img Pemuas Birahi Setengah Baya  /  Bab 5 PBSB | 83.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 PBSB

Jumlah Kata:1550    |    Dirilis Pada: 16/06/2025

bus celah tirai jendela ruang tengah rumahku yang megah na

mati teh hangat dan keheningan yang langka. Namun, ketenangan itu

rasi. Itu dari pintu samping-pintu yang nyaris tidak pernah digunakan untuk meneri

yusuri sisi rumah yang rapi, dihiasi tanaman pot berjejer rapi di tepi tembok marmer. Kamera CCTV pun

tu terden

tok..

saran. Siapa yang datang lewat sisi itu? Dan kenapa

aku mendekati pintu, aku sempat melirik jendela. Ada so

pelan, lalu mena

el lembut, anggun dalam balutan kesederhanaan yang justru memancarkan daya tarik luar biasa. Wajahnya dibingkai jilbab ya

benar telah mengganggu pikiranku. Rasanya

tegurku, set

maaf saya m

" tanyaku canggung, bahkan nyaris tak tahu

saat lari pagi. Juga soal pesan yang saya kirim bar

tiku mendadak be

Pak Hasto?"

ua. Saya juga tahu kok Bu Dewi sedang kel

h sisa logikaku. Lidahku kelu. Tapi sebagai t

an mas

rpet bulu saat kami duduk saling menyudut di sofa yang cukup besar. Jarak di antara kam

saat aku mendapati mata Bu Midah menatap lurus padaku-bukan dengan tatapan menggoda, bukan juga

. Tapi ada listrik di udara. Tegangan halus

alu lancang?"

. tidak, Bu. Hanya saja saya tak menyan

p cangkir teh di meja

da yang saya rasakan... dan say

n otomatis menyentuh gelas kosong, hanya

ku pelan, tak yakin ing

terdengar lembut, namun entah kenapa terasa

kul tulang rusuk. "Maaf... maaf... sa... saya sedang memikirkan Ibu

an saya m

gangguk

inis, atau menyimpan sesuatu. "Akh, nggak apa-apa kok. Pak Arya sama se

Tapi dia menatap lurus ke depan, seolah kalimat baru

Bu, mak

di pangkuan. "Saya cuma ingin tahu... apa benar Ba

"Hah? Perjanj

a seperti pisau yang sedang membuka luka. "Hmmm, saya yaki

m... sumpah, itu bukan ide yang baik. Hanya candaan... ca

rlalu tenang. "Kalau pun memang b

ar. Mataku nyaris copot dari temp

embuatku makin kalut. "Bukankah tujuannya baik? Sali

ngan Hasto malam itu... yang kami lontarkan sambil tertawa terbahak-bahak, ternyata diangg

aman. Tangannya merapikan ujung kerudungnya yang jatuh ke bahu, lalu menatapku lekat-lekat. Matanya tidak

dakan bom di telinga. Aku ingin berdiri, atau mungkin masuk ke perut

i dekatku. Masih menatapku dengan sorot yang sulit diartikan antara keberanian dan keh

ak. Sudah lama katanya tidak bermain

ah lama sekal

Saya juga sama sudah lama tidak merasa

mau banget," j

in merapatkan tu

erdua, Pak. Cicak di dinding pun jangan sampai ta

berbahaya kalau sampai

ya. Lalu dia maju dan mengakangi selangkanganku. Aku pun tanpa perintah langsung melepas kain sarung,

ktu banyak, langsu

kan ke lubang vaginanya. Dia mulai memasukkan kepala penisku sedikit demi sediki

enak kan berbag

mu sempit sekali, kaya mas

suamiku. Mungkin sudah

menyodok-nyodokan pantatku ke atas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat. Matanya merem melek.

sa, aku sudah menduganya dan aku benar-benar tid

keluar Midaaah," s

ang, aku ingin punya anak

u menumpahkan sperma yang sang

a puas?"

Midah," sah

R

elinap lewat celah gorden, menyadarkanku bahwa hari sudah hampir magrib. Keringat dingin membasahi pelipis. Mataku liar menatap sek

Sendirian.

.. Cuma

ang sejak tadi kupakai setelah salat dzuhur. Dan di

ternyat

enepis kenyataan, tapi tubuhku bicara lain. Ini bu

n beberapa detik. Lalu t

mimpi basah d

i sore ini aku seperti kembali jadi anak remaja yang mendadak bangun dengan rasa bersal

embawa aib. Begitu pintu kamar mandi tertutup, aku bersandar di baliknya. Nafask

uhku. Dingin. Tapi justru itulah yang kubutuhkan. Kutelanjangi tubuhku, kusikat, kusabuni, kusiram berulang-

mimpi yang terasa terlalu nyata. Membersihkan sisa-sisa hasr

atau karena kenyataan bahwa, ada sesuatu dalam diriku yang selama ini te

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY