img Roma Menyimpanku Untukmu  /  Bab 1 Kereta Terakhir ke Roma | 16.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Roma Menyimpanku Untukmu

Roma Menyimpanku Untukmu

Penulis: Jivawastu
img img img

Bab 1 Kereta Terakhir ke Roma

Jumlah Kata:1502    |    Dirilis Pada: 17/05/2025

Terakhi

menempel di kaca, buram namun tetap memperlihatkan siluet bukit-bukit yang menghilang dalam kecepatan. A

datang dengan mata berbinar dan kamera siap bidik. Tapi bagi Ruth, Roma bukan impian. Bukan pula rumah. Ko

erapa minggu sebelum wanita itu menghembuskan napas terakhir. Ada aroma lavender samar yang masih bertahan, meski di

erisi uang tak seberapa, satu foto kecil berbingkai kayu, dan sebuah amplop cokelat. Surat rekomendasi dari pendeta di kota kecil tempat ia dan ibunya tin

besi berdecit memecah sunyi. "Signorina, Roma Termi

ng. Aroma kopi basi dan parfum murahan masih menggantung di udara. Ia menuruni anak tang

cepat, membawa koper besar dan wajah yang tahu ke mana harus pergi. Sementara Ruth berdi

ain berlalu begitu saja. Lampu stasiun berkelap-kelip seperti nyala harapan yang rapuh. Matanya kemudian menatap papan peng

k ada koneksi. Dunia digital terputus, dan ia mendadak terasa seperti satu-satunya

ntin kecil di lehernya. Bentuknya sederhana, bulat, berisi f

ngan, Bu," bisiknya lirih, nyaris ta

otes. Dengan langkah kecil tapi tetap teguh, Ruth berjalan

dalam kekosongan total, ia m

n Jalan

iun menuju jantung kota. Hujan sore tadi menyisakan genangan dan kilau cahaya dari lampu-lampu toko yang mulai padam. Malam Roma me

hingga tulang. Orang-orang lewat dengan cepat, tanpa menoleh. Dunia berp

setengah, tanda toko akan tutup. Tapi di balik kaca yang mulai berembun, ada satu potong roti yang tersisa-coke

sudut kain yang hampir robek. Beberapa koin logam muncul: dua euro,

song, lalu menghela napas dan berbalik,

suara berat namun le

a sedikit berantakan, seperti baru keluar dari rapat panjang yang gagal total. Ia membawa tas kerja yang terlalu penuh dan sedikit sobek di

rotinya," katanya, menu

lut, tapi hanya mampu mengg

enatap roti itu. Dal

engejek, lebih seperti sesama peli

p koin di tangannya. Lalu

i-lebih keras, lebih menyedihkan. Ia memejamk

kan pisau plastik dari saku jasnya-barang aneh untuk disimpan, tapi malam ini terasa seperti mukjizat kec

"Sekretaris gagal dan konsultan hidup yang belum la

yang hampir lupa ia punya. "Aku Ruth. Tidak punya pek

otinya seperti bersulang.

tidak punya etik

ngapa terasa lebih enak dari apa pun yang pernah ia makan minggu ini. Mungkin karena dibagi.

rtama Ta

kan ke saku celananya. Mereka masih duduk di bangku logam dingin, hanya berjarak dua blok dari

epatunya yang berdebu. "Aku baru

gkat alis.

en

el m

dari m

mendongak ke langit. "Oke

pnya curiga

ang pernah aku datang

ta. "Kau mau ajak a

mesin kopi yang selalu bunyi seperti o

uhnya mulai menggigil karena mantel tipis yang tidak lagi mampu mel

akan kecewa. Aku s

as pintunya tertulis: ROMANO GROUP HEAD OFFICE. Di sisi kiri pintu masuk ada pintu geser kecil m

alik meja mengangkat ke

Leo dengan horma

kan kepalanya dan menyapanya. Setelah beberapa detik, ia kemb

perlahan, menyandarkan kepala, lalu memejamkan mata sejenak. Bau karpet lembap dan kop

uka ranselnya dan mengeluarkan sesuatu-bantal leher berben

us, "ini Signor Avocado. Pendamping

tu dengan dahi berke

. Sudah menemaniku sejak gagal ujian masuk akuntansi

h. "Kau sela

mengeluh. Lebih baik

edak dalam diam. Ia memeluk perutnya samb

aka keluarga. Ruth memeluknya dan menyandarkan kepala

"Terima kasih. Untuk roti. Untuk bantal

orang cuma butuh diajak d

masih menusuk masuk lewat celah pintu. Tapi untuk pertama

uluk Signor Avocado, ia tertidur dengan senyum di wajahnya-bukan karena semua

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY