img DIGILIR PREMAN (Istriku Dibawa Kabur)  /  Bab 3 Calon Preman | 42.86%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Calon Preman

Jumlah Kata:1624    |    Dirilis Pada: 08/05/2025

pastel dan kacamata hitam besar. "Kita tahu lo lagi sendir

, Tan. Kita gak lama kok. K

get ya. Hari ini aku bener-bener gak bisa. La

udah lama kita gak 'ngasah magnet brondong'. Inget gak waktu kita ke coffee shop

normal. "Gue inget. Tapi serius, hari ini gue pengen

alau gitu kita gak maksa. Tapi janga

ipitkan mata. "Hmm... jangan-ja

jut. "Lah, emangnya g

time lo harus ikut. Kalo enggak, gue bo

rena gagal menyeret Tania keluar rumah. Setelah berpamitan

ak. Tubuhnya terasa lelah dalam sekejap. Ia

gi," kata

edikit, memperlihatkan waja

itu?" b

u," jawab Tania

u mengenakan sepatunya, dan melangkah

rsuara, datar tapi menusuk: "Lain kali, kalau mau

canda. Hanya tatapan yang menyerah pada

ar dengan bau kopi dingin dari cup yang tergeletak di cupholder. Widia fokus menyeti

gir sendiri kayak nemu dosa masa lalu," tan

njang. "Lu lihat gak tadi di dekat kursi tamu? Ada sepat

gkin itu sepatunya Kang Ledeng atau orang PLN. R

"No no no, Wid. Gue hafal banget itu. Itu sepatu Ricko. Gue p

Tasya. "Ricko? Emang siapa

lis, gaya bicarany

tem hebat, katanya Ferdy mukul dia sampe KO. Abis itu malah jadi akrab, kayak dianggkat adik g

saran. "Preman? Yang kaya

ekar tapi urakan. Gaya ngomongnya males-malesan, tapi senyu

ulai bercampur khawatir. "Hmm... l

u lah. Diam-diam menghanyutkan. Mantan-mantannya aja, rata-rata preman semua. Mungkin dia p

Ia tahu Tania bukan tipe sembarangan, tapi... perasa

kan bayang-bayang kecurigaan yang

mau beli sesuatu," kata Tasya tiba-tiba samb

ng ditunjuk. "Lah, tadi bilang ke

at, matanya tajam mengamati

angkah masuk ke dalam minimarket, Tasya tiba-tiba menar

parkir. Yang jaketnya bele

ot mata tajam dan jambang tipis berdiri santai di pinggir trotoar. Jaket jeans tua ya

Widia, setengah kag

ari pria itu. "Katanya sih preman ini keturunan Arab. Tapi

kat alis. "Ha

ja ke sini. Bukan karena butuh belanjaan, tapi karena si Nizar itu. Ya... begit

utnya. "Jadi lu ngajak gue ke sin

ut Tasya sambil meraih satu botol minuman ringan dari rak. "Tania tuh modelnya suka cowok-cowok

arik. Ada aura liar yang membius, tapi juga

ar itu emang punya daya tarik sen

di... ya begitulah. Si Nizar dulu sempat ditawarin kerja bareng sa

at. Preman adik-adikan suaminya, disikat. Jangan-jangan anak-anak yang sering kump

a keliatanya susah dijinakin. Liar bange

a buat Tania, hehehe." Widi

sik-bisik dan praduga yang makin mengental. Sorotan mata Tasya tak lepas dari bayan

gede banget, Sya!" bisik Widia

*

ayu panggang menguar di udara. Di depannya, Aldo, rekan bisnis sekaligus sahabat

e Bandungnya?" t

tahu sendirkan gimana dia. Nyuruhnya gue beran

gue seneng, Fer, gue mau curhat dikit," ucap

irih. "Tapi akhir-akhir ini, istri gue kayak beda. Dan... di

akin? Jangan cuma karena rasa curiga, terus lu jadi mi

hape dia atau nyari-nyari bukti. Tapi

bih baik lu konfirmasi baik-baik. Jangan langsung nuduh. Kadang istri kita bisa jadi

matanya tetap kosong, pikira

n. Suasana pun berubah jadi lebih hidup. Canda tawa mulai mengisi meja, diseli

nelpon gue," kata Raka. "Dia bilang desain lu

. Mudah-mudahan cocok sama konsep natural-industrial yang mere

a," timpal Dimas sambil mengangkat gelasnya. "Nasibnya aja belum ketemu ya

ir ringan tanpa be

gan tangannya, lalu berdiri samb

n jam dua. Katanya sih rewel banget soal detai

" sahut Ferdy, menjabat t

itu mereka bertiga kembali larut dalam obrolan, kali ini dengan nada yang lebih sa

u bangun vila di

rumah tangga gue bisa tenang dulu," jawab Al

abatnya. "Pelan-pelan aja. Jangan biar

na akrab. Ferdy merapikan kemeja, lalu men

udah jalan duluan," ucap F

y, kapan-kapan ajak gue

makasih, Fer. Lu udah d

tu-satu sebelum melangkah keluar dari café. Sinar

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY