menunggu langkahnya. Aroma kayu manis dan cengkeh memenuhi udara, berpadu de
enyisakan kaus hitam ketat yang memperlihatkan lekuk dadanya y
tanya, tidak ber
buhnya sudah menolak logika sejak
t perlahan. "Le
. Ia menurunkan pandangan dan menanggalkan sepatu hak tingginya. Suara
Tangan di bela
. Tangannya bertemu di belakang, tubuhnya tegap
runya. Ia berhenti di belakang, tangannya menyentuh rambut Livia
hangat di telinga. "Tapi ke
um sempat menjawab, Raynald mene
kamu bicara hany
engangg
m pelatihan ini, Livia. Satu: tubuhmu adalah milikku selama pelatihan
suara Livia nya
pir menyentuh pipinya saat ia
Sebuah pengingat bahwa kendali terakhir m
a lama, lalu berk
k ruangan kecil bergaya minimalis namun... fungsional. Di dalamnya terdapat kursi kulit rendah dengan s
epan kursi. "Lepaska
yang terbuka seperti gema yang memantul di kepalanya. Ketika akhirnya kain satin meluncur t," gum
ar duduk. Kulit kursi dingin menyentuh punggungnya. Raynald kemudian mengikat kedua pergelangan tangann
kata. Tapi jika kamu bertahan malam ini, aku
dan rendah, menyusup
ia mengambil seutas kain hitam lembut dan melingkarkan
rasakan, jang
n ke bahunya, menelusuri lengkungan dada yang masih terbungkus bra. Jemari itu kuat,
lam, dan lama. Ia tidak terburu-buru. Setiap sentuhan, setiap
engan satu gerakan. Kain itu meluncur turun dan hilang dalam diam. Livia me
a tak bisa melihat apa-apa, tapi tubuhnya merasakan segala sesuatu
dari luar celana. Ia mengusa
ni," per
rinya menyentuh kancing celan
tanganmu. De
Raynald tidak mengula
i dengan gigib mencoba menarik resleting perlahan. Ia tak tahu apakah ia berTapi bisa
alut celana dalam tipis. Kursi kulit terasa hangat karena tubuhn
lamnya, lebih dekat ke pusat kehang
"Malam ini, kamu belajar untuk tidak memin
erhenti.
an napas. D
ma selesai,"
a Livia. Dunia kembali mu
, kita lanjut. Dengan tali.
ya. Livia masih terengah,
rmu. Aku tidak pernah mengulan
Raynald berjongkok di depannya, kedua t
uhmu sedang memilih:
m oleh hasrat dan kebingungan. Tapi tubuh
eram dagunya dan mengangkat wajahnya. "Kamu harus belajar satu h
am, menuntut, penuh kuasa. Lidahnya menyapu dengan tegas, tak memberinya ruang untuk b
a nyaris roboh ke belakang
seperti boneka ringan, tubuhnya tertekan ke dada keras pria itu. Livia terkejut, tapi ta
t pucat Livia yang hanya tersisa pakaian dalam tipis. Ia menatapnya lama, lalu membuka sat
via di atas kepala, membelenggunya pa
n," katanya pelan
lalu ke leher. Bibirnya panas, berani, dan sangat terkontrol. Livia meng
iap ciuman seperti kalimat tak
ggelitik kulit sensitif di sana. "Tapi jika tidak, malam ini... kau ak
gucapkan "bintang hitam,
an segala niat untuk mengajarinya