sebelum
ai marmer yang mengilap. Rumah dua lantai bergaya modern tropis itu berdiri megah di tengah kompleks sem
utnya klimis, dan sepatu kulit yang mengilap. Tania menyusul dari dapur dengan segel
merapikan kerah bajunya. "Kalau gak sibuk, mungkin aku ny
ya. "Iya, sekalian istirahat juga, Saya
l dari meja konsol, Ferdy s
Ricko kemana, ya? Udah lama
wab ringan, "Kayaknya pulang kampung ke L
erdy, lalu men
encium keningnya dengan lem
Kamu juga. Hati-ha
tu garasi. Tania berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan, memandangi sosok sua
sunyi. Tania berdiri di ambang pintu, matanya menatap kosong sesaat sebelum ia menut
beberapa bagian, dan senyum khas nakal yang membuat wajahnya makin berkarisma. Kulitnya sawo matang, rambut sedikit go
e Rumah," ucapnya ringa
rnya. "Astaga... Bang Ricko, jangan mangg
telah lama tertahan. Tania membalas pelukannya tanpa ragu, membenamkan wajahnya di dada Ricko,
s Ferdy nanyain, udah lama
... Gila, aku kangen ban
. Rasanya sempit banget seminggu ini, Mas Ferdy sibuk
menciumnya lembut di ubun-ubun. "Untun
ke Bandung. Anak-anak juga masih di rumah Mama
udah lama saling memahami. Ricko duduk di sofa, melepas sepatunya de
udah kayak anakmu sendiri. Mereka lebi
kalau kamu datang. Katanya kamu lebih lucu, lebih sabar... dan gak pelit. Nan
h. Aku sayang sama mereka
bit perutny
nya. Pandangan mereka bertemu, dan dalam keh
suara Ricko
b pelan, tanpa meng
gini terus. Aku makin sayang sama kamu, tiap
. Tapi sekarang kita punya pagi ini. Jadi...
lam pelukan, lebih
, terkadang aku suka berpikir pengen
nya sedikit mengern
tekanan. Gak ada kepura-puraan. Hanya kita bertiga... eh,
icko dalam-dalam. "Emang Abang udah
inta pasti akan membuat ki
ngen pergi jauh. Mulai semuanya dari awal. Tapi kamu tahu sendiri kan? Buk
Tania menggengg
sih nganggur. Kita mau makan dari mana? Mau kasi
u janji, aku bakal berubah. Aku bakal ke
ang bercampur antara rindu, sayang, dan k
ntuk saat ini... kita jalani a
Mereka berdiam lama dalam keheningan yang nyaman, sebelum
bunga segar berdiri anggun di tengah meja, diapit dua piring yang telah ditata rapi oleh Tania. Di atasnya, sepiring nasi go
yang baru saja memenangkan pertarungan paling manis dalam hidupnya. Tania menuangkan teh manis hang
asih remaja yang baru pacaran. Tania menyeka ujung bibir Ricko dengan
o sambil memandangi Tania yang duduk manis di hadapannya
, Bang... takut bahagia ini cuma sesaat.
di atas meja. "Kalau ini m
pi ada semburat sedih d
an hal-hal remeh: tentang Nazwa yang sudah bisa menyanyi lagu viral,
to anak-anak kepada Ricko. Dan Ricko memandangi gambar-gambar itu de
an nyata dari hidup m
b Tania tanpa ragu
i, memberi ruang bagi dua hati yang mencari perlindungan dalam pelukan terlarang-di m
ngkuannya, lalu berdiri di samping Ricko. Ia menyentuh pundakn
anya menyipit menggoda. "Wah, cepet ban
h, jangan sok-sokan. Lagian kamu ya
a iya, aku ngaku. Tapi... boleh gak hari ini aku ja
ak, lalu tertawa lepas
lam-dalam mata Tania. "Ada peluang usaha di luar kota. Temanku nawar
ragu dan percaya. Tapi lebih dari itu, ada harapan. Hara
" tanyan
ni besar, tapi aku janji, Tan... demi masa
nduk. Ia tahu, di balik janji itu mungkin masih ada kebohongan. Tapi
an jemari cekatan, ia membuka aplikasi mobile bank
Cek rek
hnya langsung berubah-kaget, kagum
h. Aku nggak akan s
ipis, lalu menata
alau kamu gagal lagi, bukan aku yang rugi. Tapi kamu yang kehilang
n di bawah kursi ruang tamu-satu-satunya benda yang membuatnya merasa masih punya tem
ia melesat menuju lorong samping dan masuk ke kamar mandi. Sunyi, sempit, dan bau sabun yang menusuk hi
menata raut wajah. Ia berjalan tenang menuju pin
*