up auratnya itu melambaikan tangannya kepada Ratu. Sahabat kami itu hanya tersenyum dan mengac
petin buketnya!" bisi
nggak
kalan dap
ku tuh, cinta bera
alah Tik-
eria agar tak
angi hadirin semua. Namun, pada hitungan terakhir, Ratu dan Wisnu–sang suami–tidak jadi melempar ikatan bunga yang
ngkat dan menuju ke arahku. Buket bunga yang terangkai cantik dengan tipe nosegay itu ia berikan langsu
semoga secepatnya menyusul
kut memeluk kami. Ah, rupanya ini taktik kedua sahabatku. Tepuk tangan semakin riuh terdengar. Dalam hati a
mati seketika. Semua tamu undangan terdengar berseloroh
lampu, Bu Dirut?"
lagi juga hidup,
untuk menuju singgasana. Ratu mengelus pelan lenganku. Aku hanya mengangg
u, ya. Takut salah ambil t
a brokat tanpa hijab itu melenggang pergi. Kenapa lampu belum juga me
busi, Bu. Sudah ditangani,"
ikondisik
ap,
rapa ada yang mulai gerah karena AC juga ikut berhenti menyejukkan ruangan. Aku mulai gusar, segera keluar dari balai
enset dulu, Bu. Pemakaian listrik juga ha
nya aja! Acara di ballroom sedang berlangsun
ap,
uan seperti ini sering terjadi dan tidak butuh waktu lama bisa selesai ditangani. P
, P
ungi bagia
ud
sebentar lagi
udah di sini? Kok, t
au turun, eh, ketemu tamu tak diduga. Akhirnya
alau Papa tidak akan m
lampu nyala, kenalan dan ngobrol dulu sama anak teman Pa
a kebetulan
ucap Papa se
Ya udah, Pa, Lila coba naik." Sam
h? Duh ... jadi kebelet pipis pula, mana lampu belum nyala.
elum juga ada tanda-tanda untuk menyala. Segera aku berlari kecil menaiki tangga menuju atas. Seseorang tampak menunduk
f, Mas!"
inya ia terburu-buru. Namun, tiba-tiba sebelah tangannya memegang lenganku. Besar kemungkinan, sa
a agar lepas dari lenganku. Dia terpelanting dan jatuh berg
azim!" pekikku de
aimana ini? Aku segera turun dengan terle
ggak sengaja," ujarku dengan
" jawabnya, lalu suaranya terdeng
liar, ya? Tidak berselang lama, dera
a? Ada
h, Pa," jawabk
cel? Kok
ling tadi adalah anak teman Papa yang mau dikenalkan denganku. Aku semakin
ah sakit. Soalnya tadi ...." Aku me
ngsung memapah lela
mengetahui ada korban jatuh sebab ketidaksengajaan yang aku lakukan tadi. S
nemenin dia. Aku yang ny
sabuk pengaman, bangunan megah bertaraf internasional itu kembali terang. Alhamdulillah, li
pa yang masih tampak mengaduh tertangkap pantulan kaca. Wait! Kok,
no?" pekikku, s
erti memastikan. Namun, ia kembali mengaduh dengan
h kaget. "Loh, kalian sud
a menyebutnya Excel, sementara aku ... akrab memangg
si seperti ini? Dengan sebuah insiden pula. Apa kejadian ini bisa dikatakan aku sedang balas d