img Pemuas Birahi Setengah Baya  /  Bab 6 Hasrat Anisa - 6 | 37.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 6 Hasrat Anisa - 6

Jumlah Kata:1636    |    Dirilis Pada: 16/06/2025

brolan Badri dan Hadiat: godaan, tawa, dan bisikan tentang gairah istrinya. Ia menatap ponsel Anisa.

tapi di dalam dada masing‑masing masih bergolak: Pian dibelit curiga dan malu; sementara An

gosip tetap beredar, katanya salah satu dari mereka mandul, atau Pian tak mampu memuaskan istrinya. Pad

dari jauh. Pian tahu siapa istri dan dirinya, dan Anisa pun tahu siapa suaminya dan dirinya. Mereka sali

ia awal dua puluhan, tampak muda dengan kulit bersih, gaya anggun, dan tutur kata lembut. Ia memang peremp

ti bayangan indah yang sulit digapai. Anisa nyaris tak pernah mencerita masa lalunya pada siapapun, termasuk suaminya. Dan Pia

ak Abdul kini tinggal bersama istrinya dekat dengan anak perempuannya di Karawang. Dulu Pak Abdul, Kades di desa ini

tika mereka masih tinggal di kota. Tapi Pian percaya, istrinya tahu batas, tahu diri, dan selalu menjaga keset

rjaan sebagai pelayan toko mainan milik Tante Maya. Mereka malah sering diminta bantuan oleh tetangga yang kesulitan uang. Sesekali me

ana hajat jadi lebih hidup dan berwarna, walau godaan justru semakin hebat. Semua dilakukan dengan senang hati, t

rlalu cantik untuk ukuran perempuan kampung, sementara Pian terlalu sederhana untuk mendampinginya. Tida

aimana bisa, Anisa memilih pria

rdampingan. Tak pernah membalas cemooh, tak juga membanggakan diri. Karena mereka tahu, perbedaan

Kades dan Pak Camat. Tentu saja agar mereka bisa leluasa mendekati Anisa. Wala

embut. Embun belum sepenuhnya menguap ketika aroma

a. Sambil mencuci piring bekas sarapan, ia sesekali menoleh ke arah halaman, tempat matahari menar

alaman. Gerakannya pelan, menyusuri tiap sudut teras

adi makin kinclong gini," sapa Bah Adi, peta

kilas. "Iya, Bah, mumpun

elalak menatap paha mulus Anisa di balik da

atinya juga ya, biar makin kinclong luar dalam.

acam itu-sejenis perhatian lelaki kampung

Kosim, melintas perlahan, sempat-sempatnya d

h-bersih hati nih. Kalau saya daftar, bi

danya, karena mereka tahu, kalau Anisa ada di rumah, pasti sedang sendirian. Pian bahkan dianggap ter

ris setiap hari lewat depan rumah Anisa. "Mbak Anisa nyiram

Pak Guru," jawab Anisa semb

Pak Ilham membalas sambil tertawa. Tapi matanya tidak sedang melihat bunga, fokus pada d

a teriakan lan

ung yuk..." Mbak Isah melambaikan tangan diantara b

senyum dan berucap helo pada bocah-bocah imut y

ayan brengsek tapi suka nongkrong di pematang sawah sam

a belut gak?" ta

ar, panjang dan seger, suka ba

an panjang. Nanti saya bawain

... bol

Nurdin sambil nyengir geli. Anisa hanya menutup mulut menaha

na seperti itu, Dia merasa selalu hidup. Bukan karena menggodanya. Tapi ka

nag dan nyaman, ramah, simple

Anisa duduk berselonjor di lantai dapur setelah selesai merapikan seisi dapur dan h

tap. Anisa menyeka tangan dengan lap dapur, lalu berjalan ke ruang

a pelan, tercek

Rambutnya yang memutih disisir rapi ke samping. Meski tak lagi muda, wibawa khas mantan kepala desa masi

Nis?" sapa Pak Abdul hang

Mas Pian tadi subuh udah ke sawah,

enggak lama kok takut ganggu kamu. Mau ngente

risi makanan khas ala ibu mertuanya

tapi selalu tertata rapi berkat tangan Anisa yang te

ajin olahraga ya?" sapa Anisa d

jangan sampai kaya ibumu yang

dari dulu kesehata

ajin olahraga dan jaga kes

benarnya sih di toko ju

ngkin senam atau lari pagi di sekitaran kampung aja. Kaya Bap

u. Tapi kalau senam harus b

anti Bapak kasih uangnya, terus daftar di sanggar senam

angat dan akrab. Mereka membahas cuaca, hasil

elus kumis dsn janggut pendekanya yang mulai memutih, namun terawat den

*

terdapat adegan dewasa yang eksplisit, tanpa sensor yang memang diperuntuka

an beberapa novel yang lay

ihan Mam

as Para

Menantu

Liar Ist

Birahi Kamp

at Bebas

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY