embusan debu dan aroma darah. Bunyi bentrokan pedang dan jeritan kes
sudah terbiasa dengan medan perang. Namun, per
pernah mereka hadapi sebelumnya. Elgar mengayunkan pedangnya, mene
ahi dahinya. Luka terbuka di lengan kirinya teras
i rakyatnya, demi ker
kepada pasukannya.
semakin mendesak. Elgar berusaha sekuat tenaga untuk membuk
a kau, Pangeran
untuk mundur. Suara itu berasal dari pemimpin suku utara yang ingin
Elgar dengan jarak kurang lebih 3 meter sa
lam diam, seolah ia tidak mendengar apa-apa tadi. Hal itu membuat
epat ke arah Elgar tanpa bisa dihindari. Panah itu
gat khawatir dengan keadaannya. Namun, Elgar masih bisa menahan rasa sakit itu dan k
tidak bisa memimpin pasukannya lagi dan pada akhir
wan musuh yang mencoba menghalanginya. Walaupun pergerak
tepi hutan. Karena putus asa, akhirnya
hon yang mencakar kulitnya atau semak belukar yang mengg
ebuah sungai kecil. Ia menenggelamkan wajahnya
kejaran musuh. Namun, mereka semua terkejut dengan hila
dan jendral yang menjadi tangan ka
k panah yang tadi menancap di perutnya saja belum tercabut membua
gkah kaki mendekat. Ia langsung waspada dan berusaha men
anjang terurai bebas, matanya yang besar berbinar, dan kulitnya
a berwarna putih, dan di tangannya
mun akibat lukanya yang semakin parah membuat kesadarannya s
at gadis yang bernama Carolina penasaran. Setelah mengumpulkan kebe
dengan kedua tangan karena terkejut, dan membuat
a ada seorang pria yang tergeletak di balik semak
, darah merah yang belum mengering di setiap lukanya dan yang le
p intens ke arah pria yang tergeletak tak sadarkan diri di hadapannya. Pikir
anya, kini dihadapkan pada situasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pria asing itu, deng
ejadian tragis yang merenggut kedua orang tuanya membuatnya mena
rasa sakit yang mungkin kembali menimpanya. Namun, mel
gan sifat antisosialnya. Di satu sisi, ia ingin menolong, tetapi di sisi-sisi lain,
, sebentar lagi malam akan tiba" gumamnya
iksa luka di lengan dan perut pria itu yang masih tertancap panah, kemudian dengan ragu-r
nya kerepotan. Berkali-kali ia hampir terjatuh, namun ia tetap berusaha. Akhirny
r satunya lagi merupakan kamar mendiang orang tuanya. Dengan hati-hati, Carolina me
lina menghela napas panjang. Ia menatap wajah pria itu yang
uka parah seperti ini? Dan mengapa ia har
emperhatikan pakaian yang dikenakan pria itu
an bangsawan atau memiliki status sosial yang tinggi. Namun, mengapa ia berada d
tarik untuk mengetahui lebih banyak tentang pria misterius ini. Namun, ia juga me