lari ke mana. Ia sudah keluar dari rumah sakit dan berada di jalan
nya masih jalang mencari sosok Senja. Anak kecil yang ia sayangi sepenuh hati. Meskipun tak diingi
ak, mendudukkan dirinya
ngak dan menatap sekelilingnya, "Ak
n wajah panik ia cetak dengan jelas. Berpakai
ka? Kita ke pinggir dulu, yuk!" ajak pr
a masih nampak pucat dan tubuhnya melemah. Dengan tangan berge
Kenapa lari-larian di
ku
ldi datang dengan wajah khawatirnya, ia meraba sel
apa-apa
enja. Ia terlalu fokus dengan keponakannya. Hingga se
rumah sakit? Maaf saya t
rluka. Nggak ada yang luka, kan Sayang?" Aldi menjawab dan
b Senja enteng se
anyak orang di dunia ini yang bernama Senja. Lagipula belum tentu juga keja
sepuluh tahun itu. Begitu cantik untuk usia anak keci
Terima kasih sudah menolong Senja." A
justru saya hampir menabraknya. Lain kal
enggenggam tangan kecil Senja. Meninggalkan jalanan yang penuh sesak d
rparkir di sana. Nampak bu Patmi yang menunggu di sisi mobil dengan cemas. Belia
ari ujung netranya. Seperti menemukan berlian di tumpukan sampah, wanita
Jangan seperti ini atau Nenek akan mati berdiri kalau ada
egitu tadi ke Nenek. Aku janji mulai besok tidak akan bertanya lagi
ak bisa mendengar ungkapan-ungkapan kesedihan dari mulut orang lain. Jangankan bicara mengenai Senja,
jangan sedih-sedih." Aldi mengga
*
a membuatnya tergerak untuk mencarinya di kamar ibunya. Kakinya ia
cari hingga menemukannya. Baju yang sudah terlipat rapi membuatnya mencari ben
isinya. Air mukanya langsung berubah penuh amarah, mata
nya keluar. Sungguh ia benci sekali dengan benda itu. Satu-satuny
ak
da itu jatuh tepat mengenai kaki Senja yang baru sampai rumah. Mereka semua he
um saatnya tahu buku ini." Bu Patmi mengambil
ya dengan tangan yang memegang erat buku ditanganny
lakukan oleh orang dewasa. Kamu b
gan memperhatikan sampul d
malah menyimpannya? Buku itu menyakitiku, Bu,"
ngan manja di kepala anak kecil itu. Ia kembali menatap heran buku yang masih
eritakan cerita sedih?
sedihan?" bentak Manda dengan men
nja. Ia tak lagi menangis hanya karena bentakan dari Ibunya. Amarah, pukul
engalihkan perhatian kearah mareka. Aldi, Satu-satunya manusia yang sadar akan keada
ya yang masih berusia delapan bulan. "Teriakan Manda membuat
nya. Namun entah mengapa anak kecil itu sangat melindungi
G!" bentak Manda seka
dengan Senja, seakan ada ikatan batin antara buku itu dengan dirinya. Ia begitu melindungi b
amu memba
n sadar dengan apa yang barusan ia katakan
ksud aku untuk bera
kram kuat lengan anak itu agar meng
atah!" ancam Manda yang semakin menekan ce

GOOGLE PLAY