sejumlah uang padaku setiap bulannya," ujarnya lantang.
erlunasi apa itu tidak
dah. Tidak mungkin harganya setara dengan hutang suamiku." Hati
u catatan. Marni menolak dan menawarkan agar uang yang diteriman
rti itu, tidk mungkin hanya melayani satu orang dalam sehari, 'kan?" Marni berjalan santai dan menatap tajam pria yang di hadapannya.
g ibu. Saat ia membuka mulut untuk membela diri
dibawa menjauh dari rumah. Nabila hanya mampu mencoba melep
apartemen. Wirno tersenyum senang sebab hutangnya lunas dan ia t
club, ia sudah yakin bahwa wan
*
dang menerangkan apa yang diderita oleh anaknya, Aluna. Dokter itu membe
kter itu berpamitan. Ia menawarkan diri
us obat anaknya. Sebelum pergi, Wanita itu menatap Al
giyakan hal itu. Mereka akhirnya berdampi
pai di parkiran. Dokter Fakul meminta agar Mira selalu mengh
e opotek cukup memakan waktu. Mira menghela napas gusar saar me
anita itu membayar obat sambil memukul lelah bahu dan merenggangkan kaki
epat langkah sebab khawatir kepada Aluna. Wanita itu tak me
ki mendekatinya. Ia segera bangkit kemudian memeluk erat o
u mengincar dirinya. Satu tembakan diarahkan pada kaki
tersungkur ke tanah. Meringis sakit dis
ngin yang mengalir di kening. Wajahnya pucat
stolnya. Decakan kecil terdengar dari pelaku penembakan Mi
Ia meraih balok kayu yang berada tak jauh darinya, lalu memukul tangan orang itu. Darah se
enggamnya erat kayu itu dan menyodorkannya ke depan guna melindungi
Aluna yang sendirian di apartemen.
u saat ini tertuju pada Aluna. Orang di hapadannya tak mungkin menyerang seoran
Ia diam membisu saat apartemen itu terasa sunyi. Mira lebih menyukai jika di
h. Mata itu mengabur dengan pandangan mencari Aluna. Mira tid
Ia menyeka keringat di wajah, kemudian menekan tombol handphone. Jariny
erderai. Wanita itu menyesal mening
jejak air mata lalu bernapas lega saat Dokter Fakul ya
eberang sana mencoba menelepon seorang polisi tetapi langsung dice
lisi, Bu," ujar Dokter Fakul mencoba m
Jika Dokter tak ingin membantu saya, tak masalah. Saya bisa s
n lutut. Tiba-tiba sebuah senandung terdengar di te
menegakkan punggung dan mengangkat kepalanya. I
sang pendengarannya sekali lagi. Namun,
gin meminta bantuan siapa lagi di tempat
*
ung. Ia melirik cemas ke kiri dan kanan demi memas
rasa sakitnya. Satu tarikan pada rambut legam Aluna membuat gadis itu keta
di gudang apartemennya. Ia yakin Mir
bekap mulut itu dengan plastik yang dikepalkan. Aluna tak mampu mel
n tawa kecil. Marni yang melihat itu mengangk
bertanya dengan menatap sinis Aluna, anak dari Mira. Ia tak habis pikir de
dari luar. Aluna yang tadinya duduk di pojok, berjalan dan langsung
uat Aluna mundur perlahan. Gadis itu berjongkok di depan pin
pening. Plastik yang tadinya membungkam mulut, terlepas sendiri.
membuatnya mengantuk. Perlahan kepala Aluna seakan melayang lalu j
ang penculikan sang anak seorang diri. Ia se
p di sana. Wanita itu mengerang frustrasi. Sudah berulang kali rekaman CCT
partemen. Ia tak sengaja bertemu Marni. Wanit
ketika Marni menanyakan hal itu. Ia membal
yang saya sekap?" Napas Mira tersengal-sengal sebab amarah. Ia mencoba m
tu yang membuat wanita itu tersentak. Perlahan tan
saya berhasil," ujarnya disertai taw
anita itu membisikkan sesuatu yang mampu membuat k
l putri saya, lalu bag
ika. Wajahnya pucat. Sesekali tangan wanita itu mengusap kasar
bagaimana keadaan anaknya itu sekarang. Ia pun tak tahu. Wanita ular
sekan damai saat melihat Mira menderita ketika Aluna hilan
terjatuh ke bawah jikalau tak