img DIGILIR PREMAN (Istriku Dibawa Kabur)  /  Bab 4 Malam Kelam | 57.14%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Malam Kelam

Jumlah Kata:1605    |    Dirilis Pada: 08/05/2025

belakang berdesir lirih. Di antara temaram lampu taman dan aroma samar mel

bersilang santai, namun tatapan matanya kosong, menembus gelap. Ia merasa sepi, bu

ni ia isi dengan membaca Bakisah atau menonton film, tapi entah mengapa malam ini ada kegelisahan yang sulit di

berikan kehangatan dan kepuasan seperti biasa. Ia tahu Ricko sedang berjuang. Ia tahu lelaki itu butuh ruang. Tapi te

"selalu pergi saat yang dib

eman, dan terlalu perkasa untuk dilupakan begitu saja. Ada sesuatu yang liar dan jujur dalam sorot mata Nizar, sesuatu yang tak bisa ia

ik cepat, [Nizar, kok udah l

ma wanita-wanitanya, pikir Tania kesal. Lelaki seperti Nizar tak akan pernah kekurangan pela

ahu ada banyak nama yang bisa ia hubungi malam ini. Beberapa bahkan akan datang hanya dalam sat

ekadar istri orang. Bahwa di balik rumah mewah, anak-anak lucu

t. Bulan malam itu terlihat seperti sabit kecil yang

. Namun jika Ferdy tidak ada, mereka pun tahu batasan, Jam 7 mal

saja, dengan jaket lusuh, celana sobek di lutut, rambut acak-acakan, dan ekspresi marah yang

ntai kayu, pandangannya bersirobok dengan sosok yan

jut. Ia cepat-cepat membetulkan posisi duduk, mencoba merapikan helaian ram

ada detak jantung yang seolah terde

ara Tania nyari

napas. "Maaf, Bu Tania. Saya

Ibu- karena jika Tante, saat mem

epat. Lalu ia menunduk, menyemb

i sekilas sosok perempuan itu. Ibu muda yang selama ini hanya ia tatap dari jauh, kini ada

bis gebuk orang," tanya Tania

enjaga jarak. "Ribut sama temen. Ma

u keduanya diam lagi. Malam

bibir. Ia tak tahu apakah karena udara malam atau karena Rizky yang duduk hanya satu meter

?" tanya Tania pelan, b

g tuanya gak mau anak gadisnya pacaran sam

ngguran, kamu...

maunya yang mapan, minimal punya motor yang cicilannya lancar. Bu

a seperti apa yang sedang dilalui Rizky. Dunia antara muda dan dewasa,

arah, bisa melawan, bisa nangis kalau hatinya sakit. Aku? Harus terus tersenyum. Harus selalu

lut perempuan yang selama ini ia kagumi diam-diam. Bukan cuma karena parasnya,

ian?" tany

ya, ia menatap Rizky tanpa topeng, tanpa seny

len yang harus dipajang di etalase rumah bes

ni

ata-kata menggumpal di tenggorokan. Ia hanya mampu m

serak. "Mungkin beda usia kita gak terlalu jau

rnya yang melorot di bahu. Angin malam menyentuh kulitnya, membuat tubuhnya menggigil sedikit. Ia menatap Rizk

a pelan tapi tegas. "Kamu

ng menoleh,

r belakang ya," lanjut Tania sambil menunjuk ke arah pint

angan... kaya kamu tadi," tambahn

ehernya yang mulai terasa hangat. "Maa

ah gak

n. Rizky hanya bisa memandangi punggung perempuan itu sampai h

g. Ia berdiri, berjalan pelan menuju pagar belakang, lalu menguncinya perlahan, seolah sedang me

ri sebagian wajahnya yang menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Selimu

leh ke arah jendela yang menghadap la

dar pada tiang kayu dengan jaket usang dan c

eperti ingin dia tetap di sini?' pikirnya sendiri, bing

epala tertunduk. Pandangannya kosong ke tanah, tapi pikirannya ramai. Berkecamuk antara

hana, tapi baginya seperti sinyal samar, atau justru undangan yang membingungkan. Ditamb

ari dalam dadanya. Ia tahu ini salah waktu, salah tempat, bahkan mungkin salah perasaan. Namun tak

t pada perasaan yang tiba-tiba tumbuh di tempat yang paling tak terduga. Tidak mungkin dia bisa mengkhianati Ferdy, yang

Tania, suaranya, caranya menatap... semua membentuk pusaran aneh dalam pikirannya. Ia belu

u gazebo membuatnya nyaris melonjak. Matanya terbuka spontan, dan di s

n, hampir seperti bisikan, tapi cukup unt

uh hatinya ingin langsung dudu

ga, kok," ucapnya gugup, perlahan bangkit d

ng dikenakan Tania saat ini. Bahkan ia menduga tidak lapisan lain di dalamnya. Bayangan h

ghalangi selangkangannya yang dirasakan ada ses

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY