badan. Tak ada siapa
nya melirik ke kanan dan kiri tetapi tak juga menemukan
sama mata yang menulusuri setiap sudut ruangan. Ked
menghalau dugaanya. Saat kakinya mulai melangkah lagi dan tatapa
aja pegangan pada lengan tangga mengendur. Marni syo
danya. Sesekali ia menelan ludah gugup. Mata itu terpejam de
ntu di siang bolong. Enggak!
u itu. Marni tak mungkin melihat wajah yang penuh dengan luka bakar,
dan menghela napas kuat. Marni ter
elihatnya. Buktinya saat aku memb
tnya tadi. Ia masih menyangkal perihal hal itu
uhkan dengan tampang Wirno yang kalut
gar suara sang istri, lantas mengalihkan pandangan
daru sang suami. Saat Wirno mencoba memegang
sekali lagi. Wirno yang men
n kesal. Sang istri yang mendengar itu tertawa. Ia bahk
ereda dan digantikan dengan wajah d
ak mungkin kuberikan pada Mas!" Dengan tegas Marni
empunya meringis kesakitan. Tak lama adu m
b takut akan suara keras itu. Tak berselang lama, Marni datang d
udang. Wanita itu sesegara mungkin menarik erat k
a. Perlawanan Aluna bahkan tak berarti a
eluarkan kepalanya dari dalam air. Ia meum sempat pergi dari kamar mandi, Marni terpeleset ke depan
hwa ia telah didorong. Namun, siapa yang
angis sambil memeluk erat bonekanya. Hanya m
a ia terjungkal kembali ke lantai. Aluna yang melihat
aihnya kemudian dipukulkannya pada Aluna. Satu lebam
i menoleh cepat dan melihat cemas sekita
an. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. Ira pendengarannya. Ia refkels memukul area telinga. Suara erangan M
h pucar pasi, ia keluar dari kamar mandi meninggalkan Aluna yang m
*
akhirnya menyerah. Ia berdiri sembari menunduk. Tanga
u diringi dengan suara kesakitan. Wanita itu memegan sebelah telinganya y
wajahnya lalu berjalan pelan. Langkahnya terhenti sa
untuk masuk, tetapi ini demi mrnemukan sang anak. Semua tempat yang dikunjungi Marni
setiap sudut ruangan. Ia kemudian mengecek satu p
di. Suara helaan napas berat seseorang terdengar da
u berakhir sia-sia. Tanpa mempedulikan darah pada telapak tanganya, Mira
tu terbuka. Mira menghampiri Aluna yang
rtai air mata yang tak hentinya mengalir. Tangannya yang
ni. Ia tergesa-gesa membawa sang anak ke rumah sakit.demi mengurangi trauma karena penyekapan itu. Mira semakin bersalah sa
Aluna yang tengah duduk di sisi brankar. Wanita itu me
etap berusaha tidak berbicara kasar ataupun membentak di depan anaknya itu. Salah satu cara untuk men
ur mencoba menyentuh Aluna. Namun, ia sedikit terkejut saat Aluna membuka suara.
knya bersebandung. Takut, jika nekat menghentikan Aluna, gadi
endengarkan senandung itu. Ia tersentak kaget dan lang
Bau obat di ruangan itu perlahan berubah mrnjadi ba
t ruangan. Hanya ada ia dan Aluna yang swdang bersenandung.
beraturan. Dari pantulan jendela ruang inap, makhluk d
itu mengusap kasar dan pelan area leher. Tak lama senyum lebar diberikannya. Makhl
bisiknya setelah men
*
ara yang lumayan bising. Seorang dokter men
pertanyaan itu perlahan bangkit dari brankar rumah sakit. Wanita i
a, Dok. Bagaimana k
ktu-waktu piasen mengalami serangan lagi," ucap dokter itu k
an makhluk itu. Mira mendekap kuat telapak tangannya d
a bisa melihat mereka. Namun, karena orang tuanya khawatir terhadap dirinya yang selalu keta
asa melihat rupa berbagai jenis makhluk tak kasat mata, membuatnya berke
tuyul kecil yang mengencingi kuah itu. Mira menelan ludah, lalu dengan terbur
ira beranjak guna mendekati sang anak. Diusapnya kening
ebaik mungkin demi putrinya. Dada Mira terasa sesak saat menemukan Aluna menggigil