Hasan
ncana kematiannya sendiri. Ini bukan lagi permainan. In
di grup itu dihapus. "Sial! Siapa yang memasukkan Gita ke grup
tap layar ponsel, setiap kata menusuk lebih dalam dari pisau manapun. Bukan hanya mereka men
ncana mereka bukan hanya mencampakkanku, tapi menghabisiku sepenuhnya. Ia ingin aku mat
di layar, di antara pesan-pesan mengerikan yang baru saja kubaca. Aku menatapny
ab, suaraku tercekat d
amar rumah sakit?" Suaranya terdengar cemas,
berusaha agar suaraku tidak bergetar
mematikan. Lalu, suaranya kembali, sedikit lebih tegang.
lam," jawabku, suaraku dat
nya yang berat. "Aku... aku akan segera ke s
ahnya. Tidak ingin menghirup udara yang sama dengannya.
t pesan-pesan itu?" Suaranya terdengar panik sekarang. Panik
elihatnya," aku berbohong, berusaha terd
ya, jangan pedulikan kalau ada pesan aneh-aneh. Itu pasti
nuhku, kini berjanji akan melindungiku. Aku tidak bisa menahan
gakhiri panggilan. Aku tidak ingin men
akan sisa-sisa kelemahan di tub
Dzaki, tapi dari sebuah nomor tak dikenal. Sebuah mobil van hitam berhenti mendadak di
u aneh dibekapkan ke hidungku. Penglihatanku kabur. Dunia berputar.
Bau apek dan lembap memenuhi indra penciumanku. Mataku berusaha beradaptasi
gun," sebuah suara kasar te
"Siapa kalian? Apa y
m. "Kami hanya ingin sedikit bersenang-senang, Nona. Dzaki tidak lagi pedul
u tidak akan membiarkan mereka menyentuhku. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku meronta le
terasa berdengung, darah menetes dari sudut bibirku. Air mat
obrak. Keras sekali. Bayan
, wajahnya penuh amarah. Matanya menyala-nyala. "Apa y
t. Mereka tidak menya
rkan beberapa lembar uang ke arah mereka. "Ambil ua
il uang itu dan melarikan diri. Dzaki berjalan mendek
ku dipenuhi ketakutan. Ketakutan akan dirinya, akan sem
n sedikit kesedihan. Tapi aku tidak peduli. Aku
limuti. Aku pingsan lagi, kali ini bu
Dzaki di sampingku. Tapi aku mendengar suara-suara. Suara Dzaki
na ini, Arbi?" Suara Dzaki terdengar marah. "
dari grup chat. Dalang di b
dari rencana kita, kau lupa? Membuatnya menderita,
eman dan mencoba... mencoba menjijikkan seperti itu!"
u tidak pernah peduli sebelumnya. Kau hanya ingin membalas dendam untuk
ranya terdengar lagi, lebih pelan, sep
ngejek. "Dzaki Rafsanjani, si playboy yang dingin, jat
ab. Aku mendengar
mengakui perasaannya. Perasaan apa? Cint
arena sakit. Suatu perasaan dingin yang lain
k, suaranya dipenuhi frustrasi. "Aku hanya... aku
serah kau saja, bro. Ta
bingung, berjuang dengan perasaannya sendiri. Namun, bah
hatku. Sebelum ia melihat bahwa aku telah mendengar semuanya. Kebingunga
embiarkan ia mem
ainya?" Arbi bertanya lagi, s
ngan p
mungkin, ia akan menjawab dengan keboho
sudah bulat. Aku tidak akan lagi menjadi gadis yang naif dan boa terdengar, tegas dan dingi
n setelah semua yang aku dengar. Ta
mereka membuat rencana lain untuk membunuhku. Aku akan pergi
ai sudah tiba. Langit yang gelap
g. Dan mereka semu

GOOGLE PLAY