝑎𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑡𝑢𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑡𝑟𝑖. 𝐾𝑒𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑙𝑖𝑎𝑎𝑛. 𝑇𝑎𝑝𝑖, 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑘𝑢. "𝑆𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑘𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑛𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎! 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝!!" 𝑆𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑚𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑠. . "𝐴𝑘𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑎!!" "𝐾𝑎𝑢 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑚𝑖!!" . Berharap suatu saat nanti akan ada seorang pangeran yang datang menjemputku seperti dalam kisah Cinderella.. tetapi itu hanya harapan.. entah yang bisa diwujudkan, atu malah hancur.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"