dak
agi?" tanya wanita paruh ba
nita bernama Nara itu tampak sangat jelas, bah
agi tentang pria itu," uca
leh Nara memberikan segelas air minum
dulu. Coba tarik napas da
a sarankan, dan tentu saja hal itu
a Nio di sini selama aku menjalankan re
epala putrinya. "Kamu tenang saja, ibu akan menjaga Nio d
lu mendukung apa yang aku lakukan, dan maaf
t kamu. Kamu wanita yang baik dan sangat bertanggung jawa
dengan luapan perasaan haru
angkan hatimu agar mimpi buruk itu tidak datang lagi.
*
duduk di atas tempat tidur rumah sakit se
bagaimana pera
ali hari ini," ucapnya
ang ke
n mengajak aku jalan-jalan lagi di taman d
nyak teman nantinya." Cubitan kecil
an nantinya, tapi kata Ibu tunggu aku sembuh dulu dari sakitk
aan putranya karena dia sendiri tidak
dulu karena Ibu Nara kamu masih berusaha agar Nio bisa segera s
tu ibu melakukan semua ini?" Bocah kecil itu pun dengan cepat mengangguk. "
Ibu dan Nio akan menuruti
putranya. "Ibu juga sangat sayang sama Nio. Nio, ibu mau
ja, Ibu!" s
na ibu harus pergi dalam beberapa hari untuk bekerja. Nio tidak
u Ibu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dan aga
itu menaikkan bahunya ke atas. "Setidaknya penjelasa
ada waktu senggang, ibu akan datang ke sini untuk mene
sembari menautkan jar
*
terdiam mengingat semua yang sudah dia lakukan se
, semoga pria itu akan bisa memaafkan semua kesalahanku
a tampak berdiri di depan pintu sebuah rumah yang memiliki dekor
eh seorang pria paruh baya de
ya Agatha atau bis
ar Miranti sudah menunggu Anda di dalam." Pelayan laki
lorong dengan hiasan banyak l
ku! Atau aku akan mencekik
na. Langkah Nara terhenti dan melihat pada pintu kamar berwarna hitam, di mana ba
er dan dia adalah orang yang harus kamu rawat nantinya." Tiba-t
rah-marah seperti itu,
i, dan ikutlah denganku, aku aka
rjalan. Mereka sekarang berada di dalam ruang kerja dan Nen
ak menunjukan wajah datarnya.
kakinya lumpuh dan kata dokter kesempatan untuk sembuhnya sangat kecil.
. Nara sedang mencoba menenangkan dirinya. "Apa Nenek sudah berusaha memb
n untuk sembuh. Dia sangat membenci dirinya sendiri, apa lagi calon tunangannya juga meninggalkannya setelah tahu cucuku mengalami kelu
Miranti menitihkan air mata. Rasa bersalah di hati Nara juga semakin besar s
bertemu dengan Tuan
melihat Nara den