img SENANDUNG KEMATIAN  /  Bab 3 Instan | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Instan

Jumlah Kata:1493    |    Dirilis Pada: 30/04/2025

gatakan apa pun, ia hanya meminta sang ibu untuk menjemputnya

as menjemput Nabila. Perjalanan itu cukup lama. Ia bergerak gel

ita itu langsung memeluk Nabila erat. Setelah bertanya untuk kesekian kali, p

dikatakan oleh Bu Mir

ika ini masih awal dar

*

eberapa teman sekantornya mengundurkan diri, sebagiann

untuk memakai baju merah itu. Ia terlalu mempercay

aktu. Ia sudah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

anya. Wanita paruh baya it

urnya dengan tatapan memohon kepada Marni. Sang

kalau kamu mau be

ak

u kaget. Suami Marni dengan wajah memerah sebab mar

rhenti kerja di sana, paham?!"

rhenti?" Marni hanya diam memperha

yar utang!" Marni mengernyit samar. Ia bertanya-ta

ihkan tatapannya ke arah sang suami. Wirno gugup dan mencoba meng

agi?!" Tebakannya m

itu meraih vas kaca yang berada di atas meja rias Nabila, kemudian menghantamkann

erintahnya lalu pergi dari sana. Nabila menatap Marni den

alnya. Bapakmu juga butuh uang sekarang. Jadi, ibu mau kamu tetap bekerja di sana," jelasnya seraya memberikan senyu

lagi. Nabila menepis tangan Marni, lalu ia berkata dengan lant

sang anak. Nabila yang mendapatkan hal itu, membentak Mar

n keluar dari apartemen. Ia menggedor kuat pintu apa

ma padaku?!" Marni tetap berteriak. Suaranya itu membuat tet

ni terkejut sebab darah di kening wanita itu. Saat tangannya terulur

ng dan meremehkan. Wanita paruh baya itu menyebut Mira sebagai wanita ya

l pusing akan ucapan tetangganya itu. Telinganya sea

elah memastikan Marni tidak berkoar lagi. Ia kembali masuk ke dalam apart

idak berhasil. Wanita itu mengira, Mira akan menamparnya atau bahkan berkata kas

a dihentikan oleh pak satpam. Wanita itu mendesis. Sebelum pergi da

nya. Mengumpat kasar atas karma yang diucapkan Mi

a. Ia khawatir akan keadaan sang anak yang semakin hari semakin memburuk.

Seakan-akan memiliki teman bermain. Di saat wanita itu mengh

ok sang dokter akan ke apartemen ini untuk memerik

*

di kala itu. Wirno berjalan sempoyongan. Ia me

orang berjubah hitam berada di hadapannya.

n. Wirno mendekati sosok itu. Saat sudah berjarak satu me

a mundur beberapa langkah dengan mata membelalak

tir ia membalikkan badan dan berlari menjauhi lorong. Napasnya

kaki, dengan parang yang beradu di besi pegangan tangga.

-batuk dan mencengkram kuat area dadanya. Pria itu mencoba bangkit, te

kaki itu. Namun, usahanya sia-sia. Sang e

cam akan merobek mulutnya jika dia tak berhenti berter

resan entah akan mendarat di mana. Mungkin saja b

kuatan pada lengan kanannya saat memberikan luka di ba

erak gelisah disertai wajah yang memerah. Semakin lukanya ditekan, gigitan pada j

ek

ah kering pada bahu dan beberapa memar di wajah mampu membuat sang

ukkannya di sofa ruang tamu. Wanita itu sesegera mung

. Ia terdiam saat sang suami menyalahkannya atas apa yang

atinya seakan beku di saat ia diminta untuk tetap bekerja. Tepat set

ai taqa kecil, kemudian pergi dari sana. Wanita itu membeku dengan tanga

tatapan ke arah suara itu. Ia berdecak sebal saat pikira

erdengar semakin keras. Wajahnya memucat seketika saat

no. Saat salah satu dari mereka berhasil mene

ngan keringat dingin. Nabila yang mendengar keributan d

ud. Salah satu pria bertubuh kekar itu, melihat ke arah

a sambil menunjuk ke arah Nabila. Wanita itu menelan ludah

inkan Marni. Sang anak hanya menggoyangkan lengan wanita itu

askan dendam itu, ia harus menjual anaknya. Lagipula, bukan hanya hutang sng

jukan satu syarat yang membuat Nabila terkejut. j

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY