iup sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah menandakan bahwa tadi telah turun hujan
pada luka Elgar. Keheningan menyelimuti pondok kayu kecil itu, hanya diiringi
uti Carolina. Ia tinggal sendirian di tengah hutan, memiliki pengetahuan me
emecah keheningan. "Sejak ka
anya menatap api unggun. "Seja
rasa kesepian?"
an adalah rumahku. Aku tidak p
di tengah hutan. Pasti sangat sunyi dan sepi. Namun, melihat Carolina, ia
dai meracik oba
gguk kecil. "Ibuku me
anya Elgar
awab Carolina, suaranya
u Carolina, namun ia takut membuat gadis itu semaki
p Elgar sekali lagi. "Aku tidak tah
rlu berterima kasih. Aku hanya mela
alu tampak tertutup dan tidak ingin berbagi banyak tentang dirinya. Namun, Elga
ptakan bayangan aneh yang menari-nari. Elgar terus mem
misterius ini dengan pengetahuan luasnya tentang alam d
ya sedikit lebih lembut kali ini. "Apa
ya menatap api unggun. "Pernah,
tanya Elga
Carolina. "Aku membeli b
nggal di desa sa
pahit. "Aku lebih s
ndingkan dengan kehidupan di desa yang ramai dan penuh hiruk pikuk. Na
ah kata pun. Elgar merasa sedikit kecewa, namun ia tidak menyerah. Ia akan terus
eluruh penghuni sejak kepulangan jenderal kerajaan dan para prajuritnya.
mun tak ada tanda-tanda keberadaan sang pangeran. Raja meme
rajuritnya segera pergi untuk mencari Elgar di selur
ng pria dengan pengalaman tempur yang luas, memimpin dari garis depan
ukan sang pangeran, nyawanya
elap," tegasnya pada para prajuritnya. "Ingat, setiap sudut
anda-tanda keberadaan Elgar. Pasukan mulai ke
yang deras, dan gua-gua misterius, namun tak ada
al, suaranya berat. "Namun, belum ada tanda-tanda Pangeran Elgar." Ia menat
k saat ini, istirahatlah. Kita membutuhkan tenaga
ah yang keras, berusaha mengusir rasa lelah dan dingin malam. Di ba
dahal tadi, setelah Carolina selesai mengobatinya ia memerintahkan
m kedua mata Elgar masih membuka l
ola-pola menarik di dinding kayu. Pikirannya melayang
ya yang membuat susah tidur adalah karena Elgar me
Carolina mengintip masuk, membawa semangkuk
g pelan. "Aku t
eh di meja kecil di samping tempat tidu
l cangkir teh itu dan meminumnya p
kan banyak hal," setelah sedikit berbincang dengan Elgar, ia
hanya menggunakan kepalanya dan menatap punggung Ca
pahitnya sedikit menenangkan pikirannya
a hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Nasi
i, rasa kantuk mulai menyelimuti dirinya. Ia tertidur dala
si semua rintangan yang menanti. Masa depan tampak begitu tidak pas