telah melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa dalamnya cinta Danu pada mendiang istrinya, betapa eratnya kenangan itu mengikat ha
yang pasif di rumah besar ini. Ia akan menjadi Safira Ayu Andini yang utuh, yang punya
pa waktu lalu. Sebuah kursus desain grafis. Dulu, ia selalu tertarik pada dunia desain dan seni, namun terhalang ole
nya, buku-buku desain berserakan, dan inspirasi mulai mengalir. Ia belajar dengan tekun, mengikuti setiap modul, mengerjakan setiap tugas. Du
sering menghabiskan waktunya di kamar atau di perpustakaan mini di rumah Dan
kin ia tidak peduli. Safira tidak mau ambil pusing. Yang penting,
bersama Bu Rina. Ia menjadi relawan tetap, mengajar anak-anak membaca, menggambar, dan bermain. Tawa riang anak-anak di
, Nak. Daripada melamun di rumah, kan lebih baik melakukan hal-hal positif," ucap Bu Rina dengan senyum tulus
r karya-karya desain Safira. Ia akan duduk di samping Safira, melihatnya menggamb
senyum di bibir Safira. Raihan adalah alasanny
ksi seperlunya. Namun, kini Safira yang lebih sering mengendalikan percakapan. Ia tidak lagi menunggu Danu membuka diri. Ia akan bercerita te
selesaikan untuk salah satu tugas kursusnya. "Menurutmu bagaimana, Danu? Aku mencoba m
las. "Cukup bagus,"
belajar desain gr
t terkejut. "Kamu belajar d
wab Safira, santai. Ia tidak p
a bisa merasakan sedikit perubahan di mata Danu. Sebuah rasa i
an dari panti asuhan meminta bantuannya untuk mendesain brosur acara amal. Safira sangat
Nak. Kalau kamu memang suka dan itu hal yang
itu, Danu sedang membaca koran. "Saya mau men
n korannya. "P
juga sudah bicara dengan Bu Rina, d
a, takut Danu akan melarangnya. Namun, Danu hanya mengangguk. "
pas lega. "Tentu s
menghabiskan banyak waktu di depan laptop. Danu sesekali melihatnya, namun tidak lagi be
a Danu, berdiri di
lagi," jawab Safira, m
un, beberapa menit kemudian, Danu kembali dengan segelas teh
sakan diri," ucapnya
arti. Ini adalah bukti bahwa Danu, meskipun dingin, tetap memilik
yahnya sendiri. Rasa bangga itu meluap-luap. Ia membeli sebuah buku cerita baru untu
man-teman Safira di panti asuhan, atau dari lingkaran kenalan Bu Rina.
. Bahkan Danu, meskipun tidak menunjukkannya secara langsung, mulai melihat Safira dengan cara yang berbeda. Ia melihat
n kali ini ia tidak sendirian. Danu sedang berada di rumah,
," ucap Safira, sua
yang sudah diletakkan Safira di sofa. Ia menyentuh ken
kat ke rumah sakit. Kali ini, tidak ada lagi rasa sendirian
di samping Safira, menunggu dengan cemas. Tidak ada percakapan,
fira lirih. "Kalau tidak ada
nnya lebih lembut. "Tidak ap
agi Safira. Itu adalah pengakuan bahwa ia tidak lagi sendirian dalam perjal
dong Raihan yang masih lemas. Safira berjalan di samping
afira untuk beristirahat. "Kamu pasti
bisa mendengar suara Danu membacakan dongeng untuk Raihan dari kamar sebelah.
jawab, yang melindungi, dan yang peduli. Ia juga menyadari bahwa dengan membangun dunianya sendiri, ia bisa m
ta-kata cinta yang terucap. Namun, ada rasa hormat, ada pengertian, dan ada sebuah ikatan
duk di ruang keluarga setelah Raih
," pang
noleh. "I
aihan. Dan untuk rumah ini," ucap Danu, suaranya pelan dan s
Danu. Sebuah pengakuan atas usahanya. "Terima kasih, Danu," j
"Dan saya juga melihat kamu sekarang lebih.
ng aku suka," jawab Safira, se
u begitu," ucapnya, lalu kembali
ahwa Danu melihatnya, bahwa Danu mengakui keberadaannya, dan bahwa Danu meng
Kisah cintanya mungkin akan berbeda. Ia mungkin akan terus hidup berdampingan dengan seorang pria ya
emukan cara untuk menumbuhkan tunas-tunas baru dari tanah yang tandus itu. Tunas-tunas kemandirian, kekua
ri rasa hormat, pengertian, dan persahabatan. Dan mungkin, hanya mungkin, suatu hari nanti, Danu akan bisa melihat Safira, bukan sebagai pengganti, tetapi
takut. Ia akan berjalan, langkah demi langkah, membangun kembali kehidupannya, seuntai demi seuntai, d