masih sedikit gemetar setelah pertemuannya dengan Fabian, dan itu membuatnya kesal. Sehar
i t
-mengacaukan pikirannya, memancing emosinya, membuatny
ng kini menjadi kantornya. Ini adalah awal baru, ia meyakinkan dirinya.
hancur begitu pin
ngucapkan se
di sana, berdiri Fabian dengan sika
nyanya tajam, tak menyem
ah yang terpancar jelas di wajahnya. "Aku hanya
ucutkan bibirnya.
s Fabian. "Karena sekarang, kit
ngus. "Dan aku s
bian menyeringai. "K
andra seket
Tidak m
hampir berbisi
akan bekerja langsung di bawah komando timku.
lak amarah dan frustasi yang membakar dadanya. Ini pasti
ian terkekeh pelan. "K
geram, berusaha mengendalikan emosinya. "A
sinya penuh kemenangan. "Sayan
Fabian tidak terganggu sedikit pun. Sebali
uju pintu, tapi sebelum keluar, dia berhenti dan menoleh. "Oh, dan satu la
. Ia hanya berdiri kaku,
dari satu hal: takdir tidak p
tara dirinya dan Fab