img SENANDUNG KEMATIAN  /  Bab 2 Takut | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Takut

Jumlah Kata:1503    |    Dirilis Pada: 30/04/2025

ng menyorot sinis. Mira yang melihatnya,

egala pikiran negatif tentang sang putri. Senyum itu

kan senyum canggung kepada sang anak. Ia berjongkok d

s menuntun lembut tangan Aluna agar masuk ke dalam apartemen. Gadis itu

gadis itu di atas sofa ruang tamu. Senyumnya kemudian

ntun Aluna agar duduk di atas meja rua

andphone yang tergeletak di lantai. Menekan satu p

rang pria menjawab di seberang sana. De

itu, pun diikuti oleh para tetangga yang berkumpul

garis polisi pintu apartemen itu. Sementara

alah satu polisi. Ia merasa tertekan saat polisi

ahu, polisi itu terlihat kesal hing

yang tadinya ricuh menjadi hening seketika. Pol

tang pembunuhan Pak Bondan." Dengan lirih ia b

g sebenarnya. Itu berarti Ibu Mira menjadi t

taan polisi itu. Ia kemudian denga

erada di kamar itu, saya tengah membuatkan kopi u

sti Ibu ingin menggoda Pak Bondan untuk mendapatkan sejumlah uang, 'kan? Aga

ebelum melayangkan tamparan kasar padanya. Semua orang tercengang.

pu untuk melawan para polisi itu. Pandangannya terali

untuk sang anak. Namun, para polisi itu tetap tak mau berbelas kasih sedikitpun. Ia dibawa pe

aya Aluna," pintanya sebelum diba

aan yang cukup memprihatinkan. Wanita itu masuk ke dalam apartemen, mele

mu." Marni perlahan memudarkan se

memberikan tatapan meremehkan pada gadi

*

ang menimpa Pak Bondan, Mira ditahan di sel pen

kepada orang yang tepat. Wanita itu tak tahu, apa yang dilakukan M

piring kosong yang ditemui. Makanan itu menjadi santapan makhluk k

orang polisi masuk dan membawanya ke luar dari sel. Matanya

*

u

yusahin, dong!" kesalnya, melampiaskan amara

cak pinggang. Wanita itu tak menyadari jika san

berbalik dengan senyum palsu. Ia merangkul lengan Mira dengan

yang bermuka dua. Ia pasrah saja di

p Marni yang tengah asyik bercerita. Wanita itu t

lan. Marni menghentikan ucapa

ya selaku ibunya, tidak bisa membiarkan hal yang sama te

gi. Jika anak Ibu diperlakukan seperti I

a lantas berdiri dengan t

putri Ibu. Lalu, apa saya bisa menerima perlakuan seperti itu p

. Saya pamit. Permisi," pamitnya setelah be

rtahan, terdengar di depan pintu apartemen. Setelah b

erobohannya menitipkan sang anak. Lelah dengan menangis, M

ntu apartemen. Suara wanita itu sedikit

ti gadis itu berada di balkon apartemen. Ia

luar sana, semakin pekat saja. Kesan mistis sanga

aran balkon. Ia memegang tengkuknya merasa tak e

n jauh. Tepat di kaki gunung, terdapat menara

putri tepukan halus di bahu. Bunyi perut ke

nan kesukaan kamu." Mira merangkul bahu Alu

*

di kegelapan malam. Setelah lembur, ia bar

nya sangat banyak. Maka dari itu, ia harus bers

mentari warna bajunya. Ia mendesis kemudian mend

tuk memakai baju merah ini. Wanita itu tering

ngnya mengernyit samar, mencoba mengingat akan hal itu. Namun, ia ber

melihat dan merasakannya langsung ia tak akan mempercayainya. Denga

sebagai penerangan. Matanya menatap takjub

rena terhipnotis atau atas rasa penasaran, ia menjatuhkan

a untuk ke suatu tempat. Suara langkahnya yang beradu

itu memiliki pagar dari besi. Nabila mendekati sumur. pada

. Pintu pagar sumur tiba-tiba terbuka lebar. Seorang

ka setelah melihat wajah sang nenek. Dari pencahayaan minim bulan pu

atuh di tanah. Dengan wajah menyeramkan penuh amarah, sang

nakannya untuk lepas dari nenek itu. Ia mengais-ngai

ke dalam sumur tua, wanita itu berpegang

itu. Ia berteriak dengan air m

iakannya. Dua orang penjaga mulai membantu Nabila

a dan masuk ke dalam sumur. Nabila berna

ninggalkan tempat itu. Nabila didudukkan di pos penj

nangis. Tak lama terdengar suar

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY