ng menyorot sinis. Mira yang melihatnya,
egala pikiran negatif tentang sang putri. Senyum itu
kan senyum canggung kepada sang anak. Ia berjongkok d
s menuntun lembut tangan Aluna agar masuk ke dalam apartemen. Gadis itu
gadis itu di atas sofa ruang tamu. Senyumnya kemudian
ntun Aluna agar duduk di atas meja rua
andphone yang tergeletak di lantai. Menekan satu p
rang pria menjawab di seberang sana. De
itu, pun diikuti oleh para tetangga yang berkumpul
garis polisi pintu apartemen itu. Sementara
alah satu polisi. Ia merasa tertekan saat polisi
ahu, polisi itu terlihat kesal hing
yang tadinya ricuh menjadi hening seketika. Pol
tang pembunuhan Pak Bondan." Dengan lirih ia b
g sebenarnya. Itu berarti Ibu Mira menjadi t
taan polisi itu. Ia kemudian denga
erada di kamar itu, saya tengah membuatkan kopi u
sti Ibu ingin menggoda Pak Bondan untuk mendapatkan sejumlah uang, 'kan? Aga
ebelum melayangkan tamparan kasar padanya. Semua orang tercengang.
pu untuk melawan para polisi itu. Pandangannya terali
untuk sang anak. Namun, para polisi itu tetap tak mau berbelas kasih sedikitpun. Ia dibawa pe
aya Aluna," pintanya sebelum diba
aan yang cukup memprihatinkan. Wanita itu masuk ke dalam apartemen, mele
mu." Marni perlahan memudarkan se
memberikan tatapan meremehkan pada gadi
*
ang menimpa Pak Bondan, Mira ditahan di sel pen
kepada orang yang tepat. Wanita itu tak tahu, apa yang dilakukan M
piring kosong yang ditemui. Makanan itu menjadi santapan makhluk k
orang polisi masuk dan membawanya ke luar dari sel. Matanya
*
u
yusahin, dong!" kesalnya, melampiaskan amara
cak pinggang. Wanita itu tak menyadari jika san
berbalik dengan senyum palsu. Ia merangkul lengan Mira dengan
yang bermuka dua. Ia pasrah saja di
p Marni yang tengah asyik bercerita. Wanita itu t
lan. Marni menghentikan ucapa
ya selaku ibunya, tidak bisa membiarkan hal yang sama te
gi. Jika anak Ibu diperlakukan seperti I
a lantas berdiri dengan t
putri Ibu. Lalu, apa saya bisa menerima perlakuan seperti itu p
. Saya pamit. Permisi," pamitnya setelah be
rtahan, terdengar di depan pintu apartemen. Setelah b
erobohannya menitipkan sang anak. Lelah dengan menangis, M
ntu apartemen. Suara wanita itu sedikitti gadis itu berada di balkon apartemen. Ia
luar sana, semakin pekat saja. Kesan mistis sanga
aran balkon. Ia memegang tengkuknya merasa tak e
n jauh. Tepat di kaki gunung, terdapat menara
putri tepukan halus di bahu. Bunyi perut ke
nan kesukaan kamu." Mira merangkul bahu Alu
*
di kegelapan malam. Setelah lembur, ia bar
nya sangat banyak. Maka dari itu, ia harus bers
mentari warna bajunya. Ia mendesis kemudian mend
tuk memakai baju merah ini. Wanita itu tering
ngnya mengernyit samar, mencoba mengingat akan hal itu. Namun, ia ber
melihat dan merasakannya langsung ia tak akan mempercayainya. Denga
sebagai penerangan. Matanya menatap takjub
rena terhipnotis atau atas rasa penasaran, ia menjatuhkan
a untuk ke suatu tempat. Suara langkahnya yang beradu
itu memiliki pagar dari besi. Nabila mendekati sumur. pada
. Pintu pagar sumur tiba-tiba terbuka lebar. Seorang
ka setelah melihat wajah sang nenek. Dari pencahayaan minim bulan pu
atuh di tanah. Dengan wajah menyeramkan penuh amarah, sang
nakannya untuk lepas dari nenek itu. Ia mengais-ngai
ke dalam sumur tua, wanita itu berpegang
itu. Ia berteriak dengan air m
iakannya. Dua orang penjaga mulai membantu Nabila
a dan masuk ke dalam sumur. Nabila berna
ninggalkan tempat itu. Nabila didudukkan di pos penj
nangis. Tak lama terdengar suar