img SENANDUNG KEMATIAN  /  Bab 5 Penyiksaan | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Penyiksaan

Jumlah Kata:1494    |    Dirilis Pada: 30/04/2025

badan. Tak ada siapa

nya melirik ke kanan dan kiri tetapi tak juga menemukan

sama mata yang menulusuri setiap sudut ruangan. Ked

menghalau dugaanya. Saat kakinya mulai melangkah lagi dan tatapa

aja pegangan pada lengan tangga mengendur. Marni syo

danya. Sesekali ia menelan ludah gugup. Mata itu terpejam de

ntu di siang bolong. Enggak!

u itu. Marni tak mungkin melihat wajah yang penuh dengan luka bakar,

dan menghela napas kuat. Marni ter

elihatnya. Buktinya saat aku memb

tnya tadi. Ia masih menyangkal perihal hal itu

uhkan dengan tampang Wirno yang kalut

gar suara sang istri, lantas mengalihkan pandangan

daru sang suami. Saat Wirno mencoba memegang

sekali lagi. Wirno yang men

n kesal. Sang istri yang mendengar itu tertawa. Ia bahk

ereda dan digantikan dengan wajah d

ak mungkin kuberikan pada Mas!" Dengan tegas Marni

empunya meringis kesakitan. Tak lama adu m

b takut akan suara keras itu. Tak berselang lama, Marni datang d

udang. Wanita itu sesegara mungkin menarik erat k

a. Perlawanan Aluna bahkan tak berarti a

eluarkan kepalanya dari dalam air. Ia me

um sempat pergi dari kamar mandi, Marni terpeleset ke depan

hwa ia telah didorong. Namun, siapa yang

angis sambil memeluk erat bonekanya. Hanya m

a ia terjungkal kembali ke lantai. Aluna yang melihat

aihnya kemudian dipukulkannya pada Aluna. Satu lebam

i menoleh cepat dan melihat cemas sekita

an. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. I

ra pendengarannya. Ia refkels memukul area telinga. Suara erangan M

h pucar pasi, ia keluar dari kamar mandi meninggalkan Aluna yang m

*

akhirnya menyerah. Ia berdiri sembari menunduk. Tanga

u diringi dengan suara kesakitan. Wanita itu memegan sebelah telinganya y

wajahnya lalu berjalan pelan. Langkahnya terhenti sa

untuk masuk, tetapi ini demi mrnemukan sang anak. Semua tempat yang dikunjungi Marni

setiap sudut ruangan. Ia kemudian mengecek satu p

di. Suara helaan napas berat seseorang terdengar da

u berakhir sia-sia. Tanpa mempedulikan darah pada telapak tanganya, Mira

tu terbuka. Mira menghampiri Aluna yang

rtai air mata yang tak hentinya mengalir. Tangannya yang

ni. Ia tergesa-gesa membawa sang anak ke rumah sakit.

demi mengurangi trauma karena penyekapan itu. Mira semakin bersalah sa

Aluna yang tengah duduk di sisi brankar. Wanita itu me

etap berusaha tidak berbicara kasar ataupun membentak di depan anaknya itu. Salah satu cara untuk men

ur mencoba menyentuh Aluna. Namun, ia sedikit terkejut saat Aluna membuka suara.

knya bersebandung. Takut, jika nekat menghentikan Aluna, gadi

endengarkan senandung itu. Ia tersentak kaget dan lang

Bau obat di ruangan itu perlahan berubah mrnjadi ba

t ruangan. Hanya ada ia dan Aluna yang swdang bersenandung.

beraturan. Dari pantulan jendela ruang inap, makhluk d

itu mengusap kasar dan pelan area leher. Tak lama senyum lebar diberikannya. Makhl

bisiknya setelah men

*

ara yang lumayan bising. Seorang dokter men

pertanyaan itu perlahan bangkit dari brankar rumah sakit. Wanita i

a, Dok. Bagaimana k

ktu-waktu piasen mengalami serangan lagi," ucap dokter itu k

an makhluk itu. Mira mendekap kuat telapak tangannya d

a bisa melihat mereka. Namun, karena orang tuanya khawatir terhadap dirinya yang selalu keta

asa melihat rupa berbagai jenis makhluk tak kasat mata, membuatnya berke

tuyul kecil yang mengencingi kuah itu. Mira menelan ludah, lalu dengan terbur

ira beranjak guna mendekati sang anak. Diusapnya kening

ebaik mungkin demi putrinya. Dada Mira terasa sesak saat menemukan Aluna menggigil

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY