Belum Siap
ur, hanya bahwa bantal alpukat bernama Signor Avocado lebih nyaman dari yang
. Kantor ini akan berubah jadi
k berat. "Apa... sekarang?" Ia
ntor berdatangan. Percayalah, aku pernah coba,
berdiri perlahan. "J
buka 24 jam di belakang Termini. Bukan bintang li
. "Kau serius? In
dang dan mengambil keputusan impulsi
eluk ranselnya erat-erat, sementara Leo berjalan santai dengan dasi melambai ditiup angin.
kecil bertuliskan Hotel Miro. Seorang pria paruh baya berdiri di balik meja
lam?" tanya
uang ke meja dan mengambil kunci kamar. "Aku y
Ia menerima kunci, mengangguk pelan. "Terima kasih, Leo. Untuk se
g. Aku hanya mencurigak
ang tidak terlalu gila-atau terlalu gila, tergantung dari mana kau melihatnya-datanglah ke kan
ga. "Apa ini jebakan
Salah satu manajer. Bilang saja kau ke
"Terima kasih... Leo. Untuk roti. Untuk
erlambat. Dan jangan pakai parfum menyengat.
, tapi bersih dan hangat. Ia menaruh ranselnya di pojok, men
ar-benar istirahat. Di kota asing yang keras dan tak berjanji apa pun,
alnya belum sepenuhnya hancur-setidaknya tidak malam
alam, membawa bantal alpukatnya dan satu le
keemasan yang tidak menghangatkan apa-apa. Matanya masih berat, dan tubuhnya terasa seperti belum sepenuhnya percaya bahwa
suara shower bocor, langkah tergesa di lorong, lalu batuk parau dari seseorang yang tampak
layak pakai. Di hadapannya, cermin kecil menggantung miring di dinding. Ia menatap dirinya sendi
lan. Tak ada jawaban. Tapi ia tersenyum
nyah-dan segelas kopi instan yang terasa seperti air bekas rebusan kaus kaki. Ia duduk sebentar di kursi pl
rang yang pernah ia temui, yang tetap h
tel. Udara pagi di Roma masih menusuk, tapi lebih bersahabat daripada kemarin malam. Kota itu hidup dengan ritme cepat:
n, mengambil kartu nama yang diperolehnya dari
k di atasnya terbaca jelas: ROMANO GROUP. Bangunan itu memantulkan cahaya pagi seperti menantangnya
ginjak genangan kecil. Tangannya menggenggam tali ransel yang sa
n pulang. Jadi ia mendorong pintu
ke dalam g
hidup yang sam
ing Bern
ang museum yang terlalu steril untuk disentuh. Lantai marmer mengilat menyambutnya dengan pantulan siluet dirinya yang tampak k
esepsionis tempat seorang wanita berblazer abu-abu menge
rlo Ferrini. Ini..." Ia menyerahkan kartu nama dari Leo. "Saya
lalu menekan tombol interkom. "Pak Carlo,
mping. Wajahnya datar, matanya tajam dan penuh kalkulasi. Carlo Fer
ss.
uth Elar
Ikut
u putih dingin. Ruth melirik ke cermin yang memantulkan wajahnya sendiri-lelah tapi teguh.
sambil duduk di belakang meja dan membuka laptopnya. "Tapi jika
ih," ucap Ruth jujur. "S
berapa detik. "Apa
tifikat kelulusan dari universitas kecil di luar kota. Ia bahkan menyelipkan surat penga
Lulusan sastra. IPK cukup baik. Pengalaman k
dia, termasuk bagian kebersihan," sambung Ruth. "
ingkatmu ini, kau tidak cocok untuk bekerja di bagian
kit, kecewa, tapi
ga. Banyak laporan fisik dari proyek CSR dan dokumen audit yang perlu disortir ulang d
jahnya. "Saya bisa
"Satu hal lagi. Leo bilan
ak tahu apakah itu puji
e Ruth. "Kau bisa mulai besok pa
lah kertas di dalamnya bisa berubah menjadi sesuatu yang tak nyata kalau d... ia tak pernah menyangka har
ih dari sekadar formalitas. "Terima
berdiri di sana beberapa detik setelah ruangan kosong. Napasnya sedikit berget
kerjaan
pintu
th, ini lebi
.. a
memandangi kursi kosong, meja kerja, dan formulir di tangannya seperti seseorang yang baru sajaras padanya. Dunia rasanya tak pernah memberi sesuatu tanpa mena
n kolom terakhir, pi
map di satu tangan, dan-seperti biasa-kant
antara senang dan heran. "Aku kira kau akan menganggapk
up sering lari. Mungkin sekarang wak
erti kakak kelas yang anak didiknya baru lulus orientasi. "Kau cocok di sini. K
Ruth sambil menyandark
Aku warna magenta terang berca
ertawa
hat seorang pria tinggi, wajah seperti pahatan Dewa Yunani tapi matanya
membaca sedikit tentang CEO Romano Group semalam
ui jawaban kuis. "Tepat. Dia penyebab m
enyutradarai adegan dengan
orong t
terdengar ritmis. Dingin
ngsung
ke arah mereka. Wajahnya tajam dan simetris, dengan ekspresi datar yang tak memberi
Boas
m diri Ruth seolah menahan napas. Ada sesuatu di matanya-entah keham
ludah. "Dan.
ria itu membuat dunia sekitarnya menjadi... sunyi.
tor ini. Baru saja mengis
ungkin telah menabrak takdir yang jauh l
an Pe
ur detaknya mengikuti pria yang melangkah. Ruth baru saja keluar dari ruang HRD setelah menyerahkan formulir
muncul di sisi loro
atanya membulat seperti baru melihat
itam tersisir rapi, bahu tegap, wajah yang nyaris terlalu simetris untuk disebut manusia biasa. Ia tak berjalan cepat, tapi langk
Boas
tidak ada artikel atau foto yang mampu menyampaikan aura pria itu dengan benar. Ia tidak karismat
mereka be
seolah menolak. Mata Luca singgah di wajahnya, hanya satu detik, tapi cukup lama untuk
as dalam keheningan itu-ketegangan yang hanya dipahami oleh dua orang yang tidak
ua staf muda di belakangnya membawa tablet da
i pria itu benar-benar
nah lihat satu intern pingsan setel
menatap tempat kosong tempat Luca
sanya dia benar-benar melihat aku
a. "Dia nggak sering melirik siapa pun. Bahk
unia kantoran ini terlalu besar, terlalu asing. Tapi ada se
g nyaris menghilang dari pe
gam dan Uku
Leo melewati lorong lain yang lebih sempit, menuruni dua anak tangga menuju bagian "internal logis
rempuan berkacamata dengan clipboard m
tanyan
Elara
asi arsip. Penempatan: lantai enam. Jadwal kerja: 08.30 samp
hampir habis. Setiap goresan terasa seperti perjanjia
tanya si wanita
pi kadang M. Terga
nempel ke dinding. Ia mengambil dua pasang seragam sederhana berwarn
ba di belak
n, mengawasi sambil sesekali memainkan ID card di
aketmu agak sempit, jangan ditukar. Itu artinya kau terlih
ik tirai. "Kau tahu semua t
sis deadline. Aku punya waktu untuk meng
ski sedikit longgar di bahu. Tapi setidaknya bersih, rapi, dan untuk pertama kali
g berisi dua pasang seragam cadangan, I
," ucapnya sambil mengalihkan pandangan ke layar komputer. "Jang
meluk tote bag itu seo
jalan ke arah pintu keluar belak
ernama Giorgio. Jangan tanya yang lain.
cat
dan tote bag, Ruth tahu satu hal pasti-beso
as jalan atau penump
g akhirnya mendapat satu t
u, ia akan melihat dunia dengan c