img Dinodai Calon Kakak Ipar  /  Bab 4 Terusir | 11.76%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Terusir

Jumlah Kata:1209    |    Dirilis Pada: 22/02/2025

memberikannya padaku. Aku menunduk, berterima kasih sambil menundukkan kepala. Sa

p Mama Nia yang langsung menggenggam tanganku. Kebetu

n dengan Dika, wanita paruh baya itu memang memintaku memangg

au pergi jauh. Bisa-bisanya ban bocor tapi n

erah marun itu tak menjawab,

ah,

i gubuk reyot gini. Tahu gitu mending pergi besok aja. Kasian Sera sa

hat Papa Aldi dan Dika menatap ke arahku dengan ekspresi kha

k apa-apa

ke rumah saudara jauh Dika membuatku drop dan harus dirawat di rum

ung Dika. Kupikir itulah yang menjadi penyebab Mama Nia seringkali bersika

sama juga tertuju

ng ke sini buat batalin pernikahan anak kita.

kepala dalam-dalam, sama sekali tidak

imana ya? Saya n

ibu. Apa yang udah dia l

a menunjukkan gurat tidak suka seperti saat menegur Adrian dulu. Sekali suka pada se

rikan tatapan tidak mengerti yang justru semak

Bapak itu yang udah main gila sama ana

epalan tanganku di atas paha. Bahuku berguncang, me

mu. Nggak usah nangis, toh ka

enuturan Mama Nia barusan. Suka sama suka? Apa

anak baik-baik. N

k tinggi. "Tolong jangan sembaranga

kekecewaan terdengar jelas. Amplop coklat dibanting

ntas. Meski sepekan telah berlalu, aku belum bisa lupa saat Adrian m

dengan Adrian. Tubuh bagian bawah kami berdua tertutup selimut, tapi mereka jelas menilaik

sa menjelaskan apa pun. Dadak

ali untuk menyangkal prasangka yang kini memenuhi kepalanya.

aku nggak g

l

k sudi mendengar penjelasan yang susah payah ingin kuucapkan. Bahkan sebuah tamparan menda

benar kecewa. Saya pikir Sera gadis yang paling cocok buat anak s

." Aku mendekat ke arah Mama Nia dan Papa Al

atapku dengan penuh kebencian. "Mulai sekarang, kita nggak a

pan Dika! Sampai mati pun say

iba. Ayah masuk ke kamar dan tidak pernah keluar setelahnya. Ibu

di buah bibir semua tetangga. Mereka menatapku dengan jijik seolah a

wanita berjilbab lebar menunjuk tulisan di lantai masjid sambil menatapku tajam. "Batas

h mau bicara setelah kejadian itu. Dia satu-satunya yang tidak menghakimiku, bahkan

kamu itu memang nggak pantas masuk masjid. Hil

g yang mulai berkerumun di selasar masjid. Tanganku gemetar, me

lakuan naudzubillah. Pura-pura mau nikah sama

ner. Ngga

tadi tertahan. Dadaku terasa sesak, penuh

an. Sera ini cuma korban. Dia dipaksa s

at. Kalau polos jangan kebangetan, Sa. Nan

ahan tangannya dan menggeleng lemah. Dia cepat-cepat memb

Ayah dan ibu sama sekali tidak pernah mau kuajak bicara. Dua kakakku juga menyalahkan

n pergi dari r

i anak sulung di keluarga ini, dia mengambil ke

as

alau kamu masih tinggal di sini, warga

ata-kata. Hanya air mata yang m

barang-barang yang sekiranya kam

h menolak keberadaanku, bahkan keluargaku sendiri yang harusnya mengayomi, justru membua

embalikan kesadaran yang sempat tersita kenangan masa

pedulikan panggilannya yang terus menggema. Hubungan kami sudah ber

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY