img Dinodai Calon Kakak Ipar  /  Bab 5 Tamu Tak Diundang | 14.71%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Tamu Tak Diundang

Jumlah Kata:1122    |    Dirilis Pada: 05/09/2025

ok bisa pulang uja

Bukannya menjawab, aku justru berlari memeluknya. Tak kupedulikan apa yang

ah. Ayo m

lakan shower air hangat. Seperti anak kec

sih? Kan bisa neduh dulu di mana gitu," omelnya sambil

terus diam membisu menatap pantu

nata sibuk mengeringkan rambut dengan hairdryer di tangannya, tentu saja samb

Dia komentarin baju ka

ke atas sofa dan kupeluk erat-erat. Lidah

mau memaksaku bercerita. Sosoknya menghilang setelah menerima pa

ue udah pesen soto

anan juga. Dia terbiasa hidup sebatang kara sejak masih remaja.

uahnya. Enak, Ra. Sambeln

ng masih menguarkan ua

ulutnya

epan kami. Sebuah acara reality show yang mengundang tawa, sama sekali

sih? Lo cekco

ggeleng

akin perut lo juga lapar. Selain bubur ay

i aku me

ta berantakan, tetep harus makan. Allah marah loh kala

aian kurang bahan itu. Apa katanya? Dosa? Bah

ol bahuku, melahap makanan berkuah itu ke mulu

has dosa, ya?" Tawa renyah menggema. "Abisnya lo k

Setidaknya itu bisa mengalihkan perhatianku da

en malam ini. Kayaknya gue pulang pagi, deh." Renata menga

h sambil mengamati gadis yan

dua jam. Makin gila

setiap malamnya, sering merasa pinggangku hampir patah. Benar yang dia katakan

kami tanggung. Meskipun Madame Erina selalu membuat peraturan yang ketat terkait

merah delima mewarnai sepasang bibir tipisnya, senada dengan stiletto yang dipakainya.

ue udah bilang ke Madame kalau lo lagi nggak enak badan, amb

putih yang menutupi kaki jenjangku. Nam

adame. As soon as possible gue bakal l

ku sambil men

Y

lien malam ini,

ata. Namun, itu hanya terlihat dua detik s

Toh, uangnya buat gue sendiri, bukan buat elo. Gue tuh lagi pengen beli tas yan

i hal itu, jelas dia berkali-kali menyentuh hidungnya dengan jari. Itu

ya. Kalau udah ngantuk, tidur di kamar. Jangan di sini. Pokok

rak jauh saat tubuhnya hampir menghilang tertelan pintu. A

esar. Meski kami tidak memiliki pertalian darah, dia benar

nyerang. Entah berapa lama aku terlelap, sampai ketukan pintu menge

yang kupakai. Mataku terasa berat dan sedikit memanas. Sepertiny

dari lubang kecil di tengah pintu. Tampak sosok Madame Erina berdiri di sana.

Madame here. Ca

uan, aku bergerak menarik handle pi

kay?" ulangnya s

pannya. Namun, aku terperanjat saat menyadari kalau Madame Erina t

e

sekat di tenggorokan. Rasa sesak memenuhi dada

dip. Cambang tipis yang kemarin menghiasi dagunya, sekarang bersih tak bersisa. Pria i

ungkan kami bertiga. Aku sama sekali tidak ingin melihat wajahnya. Makhluk

seperti semula. Tidak peduli raut keheranan di wajah Mada

ER

r

mbuat tubuhku yang lemas terhempas. Kepalaku terantuk sesuatu. Samar-samar kudeng

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY