ma yang sama-campuran aspal basah, alkohol, dan dosa yang mengendap di sudut-sudut kota yang tak pernah tidur. Ia berdiri di baw
terlalu akrab di telinganya. Rambut cokelat keemasannya menjuntai, bergelombang sempurna seperti yang diinginkan para pr
di antara meja-meja yang dipenuhi pria-pria berjas mahal dan wanita-wanita dengan senyum penuh tipuan. Lili
than, pemilik tempat ini-pria paruh baya dengan wajah kasar dan mata t
nyum kecil. "Aku t
endek. "Kita semua
gung itu bukan sekadar tempatnya menari atau menghibur pria-pria yang kehausan akan perhatian. Itu adalah panggu
hal, dasinya sedikit longgar, dan gelas whisky di tangannya berembun. Sorot matanya tajam, tapi ad
g datang bukan hanya untuk mencari hiburan sesaat
rahnya. Inilah saatnya. Lilith tersenyum
ru saja