eperti lonceng yang menandakan bahaya yang semakin dekat. Keputusan yang baru saja diambil oleh takdir-atau mungkin lebih tepatnya
ki sulit diakui-rasa takut. Takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya, takut pada kenyataan b
, ia mencoba memusatkan perhatian pada pekerjaannya. Ini adalah pekerjaan yang telah ia impikan, pekerjaan yang akan membawanya kelua
u dia kenal... semuanya kembali mengingatkan Alessandra pada luka yang belu
Hanya deretan tugas yang menunggu untuk diselesaikan. Ia mencoba untuk menekan ingatannya, tapi bayangan Fabian muncul kembali-seny
ssandra pada dirinya sendiri. "Ini bukan
ng lebih sulit daripada berdiri di depan pria it
ukan hanya karena dia adalah atasan barunya. Ada sesuatu yang lebih dalam yang ia rasakan, sesuatu yang membuat jantungnya b
sini?" gumam Alessandra
dengan Fabian. Selama bertahun-tahun, ia telah membangun dinding kokoh untuk melindungi
nya, dengan penuh tekad, ia menekan tom
terlalu keras, namun cukup untuk menarik per
dengan langkah cepat, matan
baru," kata Alessandra, berusaha untuk tetap terde
unduk, membuka dokumen yan
harus diselesaikan. Namun, pikirannya tetap tidak bisa lepas dari Fabian. Apa yang sebena
an napas, berharap itu bukan Fabian yang datang untuk mengganggunya. Setiap pertemuan dengann
gkap. Entah itu dalam pikirannya sendiri, atau mungkin dalam cara Fabian memandang
ama perjalanan, pikirannya terus terfokus pada Fabian. Mengapa dia begitu ing
sofa. Tubuhnya terasa letih, tetapi pikirannya tetap tidak bisa b
n yang tidak
terlelap, bayangan Fabian kembali datang. Senyum sinisnya, kata-katanya yang t
ah dia suka atau tidak. Dan yang lebih penting, dia harus menyiapkan dirinya untuk kemung
ah-olah dia sedang menghadap ujian besar. Meskipun malam sebelumnya dia berusaha untuk tidak
mu Fabian di kantor? Apa yang harus ia katakan
terasa lebih berat daripada yang sebelumnya. Ia tahu hari ini akan menjadi titik balik-tempat di mana dia harus membuat pilihan bes
uangannya terbuka lagi, dan seperti
Fabian bertanya, suaranya
am. Dia tahu satu hal pasti-pe