k dalam dirinya. Ia mencoba tidur, tapi bayangan pria itu-siluetnya yang tegap, senyum tipisnya, dan aura yang berbeda-t
itu bodoh, tapi ia tidak bisa menahannya. Sepanjang pagi, saat ia menyapu lantai dan membersihkan perabot, matanya sesekali melirik ke arah rumah
erasa sedikit lega karena tidak ada Tama di rumah saat ini. Setidaknya ia bisa l
. Udara mulai terasa hangat, kelembapan menempel di kulit. Ia mendengar su
rapi, dan sebuah kacamata hitam bertengger di pangkal hidungnya. Ia membawa selang air dan mulai menyiram tanam
ia itu, meskipun ia tak berani mendongak. Aroma parfum maskulin yang samar, namun kuat, terbawa angin da
u," sapanya ramah, suaranya dalam da
kan senyum senormal mungkin. "Pagi, Pak," jawabnya, s
g pipi samar di sudut bibirnya. Matanya di balik kacamata hitam terlihat menyorot tajam, seolah sedang menaksir sesuat
n kuku-kukunya terawat rapi. Maya merasakan sensasi aneh saat telapak tangan Arya yang hangat menyent
antap. "Maya Wulandari. Tinggal di sebelah s
a tetangga seperti Bu Maya." Ada jeda sejenak di kalimat terakhirnya, dan tatapan Arya menyapu lekuk tubuh Ma
merespons apa. Ia ha
ang harus dikerjakan setelah pindahan," kata Arya, men
sahut Maya, merasa lega obrol
pare part motor yang ia beli dari toko seberang. Ia mel
ma, menghampiri mereka. Wajahnya ram
gup. "Ini, Mas, tetang
da Tama, mengulur
gan erat. "Tama. Suami Maya. Selamat
b Arya, tatapannya beralih dari Tama ke Maya, ada kilasan
kali mengangguk, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan cerdas tentang bengkel Tama. Tama, yang jarang menemukan pendengar yang begitu antusias tentang pekerj
, selalu berhasil mengembalikan perhatiannya pada Maya. Sesekali, matanya akan kembali menatap Maya, memberikannya senyum samar yang
ya, mengurus rumah dan Mas Tama?" Kata-kata itu terdengar seperti basa-basi biasa, tapi nadanya, dan tatapan matanya yang sedikit leb
dalam untuk mengecek sesuatu. "Senang bertemu kalian berdua," katanya lagi, senyu
eka. "Baik juga ya orangnya," komentar T
i. Pertemuan pertama. Biasa saja. Hanya perkenalan antar tetangga. Tapi ada s
erapikan rumahnya. Ia membayangkan pria itu bergerak di dalam sana, dengan kaus putihnya yang
uh baya, yang ia kenali sebagai Bu RT, berbicara dengan nada yang ramah namun antusias. Dan suara Arya
itu, kalimat yang membuat tanga
edang mencari seseorang