nggu lalu harus selesai hari ini!" bentak Revaldo
ruang rapat seperti dipenuhi bara. Semua mata tertunduk, menahan napas.erja di sini kalau tidak bisa disipli
. Tak ada satu pun dari mereka yang berani menatap pria yang kini duduk di kursi
onroe dan Revaldi Sebastian yang mengenakan ka
hadapi mereka sekaran
a. Sekarang waktunya pemilik rumah kembali," jawab Revaldi
ang sempat melirik sempat terbelalak melihat wajah Revaldi Sebasti
an laju emosinya. Tapi Revaldi tak goyah. L
yi. Hanya terdengar suara amarah Revald
ayanya memimpin,"
ke ruang CEO
ali jangan menye
t saat melihat sosok yang muncul di ambang
am Revaldo, su
Revaldi dengan senyum mengejek. "K
i, matanya menatap tajam ke ar
pikir kau...
lalu kuat untuk direnggut oleh racun murahanmu itu,
i, ini semua hanya salah paham. Aku hanya mencoba meny
akan gaya memimpinmu yang... payah?" Revaldi berjalan mendekat. "Kau pikir a
Revald
mencoba b
jual aset perusahaan?" Revaldi menyela. "Oh, dan jangan lupakan pesta-pesta
lipis Revaldo. Isla menyilangkan t
ang masuk karena belas kasih," suara Revaldi mulai meninggi. "Kau berani duduk di kursi
pa staf penasaran mengintip, dan tatapan m
Revald
kem
kurl
ir mata. Mereka diam-diam mengabari rekan-rekan lain. Dalam hitungan men
nya sudah terpojok. Tapi pria itu
bali. Tapi jangan l
mencoba menjadi cahaya, Revaldo. Dan waktumu sudah
ponsel dan menghub
do Dirgantara. Periksa juga seluruh transaksi terakhir yang
ngga. Pria itu berdiri tegak,
kah gontai. Setiap pegawai yang dilewatinya menatap dengan ek
aldi, oh sungguh malang seorang pecundang akhirnya ditenda
alu dia merasa penuh denga
ldi, berani-beraninya ka
antai atas, Revaldi berdiri memandangi lantai kantor d
an Revaldi," ucap salah sat
arus diperbaiki. Tapi untuk hari ini... mar
g semula tertunduk kini tersenyum l
ahwa perjuangan mereka memiliki banyak rintanga