Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Bukan Takdirku Mati Dalam Api
Bukan Takdirku Mati Dalam Api

Bukan Takdirku Mati Dalam Api

5.0

"Kita akan mencampakkannya setelah koleksi musim panas selesai!" Tawa Dzaki, kekasihku selama tiga tahun, terdengar jelas dari balik pilar kapal pesiar, menghancurkan duniaku dalam sekejap. Ternyata, hubungan manis kami hanyalah skenario balas dendam demi Rosa, wanita yang memfitnahku mencuri desainnya. Tidak cukup hanya memanfaatkanku sebagai desainer bayangan, mereka memberiku obat yang merusak organ secara perlahan. Bahkan, mereka merencanakan kebakaran di sebuah villa untuk melenyapkan jejakku selamanya, seolah-olah itu kecelakaan tragis. Aku mendengar Dzaki setuju untuk "memberiku pelajaran" terakhir itu dengan dingin. Hatiku hancur berkeping-keping menyadari pria yang kucintai ternyata adalah monster yang ingin membunuhku. Tapi aku tidak akan mati semudah itu. Aku memalsukan kematianku di dalam kobaran api villa itu, meninggalkan cincin tunangan kami di samping mayat palsu, dan terbang ke Milan. Tiga tahun kemudian, aku kembali ke Jakarta sebagai Gia, desainer kelas dunia yang dingin dan tak tersentuh. Saat Dzaki menatapku di runway dengan wajah pucat pasi seperti melihat hantu, aku tersenyum miring. "Maaf, Tuan. Anda salah orang. Gita yang bodoh itu sudah Anda bunuh tiga tahun lalu." Permainan baru saja dimulai, Sayang.

Konten

Bab 1

"Kita akan mencampakkannya setelah koleksi musim panas selesai!"

Tawa Dzaki, kekasihku selama tiga tahun, terdengar jelas dari balik pilar kapal pesiar, menghancurkan duniaku dalam sekejap.

Ternyata, hubungan manis kami hanyalah skenario balas dendam demi Rosa, wanita yang memfitnahku mencuri desainnya.

Tidak cukup hanya memanfaatkanku sebagai desainer bayangan, mereka memberiku obat yang merusak organ secara perlahan.

Bahkan, mereka merencanakan kebakaran di sebuah villa untuk melenyapkan jejakku selamanya, seolah-olah itu kecelakaan tragis.

Aku mendengar Dzaki setuju untuk "memberiku pelajaran" terakhir itu dengan dingin.

Hatiku hancur berkeping-keping menyadari pria yang kucintai ternyata adalah monster yang ingin membunuhku.

Tapi aku tidak akan mati semudah itu.

Aku memalsukan kematianku di dalam kobaran api villa itu, meninggalkan cincin tunangan kami di samping mayat palsu, dan terbang ke Milan.

Tiga tahun kemudian, aku kembali ke Jakarta sebagai Gia, desainer kelas dunia yang dingin dan tak tersentuh.

Saat Dzaki menatapku di runway dengan wajah pucat pasi seperti melihat hantu, aku tersenyum miring.

"Maaf, Tuan. Anda salah orang. Gita yang bodoh itu sudah Anda bunuh tiga tahun lalu."

Permainan baru saja dimulai, Sayang.

Bab 1

Gita Hasan POV:

"Kita akan mencampakkannya setelah koleksi musim panas selesai!" Suara tawa Dzaki Rafsanjani memenuhi dek kapal pesiar mewah di Labuan Bajo. Tawa itu seperti sambaran petir yang menghantam jantungku. Aku bersembunyi di balik pilar, terhuyung, dunia berputar.

Dzaki, kekasihku, pria yang kucintai selama tiga tahun terakhir, sedang tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Ia memegang segelas sampanye, matanya berbinar, tapi bukan karena cinta padaku. Bukan karena ulang tahun ketiga hubungan kami, yang seharusnya kami rayakan malam ini.

Aku melihat tatapan kosong di matanya. Hanya kegembiraan semu, seperti topeng yang ia kenakan. Apakah aku berhalusinasi? Apakah kelelahan karena mendesain koleksi busana Rosa Cokrohadisuryo selama berbulan-bulan tanpa henti membuat pikiranku kacau?

"Gita benar-benar bodoh," Arbi, sahabat Dzaki, menimpali. Ia tergelak, "Dia pikir kita benar-benar mendukungnya? Dia pikir Dzaki mencintainya?"

Jantungku mencelos. Kata-kata itu menancap, menusuk, merobek.

"Tentu saja," Rosa, dengan suara manja yang selalu membuatku muak, menambahkan. "Dia sangat naif. Begitu mudah dimanipulasi."

Manipulasi. Kata itu menggema di kepalaku. Tenggorokanku tercekat. Keringat dingin membasahi punggungku.

"Ingat saat dia mencuri desainku waktu kuliah?" Rosa melanjutkan, dengan nada seolah-olah mendongeng. "Hancur debutku. Tapi karma itu nyata, Gita, kan?"

Mencuri desain? Fitnah itu lagi. Aku tidak pernah mencuri apapun! Aku yang selalu menjadi bayangan, bekerja keras agar Rosa bersinar.

"Dan Dzaki, pahlawanku," Rosa mendesah manja, "Dia bersumpah akan membalas dendam untukku. Membuatnya jatuh cinta, menghancurkan kariernya, lalu membuangnya."

Dunia terasa runtuh. Udara menipis. Mual menyerang, perutku bergejolak hebat. Aku mencengkeram pilar, berusaha agar tidak jatuh. Ini nyata. Ini bukan halusinasi.

Dzaki. Kekasihku. Pria yang selalu kuanggap sempurna. Dengan senyumnya yang menawan, tatapan mata penuh perhatian, sentuhan lembut yang melumpuhkanku. Semuanya palsu. Setiap kata manis, setiap janji, setiap ciuman. Sebuah kebohongan yang dirangkai sempurna.

Aku mengingat malam pertama kami. Dia memegang tanganku, menatapku dalam-dalam, mengatakan aku adalah wanita paling tulus yang pernah ia temui. Aku begitu bahagia, begitu buta. Aku memberikan segalanya, cinta dan bakatku, semua demi dia. Aku rela menjadi desainer bayangan Rosa, karena Dzaki bilang itu untuk mendukung "karier masa depan kita".

"Dia percaya semua omong kosongku," suara Dzaki terdengar lagi, dipenuhi ejekan. "Percaya bahwa aku mendukung mimpinya, padahal aku hanya memanfaatkannya untuk Rosa. Dia bahkan menolak tawaran beasiswa ke Milan demi aku."

Tawaran beasiswa ke Milan. Impian seumur hidupku. Impian yang kukubur dalam-dalam demi Dzaki, demi "cinta" yang ia janjikan.

Jadi, semua ini adalah jebakan. Aku hanyalah pion dalam permainan balas dendamnya. Alat untuk membalas Rosa, yang dia anggap adiknya. Rosa, yang memfitnahku mencuri desainnya di kampus, menghancurkan debutnya. Rosa, yang menangis dan memutarbalikkan fakta di depan Dzaki. Dan Dzaki, yang buta karena kedekatan masa kecil, percaya pada setiap kebohongan Rosa.

Aku merasa remuk. Lebih dari sekadar patah hati. Jiwaku hancur berkeping-keping. Aku merasa seperti lelucon, badut yang menari di atas panggung yang Dzaki dan Rosa siapkan. Mereka menertawakanku, mengolok-olok perasaanku, dan aku tidak menyadarinya.

Tiba-tiba, Dzaki menoleh. Matanya menyapu sudut tempatku bersembunyi. Senyumnya pudar. Jantungku berdetak kencang, memukul-mukul rusukku seperti ingin keluar. Aku tahu dia melihatku. Aku tahu dia tahu aku mendengar semuanya.

Aku tidak sanggup lagi. Aku berbalik, berlari sekuat tenaga, tidak peduli ke mana arah kakiku membawaku. Tangisan tertahan pecah menjadi isak tangis yang menyakitkan. Aku berlari menembus keramaian pesta, melewati wajah-wajah asing yang tidak mempedulikanku.

Kakiku tersandung, aku jatuh tersungkur di dek yang licin. Lututku tergores, tapi rasa sakit fisik tidak sebanding dengan luka di hatiku. Aku terbaring di sana, terengah-engah, air mata membasahi pipiku. Bodoh. Aku sangat bodoh.

Ponselku bergetar dalam genggaman. Layarnya menunjukkan nama "Ibu". Aku melihatnya. Ibuku. Keluargaku yang kutinggalkan, yang kuhiraukan demi pria kejam ini.

"Gita, sayang, Ibu dan Ayah akan pindah ke Italia. Semua sudah diurus. Kau ikut kami, kan?" Suara Ibu terdengar penuh harap.

Italia. Milan. Impian yang kukorbankan. Dulu, aku akan menolak tanpa ragu, demi Dzaki. Tapi kini, Dzaki telah menunjukkan wajah aslinya. Aku tahu apa yang harus kulakukan.

Napas kuambil dalam-dalam. "Ya, Bu," suaraku serak tapi tegas. "Aku ikut."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 19   Hari ini14:07
img
img
Bab 1
Hari ini14:07
Bab 2
Hari ini14:07
Bab 3
Hari ini14:07
Bab 4
Hari ini14:07
Bab 5
Hari ini14:07
Bab 6
Hari ini14:07
Bab 7
Hari ini14:07
Bab 8
Hari ini14:07
Bab 9
Hari ini14:07
Bab 10
Hari ini14:07
Bab 11
Hari ini14:07
Bab 12
Hari ini14:07
Bab 13
Hari ini14:07
Bab 14
Hari ini14:07
Bab 15
Hari ini14:07
Bab 16
Hari ini14:07
Bab 17
Hari ini14:07
Bab 18
Hari ini14:07
Bab 19
Hari ini14:07
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY