kita menerima, berupa barang apa pun itu dari lelaki yang bukan mahram, hukumnya tidak boleh-yang b
er aatu isi hadiah tersebut pun seketika t
a. Lalu melirik kedua temannya yang seperti kebingungan, Arutala da
karena melihat raut wajah Arutala dan Qisya
ri ustadzah andalannya. sebobrok-bobroknya Zakia, jikalau tentang ilmu agama ia lebih tahu dan men
lalu mengangguk menyetujui permintaan Syaqillah. Ia
ah di sini, tidak papa kalau kita menerima barang dari laki-laki bukan mahram, itu pun jika pemberinya berniat untuk shodaqah maka hukumnya mubah ya. Tetapi tidak baik bagi kita menerima barang dari laki-laki ya
mengerti?" tanya Syaqilla
u sama lain, lalu menga
il? Mau dibalikin juga orangnya
kali kita balikin aja kalau kita ke kampus lagi. Tapi jangan kita pake dulu, kita harus n
tadi mere
menyelesaikan ucapannya, Syaqillah menyelanya, "Apalagi ini pemberian dari laki-laki, aku tidak suka, dan
lu kalau gitu," ucap Qisya semba
ik sekilas ke dalam boks seperti ada sesuatu y
s di dalamnya, sepertinya surat untuk kit
g dari mereka mendap
kesukaan mereka. Qisya mendapat surat dengan pena warna hijau, Syaqillah warna bir
hirrahmaa
m warahmatulla
mengagumi sosok yang sedang membaca goresan tinta ini. Kaulah arindama hatimu, diriku takkan membiarkan manusia manapun mengotorimu. Aku akan
la
, Arutala, Zakia, Syaqillah d
Arutala dengan raut wajah yang ta
dang selfie bersama tiga temannya. Terlebih lagi ia melihat nama yang sama