at canggung ketika kepergok sedang mem
mau mandi dulu!" Cegah Bastian ket
aju ganti kamu, Mas?"
mengangguk, tanpa memi
a tidak rela, Dini mengambil pakaian suaminya apalagi disan
sakit jadi gak apa-apa, kalau Dini bantu pekerjaan kamu,
dalam lemari. dan menyiapkan semua pakaian termasuk barang pribadi Bastian tanpa canggu
membawa harapan untuk kesembuhannya, tetapi juga
*
tnya Nindy semakin parah, ia jad
tu Nindy untuk mandi dan m
kan dan segala kebutuhan Nindy. Dini juga memberikan jus at
asan kesehatannya, ia tidak boleh terlalu lama berada di ruangan lain. Bila Nindy ingin sesuatu, Dini yang mengambilkannya, sepertinya Dini tidak membiarkan N
tak jarang Dini selalu menemani Bastian makan . Sehingga interaksi keduanya hampir intens, Bastian mulai sering berbincang dengan Dini. Obrolan
ertawa, sesuatu yang jarang terjadi bel
tian dan Dini duduk di ruang tamu. Dini melet
anget gimana beratnya ngurusin orang sak
dang merasa nggak berdaya. Aku pengen Nindy sembuh, sehat seperti du
dah lakuin yang terbaik kok, berusaha mengobatinya, Nin
b. "Makasih, Din. Aku cuma... nggak tahu
as. Aku yakin Nindy bakal sembuh. Dan, Mas Bastian nggak sendirian. Aku di sini buat bant
a memijat, Din?" t
enak pijatanku, Mas
kan. Ia tahu seharusnya tidak ada apa-apa antara dirinya dan Dini, tetapi kehadira
at sama kamu. Kita lihat
nya, dengan sengaja tangan Dini mengusap lembut punggung Bastian. Kemudian tangannya mulai nakal ia pun mengusap dan m
duduk di atas kasurnya, Dini masuk kedalam
" Tanyanya sambil meletakk
- lama dikamar terus, bisa tambah stres nanti," ucap Nindy agak ke
tapi mandi
h sarapan aja, toh sebelum sholat subuh ta
Bastian?" Tanya D
wab Nindy
i dengan hanya memakai handuk saja, Dini
membalas s
a kerjanya dulu," ucap Dini sambi
ilkan kemeja war
elananya warna h
, bo
kemeja dari tangan Dini, yang tentu saja tangan mereka saling bersentuhan. Dini tersenyum, sambil memperhatik
ikan seperti itu oleh Dini, Bastian malah dengan sa
pan di meja makan aja, aku juga harus ba
e meja makan," ucap Dini sambil mengambi
dari kamar mandi, sudah leng
duk gitu mas, itu kan aurat," tegur Nindy, memberit
tadi ada Dini disini," sangga
egitu. Aku rasa Dini itu
Aku mau sarapan dulu, kamu masih
n di meja mak
yah?" ucap Bastian samb
pelan maka Bastian berinisi
i gendong, sih
kamu jalan pelan gini, Mas,
sih tercium di indra penciuman Nindy, Nindy menyandarkan kepalanya di dada bidang Bastian dan te
an, matanya menatap tajam ke arah Nindy dan
dukkan Nindy
nya buat Mas Bastian, ucap Dini lembut sambi
a, Din," balas Bast
as. Sam
i depan Bastian, sesekali matanya na
tetap tajam. Setiap kali Bastian dan Nindy berbicara, ada nada dalam suara mereka yang membuat hatinya tak nyaman. N
ambu