, Rika tiba-tiba mendekat. Dengan gerakan cepat tapi lembut,
ma kami, bantu aku su
enak. Lalu, ia berjalan ringan menyusul Andy yang sudah lebih dulu menuju mobilnya, memasukkan ba
aja yang sedang bermain-main. Namun, di balik sikap riangnya, ada sesuatu yang sulit aku
tak pernah merasa nyaman membicarakannya. Mungkin kalau pun aku mengutarakannya
erima bekerja di kantorku sebagai office boy. Hanya butuh dua bulan bagiku untuk menyadari bahwa A
e kota demi mencari penghidupan. Hatiku tergerak. Aku menyarankan agar dia melanjutkan kuliah sambil tetap
angan terbuka. Dia menjadii anak kelima kami. Walau secara usia, sebenarnya ia lebih cocok sebagai anak
ya, ia lakukan dengan sukarela-dari membantu pekerjaan rumah hingga merawat halaman. Padahal kami s
pembantu, karena melihatnya begitu sigap mengurus banyak h
at. Dua tahun setelah lulus, dia menikah dengan Rika, teman kuliahnya yang bekerja di salah satu bank swasta ternama. Sam
a. Hubungan kami tetap hangat. Mereka sering berkunjun
kuncir dengan bandana, wajahnya berseri, dan gerak-geriknya selalu cepat, seolah dikejar waktu. Tapi entah bagaimana, ia t
dan sikap manis serta perhatiannya. Sebagai lelaki normal, aku pun tak bisa menghindari perasaan yang sulit dijelaskan. Ca
ntu yang bersilaturahmi. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang perlahan berge
. Dan belakangan, frekuensi kedatangannya pun berubah. Dalam beberapa minggu terakhir, ia sering datang sendiri ke rumahku karena Andy memang
uah kafe kecil yang tenang dan teduh, jauh dari hiruk-pikuk kantor. Aku sempat ragu. Ada kegelisahan yang sulit dijelaskan-dag-d
atanya menyimpan sesuatu yang berbeda. Obrolan kami awalnya ringan-tentang pekerjaan, cuaca, sedikit tentang keluarga. N
ti berbisik. "Aku... kadang merasa
ngambang di udara, membuat w
ti tidak peduli. Aku sudah mencoba memahami. Tapi setiap kali aku ingin bicara tentang kebutuh
a paling dalam yang tak seharusnya diungkapkan kepadaku. Tapi Rika tak berhenti
a caranya jika dia bahkan tak pern
n pikiranku terasa campur aduk-antara iba, bingung, dan perasaan yang entah bagaimana mulai tumbuh se
noleh dan berkata, "Maaf kalau aku lancang. Tapi
eda-dan itu, justru membuatku semakin takut akan apa yang mungkin terjadi setelah ini. Aku mulai tida
is atau menggoda. Ada sesuatu yang berubah dalam caranya memandangku, menyapaku, bahkan dalam caranya diam. S
saja di mata orang lain, ia akan mendekat dan berbisik hal yang sama-dengan suara
pa tekanan, namun menyimpan beban yang tak main-main. Seolah ia sedang
ke mobil, atau bahkan saat hanya berpapasan singkat di dapur. Tak pernah frontal, tak pernah terang-
ng-aku mulai menantikan bisik
h membantu... baga
rus ke depan, seperti menimbang-nimban
yang tenang namun tegas, ia menjawab
h sunyi dan dingin. Hatiku berdebar tak menentu. Ada sesuatu yang retak dalam diriku-antara logika yan
ikut tur bersama geng sosialitanya ke Bali, empat hari tiga malam. Katanya, ini k
nonton berita di televisi dengan suara kecil. Rumahku benar-benar tena
el ber
au tetangga. Tapi begitu membuka
di ambang p
ir sederhana dan wajah polos. Hari itu ia berdandan. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya sedikit berwarna, dan ada aroma samar parfum y
, seolah ini hal biasa. "Aku tadi lewa
a bisa m
i dalam rumah yang biasanya penuh suara celoteh cucu dan obrolan anak-anak, atau
enak," ujarnya sambil meletakkan kotak di
menghadapi kehadiran Rika. Ada sesuatu yang berubah, bukan hanya cara berpakian, berdandan dan sika
ati keindahan pahanya yang mulus, dadanya yang mengemban
. Untung saja memakai celana dalam, sehingga tidak akan terlalu keliatan. Namun mata Rika jus
*
erita yang sedang
NKU C
I ANA
BESAN DA
*
carian judul-judul