ahun ya
, Bima duduk terdiam, tenggelam dalam pikirannya. Pekerjaan sudah selesai, tapi pikiran Bima masih penuh d
s. Hanya perasaan tidak cocok dan ketidakmampuan untu
cengang. Maria. Sudah setahun lebih ia tidak mendengar kabar darinya. Sat
ur aduk, Bima menjawab pa
berbeda dari suara Maria yang dulu ia ke
p kencang. "Ada apa?
is yang tertahan. "Aku ... aku nggak tahu harus
da sesuatu yang sangat salah. "
ma. Aku benar-benar nggak bisa
Merawat siapa?
nak kita
m, mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. Anak kita? Sejak kap
ra rendah, penuh kebingungan. "Kamu nggak perna
n. "Aku tahu ini salahku. Aku seharusnya bilang dari awal. Tapi aku takut. Waktu itu, s
atu. "Jadi, kamu memutuskan untuk merahasiakan ini dariku?
i. Tapi aku nggak bisa, Bima. Hidupku berantakan. Aku kehi
lalak kaget. "Kamu meninggalkan anak kita di panti
Bima. Aku benar-benar nggak punya pilihan. Aku nggak m
da kemarahan, kesedihan, dan rasa bersalah. Maria, wanita yang pernah dicintainya, ternyata menyembunyikan hal sebesar ini
hannya?" Bima bert
u aku salah. Aku tahu ini bukan cara yang benar. Tapi aku nggak bisa me
g, menahan amarahnya. "Ak
eraih jaketnya. Dia tidak peduli bahwa hujan turun semakin deras di lu
-
s, pikirannya terus berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Bagaimana mungkin ia punya anak
nan tua namun terawat, dengan halaman kecil di depannya. Meski suasana di luar suram karena hujan
orang wanita paruh baya dengan senyum ramah membukak
lkan keberanian. "Saya Bima. Saya da
enali nama tersebut. "Oh, Raka. Baik, Pak. Sil
emudian, seorang pengasuh muda muncul sambil menggendong bayi laki-laki kecil. Bayi itu mungil, den
h itu dengan lembut, men
epannya adalah darah dagingnya sendiri. Meskipun ia belum pernah melihat Raka, ada sesuatu tersi
anya siapa pria ini. Bima merasakan emosi membanjiri dirinya. Perlahan, ia
Bima, suaranya berg
mencoba mengenali sosok yang baru ia temui ini. Meskipun masih terlalu ke
ak yang manis. Tidak pernah ban
air matanya. "Terima kasih. Teri
melakukan tugas kami. Kami senang jika
-
enuhi dengan harapan dan kekhawatiran yang bercampur aduk. Bayi itu tertidur dalam pelukannya, dengan napas pelan dan te
. Tempat yang dulu hanya dihuni oleh kesendiriannya, kini akan menjadi r
menatap wajah mungil anak itu dengan penuh rasa sayang. "Aku nggak
l ia sendiri masih merasa terkejut dengan kenyataan ini. Namun, di balik semua itu, ada tekad yang tumbuh dalam dirinya. Raka adalah tanggung jawabnya.
dup Bima telah b
ambu