yang menyerupai benteng. Pagar besi tinggi dan kamera pengawas yang tersebar di se
aniel Santoso, ayahnya, bergema di dalam kepala.
njukkan pukul 7.00 pagi. Ia memeluk tas selempangnya erat, mencoba
pir keluarganya dengan senyum rama
ki ia memiliki teman-teman, Clara tahu ia tidak pernah benar-benar bebas untuk menikmati kehidupannya. S
Pratama, sahabat yang selalu menjadi pengh
kamu bakal kelihatan tua sebelum waktunya!" ujar
ku nggak serius, kok. Cum
akan maksa," balas Elena, menggandeng tangan Clara. "Raka
a sedang duduk sambil membaca buku. Ia t
ijanjikannya. Matanya menatap Clara dengan lembut, namun ia de
tahu gimana kalau nggak ada kam
m Raka pelan, meskipun han
, seorang pria berdiri mengamati mereka dengan tatapan dingin. Tubuhnya tegap dalam balutan
angan ke dalam saku celana. Tatapannya melekat pada Clara
rus ia kendalikan. "Dia milikku, dan hanya aku yang berhak a
iswa. Clara mencoba menikmati obrolan ringan mereka, meskipun hatinya terasa berat. Ada ses
," ujar Clara tiba-tiba, membuat Rak
nggak bosan apa?" tanya E
," Clara menjawab singkat, me
. Aku juga ada tugas yan
mbil tasnya dan melangkah lebih dulu. Ia h
kahnya terasa berat, dan sesekali ia menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa,
ik saja?" tanya Raka
cepat. "Iya, cu
i. Ia tahu Clara bukan tipe yang mudah berbagi pera
Raka dari kejauhan. Rahangnya mengeras ketika meliha
. Jari-jarinya mengetuk permukaan meja di depannya,
onselnya dan menge
aktu. Jangan biarkan siapa p
ini ditugaskan untuk mengawasi Clara tanpa sepengetahuannya. Adrian tahu
merasa terlalu lelah untuk mengikuti kelas terakhir. Namun, begitu ia mel
bertubuh tegap dengan jas rapi. Clara mengenali
n saya untuk menjemput Anda,"
ning. "Bukankah aku
ah langsung
anan, pikirannya melayang-layang. Ia tahu ayahnya tidak pernah mel
ruang tamu, ayahnya sudah menunggunya. Daniel Santoso duduk di sofa dengan sikap
dengan nada rendah
ra menjawab deng
g menghabiskan waktu dengan pr
idak menyangka ayahn
ia hanya
man laki-laki dalam hidupmu, Clara. Aku sudah bilang, sia
" sergah Clara, suaranya ber
u hanya ingin memastikan tidak ada orang yang akan menyakitimu. Dan
dengan pernyataan itu. Tapi sebelum ia bi
segera tahu
*
ungimu dengan baik." Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, membuatnya merasa tidak nyama
kus pada tumpukan tugas kampus. Tapi ot
Elena dari luar kamar
lambai dari pagar depan rumah. Ia bergegas turun
"Ayo, aku traktir kopi! Anggap saja sebagai hadiah
mu memang selalu punya a
hitam yang diparkir di seberang jalan. Dari dalam mobil, Adrian d
arinya terasa seperti pengorbanan yang sepadan. Baginya, Clara adalah puncak obsesinya, wanita
awasi seperti ini?" tanya salah satu
a sekilas sebelum kembali memusatkan perhatian pada
di sudut ruangan yang tenang. Tidak lama, Raka b
emu kalian di sini," ujar
amu sengaja cari Clara?" led
embuka buku yang ia bawa. "Aku cuma mau kasih ini ke Clara. Ka
u dengan senang. "Makasih, Raka.
kedekatan Clara dengan pria lain selalu me
ana," kata Ad
na apa
dia. Apa yang dia suka, siapa keluarganya,
mengangguk. "Akan
erasaan lebih baik. Namun, langkahnya terhenti di depan
n ragu, membaca secarik kert
seseorang yang se
emetar, menemukan sebuah kalung berbandul kecil berbentuk
ri ini?" bisiknya
hatikan dari dalam mobil. Sen
Semua yang aku laku
rcampur aduk antara bingung dan khawatir. Dari siapa benda ini? Siapa yan
a. Di permukaannya, terukir sebuah inisi
apakah ia mengenal seseorang yang memiliki inisi
arnya terbuka tanpa diketuk. Ayahnya, Daniel Santo
an, Clara?" tanyanya, nada suar
itu di balik punggungnya. "Tidak ada, Ayah
ra. Ia melangkah masuk ke kamar dan mendekat. Clara merasa
akan malam dengan rekan bisnis Ayah. Aku ingi
gguk pelan.
pintu dengan pelan. Begitu ia pergi, Clara mengembuskan napas lega. Ia membuka laci
a terpaku pada salah satu layar yang menampilkan rekaman langsung dari dalam kamar Clara. Kamera kecil
a melihat Clara menyembunyik
"Tapi Clara akan segera tahu bahwa semua ini adalah untuk
selnya dan menge
ntuh rumah Clara malam ini. La
orang kepercayaannya yang selalu
yahnya. Acara itu diadakan di sebuah restoran mewah, tempat yang
ayahnya selalu membuatnya merasa tertekan. Namun, ia tetap berusaha m
ngan. Langkahnya mantap, dan sorot matanya tajam. Clara tidak men
gan senyum lebar, berdiri
mendengar nama itu sebelumnya, tapi tidak pernah melihat wajahnya. Adrian
h," ujar Daniel pada Clara. "Dia ada
ecil menghiasi wajahnya. "Senang ak
an pertanyaan. Siapa sebenarnya Adrian? Dan kenapa tatapan m