a. Di lantai 37, suasana kantor Hartanto Group tampak hening dan kaku, mencermi
ja sebagai asisten pribadi CEO. Ia telah melalui proses seleksi yang ketat tiga
berpenampilan rapi, sekretaris
gangguk.
ontrak kerja langsung dengan Tuan Raynald. Beliau tidak
enyusuri koridor yang mewah namun dingin, hingga akhirnya b
rat dan dingin te
duduklah pria yang selama ini hanya Livia lihat di
as. Dan terlalu tam
menela
ani beberapa berkas, sebelum akhirnya mendongak d
lolos sele
meski lututnya lemas. Tangannya gemetar
ndatangani. Itu bukan
erja, klausul kerahasiaan. Tapi ada satu halaman terakhir yang kosong, han
ari dokumen juga?
lam-dalam. "Itu adala
Livia menge
mengambil pena tinta hitam dari
na ini. Tan
a mengangkat pena dan menulis namanya di atas kertas kosong itu. Begitu uj
ngan bingung. "Tint
ak menghilang. Hanya terlihat o
ia berdetak
ribadi. Aku tidak suka kekacauan. Aku tidak suka penolakan. Dan yang paling penting," Raynald berdiri, mend
Wajah Raynald begitu
tepat satu lantai di atas ruang kerjaku. Kau akan menerima pang
enjawab, tapi s
ka kamu keluar dari ruangan ini, semua data pribadimu akan dilenyapkan dari du
tak be
takut yang berpadu dengan rasa penasaran... dan ketertarikan. Ia menatap pria di depannya. Raynald bukan pria b
tetap
n itu pertama kalinya senyu
ta mulai pelati
" Livia men
temenku. Bawalah tubuh
n dokumen, seolah percakapa
gemetar, lalu keluar dari r
song yang telah ditandatangani Livia. Tinta yang tak terli
Livia Rahadian. P
ng kerja Raynald. Nadya menyambutnya dengan ekspre
andatangani?"
lau hatinya terasa s
ng disediakan. Barang-barangmu sudah dipindahkan
ald-kata-kata itu mulai terdengar s
but oleh lorong senyap berkarpet abu gelap. Hanya ada dua pintu di lantai ini,
rtemen Tuan Raynald. Jangan perna
. Nadya menyodor
lantai ini. Hanya kamu dan T
i, Livia membuka p
ya... lu
lat menyala lembut. Di sudut, ada rak buku kaca, satu set sofa kulit, dan kamar tidur u
Ia meletakkan tasnya di sofa dan
aku tanda tan
erakhir yang ia tanda tangani. Kosong. Tak ada bekas tinta. Ia m
anyalah rasa..
h cepat dari ya
i genderang perang. Ia mengenakan blus satin hitam dan celana panjang putih sesuai instruksi dari Nadya seb
as dalam-dalam
belum ketukan ke
as terbuka, lengan digulung hingga siku. Rambutnya sedikit berantakan, seolah
e bawah. Matanya mengamati sepe
as
tai marmer hitam. Lampu gantung kristal. Sofa abu yang tampak seperti tidak pernah disentuh.
ud
i, berusaha tak menunjukkan kegugupannya. Tapi ia tahu-mata pria
kita melangkah lebih jauh," katanya ten
ivia memirin
ekerjaan. Jam kerja, agen
engangg
aan. Kepatuhan tanpa penolakan. Aku tidak akan menyentuhmu... kecuali kau membiarkanku
nyorot taj
an ludah. "
di sini. Tapi kau satu-satunya yang...
menandatangani kontrak..
ak. Sebagian tak layak. Seb
nguasai
agi, dan ia akan jatuh ke dalam dunia yang belum pernah ia sentuh-d
ndekatinya. Jarak mereka hanya be
enyerahkan dirimu malam ini... maka mulai be
ivia terdiam. Tubuhnya tidak mundur. Ia bisa mencium aroma tubu
malam ini. Aku akan m
ang tamunya yang terlalu megah dan terlalu sunyi. Detik-d
ng bermain dengan pekerjaan. Ia se
ah terlalu terla