img Pemuas Birahi Setengah Baya  /  Bab 5 Hasrat Anisa - 5 | 31.25%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Hasrat Anisa - 5

Jumlah Kata:1590    |    Dirilis Pada: 16/06/2025

k pantas itu, karena memang tak pernah datang lagi. Semua kembali berjalan sesuai fitrah

angit berwarna jingga kusam seperti kai

ng kretek yang menyala pelan. Angin bertiup malas, hanya cukup kuat menggoyang daun jambu, menciptak

apu halaman belakang sebelum berhenti pada wajah Pian yang

segar aja, ya. Wajahnya cerah terus. Senyumnya itu

. "Mungkin karena Anisa kerja di toko, j

ko juga, tapi malah makin kusut. Toko mainan, pula. Tapi Anisa emang beda, cantiknya

k juga marah. Datar. Tapi matanya menatap dalam, s

sir istri

a buru-buru mengangkat

naran. Lagian bukan cuma aku yang sering bilang gi

a Pian tetap rendah, tapi nadanya seperti tali

u. "Ya itu tandanya kamu emang harus bangga, Yan. Mana ada orang kampun

sayatan. "Pujian boleh. Tapi kadang yang

awa lagi, tapi nad

ak bocah. Walau usiaku lebih tua, kita udah sama-s

g. Kadang rumput tetangga kelihatan lebih h

bantu, Yan. Lagian Anisa juga selalu sopa

baik. Aku cuma minta satu hal, jangan terlalu ser

"Baik, Yan. Aku paham maksudmu. Nanti mal

i langkahnya tak seenteng biasanya. Ada kegugupan di pu

lang ke udara. Kata-kata Badri menggugah potongan-potongan ingatan yang semula dianggap remeh: betapa sering Anisa menyebut n

ggi dan kekar dari Pian. Gayanya meyakinkan, mulutnya manis. Dan entah kenapa, ras

, muncul rasa yang aneh-antara curiga, takut, dan pasrah. Ia belum tahu apakah ini

uncul dengan gayanya yang khas, jaket lusuh tergantung di bahu, dan rambutnya yang disisir ke belakang tam

apanya, setengah rama

sih menyimpan jejak keresahan set

ilakukan teman. Ia mengeluarkan rokok dari kantong celananya, menyal

i kejauhan. Ngobrol sama

bentar," jawa

an sesuatu. "Hati-hati, Yan. Tetangga

pat, alisnya na

ngobrol. Tapi kamu tau sendiri, dia tipe yang... kalau liat sesuatu yang menari

na terdengar terlalu pas dengan rasa cur

juga tau istrimu memang luar biasa. Nah apakah kamu gak curiga sama Badri. Cewek secantik Anisa, jangan terlal

an di pangkuannya, ta

an-bukan," lanjut Hadiat, masih dengan senyum yang terlalu santai. "Ka

u barusan ngomong itu kayak orang

lang yang nyata. Dan aku cuma pengin kamu waspada,

ang" kata Pian pe

ud jahat, Yan. Cuma kadang suami memang butuh masukan dari luar, sebelum se

lai saling berebut tempat. Ia tahu, kampung kecil ini penuh bisik-bisik, dan istrinya, wanita yang ia banggakan-

nja, dan malam pu

empat disampaikan. Pian melangkah keluar rumah, niatnya sederhana-sekadar membeli roko

r suara dua lelaki yang sangat ia kenal

engar geli. "Tapi jujur ya, aku yakin istrinya itu kurang kepuasan. Lihat aja cara d

i Pian itu, auranya kayak api dalam sekam. Au

lak, nyaris tersedak kopinya. "Buset, itu

n bicara, tapi lidahnya terasa lumpuh. Bukan karena takut-tapi

"Menurut aku, Anisa tuh udah pengen banget punya ana

icik. "Kalau aja si Pian minta bantu

Badri. "Jangankan satu anak, Sepuluh

n terasa makin kecil. Dan yang paling menyakitkan, bukan hanya kare

erasa sepele. Yang lebih mendesak adalah menjawab pe

erti gema buruk yang tak bisa dipadamkan. Dalam hati, ia mencatat: Hadiat memang ular kepala dua. Tap

kamar. Di sana, Anisa duduk santai di atas ranjang, ponsel di tangan, senyum-sen

m. Ingin bertanya, "Sedang chat sama siapa?" Tapi lidahnya kelu.

pelan, tapi sang istri tak menoleh. Jemarinya tetap si

an serak, "Boleh

unci ponsel. "Apa,

alu mengusap

at, mereka sering ganggu

aki, Mas. Kadang suka celetukan aneh, kaya ngegoda gitu wa

amu... nggak terganggu

"Asal jangan diladenin, tapi juga jangan dibikin

sekaligus menusuk. Pia

aku ng

pa sih nanyanya aneh

ku cuma... pengin tahu aja. Dan

menarik selimut dan meletakn hapenya, lalu memjamkan

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY